SINDIKAT PENULIS
Silakan login dahulu, biar lebih asyik.
Kalau belum bisa login, silakan daftar dahulu.
Setelah itu, selamat bersenang-senang...
SINDIKAT PENULIS
Silakan login dahulu, biar lebih asyik.
Kalau belum bisa login, silakan daftar dahulu.
Setelah itu, selamat bersenang-senang...
SINDIKAT PENULIS
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.


Kami adalah penulis, dan kami tidak butuh persetujuan dari siapa pun!
 
IndeksLatest imagesPencarianPendaftaranLogin
"Jika ada buku yang benar-benar ingin kamu baca, tapi buku tersebut belum ditulis, maka kamu yang harus menuliskannya." ~ Toni Morrison

 

 DUA PULUH TIGA

Go down 
3 posters
PengirimMessage
RismaaNA
Pendatang Baru
Pendatang Baru
RismaaNA


Jumlah posting : 12
Points : 22
Reputation : 0
Join date : 04.10.13
Age : 24
Lokasi : Klaten

DUA PULUH TIGA Empty
PostSubyek: DUA PULUH TIGA   DUA PULUH TIGA EmptySun 13 Oct 2013 - 17:11

Setiap angka pastipunya makna. Di sepanjang hidup kita, kita selalu dilingkupi angka. Kadang,pencapaian sesuatu pun juga dihitung oleh angka. Banyak pertanyaan ‘Berapa’yang kita jawab dengan angka. Tapi ketahuilah, ada satu pertanyaan penting tentang ‘berapa’ yang tidak bisa dijawab dengan angka.


***

Gadis berambut hitam itu berlari manja ke arah pria paruh baya yang baru saja turun dari sedan hitam yang berhenti tepat di halaman rumah mewah. Senyum keduanya mengembang saat tubuh mereka terkunci dalam sebuah pelukan hangat.


“Emm...Anisa kangen banget sama Papa” Gadis yang akrab dipanggil Anisa itu berujar manja dalam dekapan Papanya.


“Papajuga. Yuk masuk!” Pelukan mereka terlepas. Pak Adi mengajak putri bungsunyamemasuki istana megah yang pintunya telah terbuka lebar.


“Anak Papa kayaknya kurusan, main terus ya pasti??” Mata tua Pak Adi masih bekerja dengan baik, saat Anisa berjalan mendahuluinya.


“Enakaja, Anisa sibuk sama skripsi Pa. Jarang makan, jarang tidur, makanya jadikurus. Tapi Anisa cantik ya Pa, kalo kurusan gini? Hehe..” Sambil menghempaskan tubuhnya di sofa, Anisa tampak membaggakan ukuran tubuhnya yang baru.


“Iyadeh iya, pokoknya target kamu lulus tahun ini harus bisa terealisasi ya Anisa,jangan main-main terus, kamu sudah bukan anak kecil lagi” Sebaris kalimat peringatan sekaligus petuah dari sang Papa yang tampaknya sudah berpuluh-puluhkali terdengar oleh telinga Anisa.


“Iyaaa”dan selalu jawaban itu yang Anisa lontarkan setiap kali Papanya berujar demikian.



Pendidikanyang ditempuh oleh gadis manis dari 4 bersaudara itu memang sudah melewati batas waktu yang seharusnya. Kini ia harus bekerja ekstra untuk segera merampungkan pendidikannya dan meraih gelar sarjana. Kegemarannya bernyanyi telah membuatnya sedikit lupa diri dengan kampus. Kini dia kembali, untuk menyelesaikan tugasa khirnya sebagai mahasiswi.


“Yaampun Anisa, berapa tahun Papa tidak masuk kamar kamu, tapi tetap seperti inisaja? Kamu kapan rapinya sih?” Papanya kembali dibuat heran saat memasuki kamarAnisa yang benar-benar berantakan.


“Santaiaja kali Pa, kan ada bibi” Jawab Anisa mengentengkan sambil menenteng secangkirteh hangat untuk Papanya.


“Sampaikapan kamu mau mengandalkan bibi terus? Mulai besok, nggak ada bibi lagi. Kamuharus kerjain semuanya sendiri!” Ujar Pak Adi dengan sangat tegas.


“TapiPa?? Anisa kan harus kuliah, Papa sendiri kan yang bilang kalau Anisa harusfokus” Bantahnya sambil duduk di bibir ranjang kamarnya yang sangat berantakan.


“Banyakanak-anak lain di luar sana yang bahkan harus kuliah sambil kerja. Mereka bisa lulus tepat waktu, tanpa harus bikin pusing orang tua” Sambil sesekali menyeruput tehnya, Pak Adi terus saja menggembleng Anisa dengan argumennya.


“Jadimaksud Papa, Anisa bikin pusing Papa, gitu?” Anisa meninggikan suaranya.


“Jagabicara kamu! lihat itu Kakak-kakak kamu, nggak pernah sekalipun bikin Papa marah”


“UdahlahPa, kalau Papa pulang cuma buat mau marahin Anisa, Anisa aja yang pergi” Sesegera mungkin Anisa menggamit tasnya dan berujar kaku meninggalkan Papanya yang bersandar didepan pintu kamarnya.


“Mau kemana kamu??? Anisa?” Teriakan Pak Adi sudah tak digubris olehnya.



Tibalahkini dia di sebuah restaurant yang tak jauh dari rumahnya, sambil menunggu pesanannya datang, ia tampak menelfon seseorang.


“Hallo,aku di restaurant biasa. Kamu kesini ya? Cepetan!” Ujarnya di dalam perbincangan singkat lewat ponselnya.Tidak perlu menunggu lama, sebuah sedan hitam berhenti,dan seorang pemuda keluar dari dalam sedan itu. Dengan celana jeans panjang yang dipadu dengan kaos oblong berwarna abu-abu monyet, pemuda itu menghampiri Anisa yang tengah menyeruput lemon tea nya.


“Ada apa?” Pemuda itu duduk dihadapannya dengan wajah datar.


“Aku habis dimarahin Papa, aku sumpek di rumah. Kita pergi yuk!” Anisa menggelayut manja di tangan pemuda yang sudah hampir dua tahun ini menjadi rotasi hatinya.


“Aku nggak bisa. Adik aku lagi sakit, nggak ada yang jagain” Pemuda itu menepis tangan Anisa.


“Kamunggak biasanya kaya gini? Ini pertama kalinya kamu nolak ajakan aku” dengantatapan curiga Anisa memandang sepasang mata yang datar didepannya.


“Karna selama ini kamu nggak pernah ngasih aku kesempatan buat ngomong, buat nyampein pendapat aku, semua harus nurut sama kamu. Aku lagi jagain adik aku yang sakit,kamu nelfon aku nyuruh aku kesini, dan kamu nggak ngasih aku kesempatan kan buat ngomong, ‘sorry aku nggak bisa’. Nggak semuanya harus tentang kamu kan Nis? Aku punya kehidupan aku sendiri, dan itu bukan cuma buat ngurusin kamu aja” Serentetan unek-unek Rizky terlontar siang itu.


Plakk sebuah tamparan keras mendarat dipipi kanannya, “Kamu tega banget ngomong kaya gitu sama aku” Dengan air matayang mulai sesak di matanya Anisa berlalu meninggalkan mejanya.


“Hampirdua tahun kita pacaran aku kira bakal ada perubahan, tapi kamu masih kaya gini aja, masih kaya anak kecil. Kita putus aja, kayaknya kamu butuh lebih banyak waktu buat instropeksi diri” Dibalik punggung Anisa yang mematung, Rizky mengungkapkan perasaannya, hingga membuat Anisa resmi menggelar status patah hati. Tanpa berbalik, dia menyetop taksi dan meninggalkan Rizky yang masih berdiri memandang taksi itu hingga berlalu.


Taksi melaju kencang menembusjalanan yang tak terlalu padat oleh kendaraan, Anisa masih menangis pilu didalamnya. Ia merasa harinya kali ini benar-benar hari terburuk di sepanjang sejarah hidupnya. Rizky adalah cinta pertamanya, selama hampir dua tahun Anisa merasa jatuh cinta pada pemuda berkulit putih itu, dia belum tahu jika disamping kata jatuh cinta, berdiri sangat dekat kata patah hati. Selama hampir dua tahun dia merasa jatuh cinta, dan ini pertama kalinya dia patah hati.


Sampai disebuah toko bunga sederhana namun sangat asri, Anisa masuk tanpa senyum seulas pun. Dia berdiri di depan meja kasir dengan muka masam.


“Ada yang bisa dibantu?” Tanya penjaga toko yang belum melihat seluruhnya manusia yang berdiri di depannya.


“Rizky mutusin aku Njel” Tangis Anisa meledak, hingga membuat Angel tersadar bahwa manusia yang berdirididepannya adalah sahabat dekatnya.


“Anisa? Kamu kenapa?? Duduk dulu deh”Angel keluar dari tahtanya, mengajak Anisa duduk di sebuah bangku panjang yang memang sedang kosong karna toko yang masih sepi.


“Rizky mutusin aku Njel, diamarah-marah, aku juga bingung, dia nggak pernah kaya gitu sebelumnya. Dia bilangaku egois, aku kaya anak kecil, emang iya ya??” Dengan nafas sesenggukan Anisa menyampaikan curahan hatinya pada Angel.


“Lah emang bener kan? Rizky nggaksalah. Emang kamu nggak sadar, selama ini sikap kamu kaya gimana?” Dengan wajahtanpa dosa, Angel berkomentar ditengah suasana kemelut yang dialami Anisa.


“Angel, kok kamu gitu sih? Bukan malah belain aku”


“Sorry ya Nis, kayaknya emang kamubutuh waktu buat instropeksi diri. Sebelum makin banyak yang ngerasa nggak nyaman sama sifat-sifat kamu selama ini. Nggak semua orang harus setuju sama kamu kan?” Angel menyudahi kalimatnya dan berlalu meninggalkan Anisa yang tertunduk dibangku panjang miliknya.


Sementara Angel melayani pembeli,Anisa pergi tanpa salam dan meninggalkan toko Angel, dengan sisa-sisa air mata yang ia punya. Ia kembali menyetop taksi dan melaju kembali ke rumahnya.


Anisa menghabiskan sisa harinya didalam kamar, mencoba merenungi semua kejadian hari itu dengan hati yang hancur. Ia kehilangan semangat, kehabisan air mata karna terus menangis. Setelah beberapa jam merenung, ia seakan mendapat ketukan di hatinya, sedikit demi sedikit ia menggerakkan tangan dan kakinya untuk merapikan kamarnya sendiri. Anisa tersenyum tak percaya melihat situasi kamarnya yang jauh lebih rapi dari sebelumnya.



Dua hari setelah hari terburuknya itu, Anisa mulai sadar bahwa memang selama ini dia terlalu mementingkan dirinya sendiri, dan pagi ini dengan semangat yang baru, ia menyapa semua anggota keluarganya yang bersiap menyantap sarapan yang sudah tersedia diatas meja.


“Pagi semuanya” Sapanya dengan senyum yang jauh lebih ceria dari biasanya.


“Emm… Anisa mau minta maaf, selamaini Anisa belum bisa jadi anak dan adik yang membanggakan buat Mama Papa, buat Kakak-kakak. Anisa janji, Anisa bakal berubah” Dengan sangat lembut Anisa mengutarakan permintaan maafnya yang penuh ketulusan.


“Pasti mau minta sesuatu ya?” Selidik Dinda, salah satu Kakak dari Anisa yang terbilang paling dekat dengannya.


“Ih Kak Dinda apaan sih? Aku seriustau. Aku mau berubah jadi pribadi yang lebih baik lagi” dengan penuh keyakinan Anisa mencoba membuat semua percaya dengan usaha yang akan dilakukannya.


“Ya dibuktiin ajalah. Jangan cuma janji-janji” Pak Adi berujar kaku sambil melahap sehelai roti tawar didekatnya,lalu pergi untuk mengambil Koran paginya.


“Papa masih marah ya sama Anisa?”Tanya Anisa di belakang punggung Papanya. Tanpa menoleh, Pak Adi mengangkat kedua bahunya dan terus berjalan menjauh dari meja makan.


Kini misinya hanya tinggal Angel dan Rizky. Anisa juga ingin minta maaf pada keduanya, terlebih Rizky yang sepertinya memendam rasa tak nyamannya bersama Anisa selama hampir dua tahun mereka menjalin hubungan.


Namun, saat ingin menemui Angel atau Rizky mereka selalu tidak bisa. Anisa tak bisa lagi memaksa karna dirinya sudah janji untuk tidak egois lagi dan mulai mendengarkan orang lain. Ia menurut pada keadaan yang mengharuskannya untuk terus memendam rasa bersalah.



“Hemh… tahun lalu, aku masih niup lilin bareng Angel, buka hadiah dari Rizky, ketawa-ketawa bareng Kak Nadia, Kak Raisa, dan Kak Dinda. Dapet ciuman kasih sayang dari Mama sama Papa. Sekarang,aku sendirian. Padahal aku udah coba buat menghargai orang lain, aku udah coba untuk nggak egois, aku udah coba untuk lebih rapi, aku udah coba untuk lebih bersikap DEWASA” Anisa bergumam menatap kalender yang pada angka 12 di bulan Oktober ia beri lingkaran merah besar.


Hari ini, tepat 23 tahun dia hidup,menikmati semua yang ia mau. Kini di balik usia 23 hanya ada dirinya yang harussendirian di kamar, bersama surat tanpa amplop yang diberikan Papanya sebelum beliau kembali untuk urusan pekerjaan di luar negeri.


Anisa membaca berulang-ulang surat yang di tulis oleh tangan sang Papa, ia terus mencoba mencerna maksud tulisan tulisan itu.


Ada BERAPA orang yang paling kamu sayang? Dia bisa menjawabnya dengan angka (2), “Mama sama Papa”

Ada BERAPA lagi untuk selanjutnya? Dia bisa menjawabnya lagi dengan angka (3) “Kak Nadia, Kak Raisa, Kak Adinda”

BERAPA tanggal lahir kamu?” Ia jawab lagi dengan angka (12)

BERAPA usiamu sekarang?” Dengan angka lagi dia menjawabnya (23)

lalu, seBERAPA dewasakah kamu di usiamu yang sekarang? Anisa selalu terhenti pada pertanyaan terakhir yang ditulis Papanya. Dia tak bisa menjawabnya dengan angka lagi.


“Seberapa dewasa?” Dia terus mengulang pertanyaan itu di dalam dirinya.




“Bingung? Mending tiup lilin dulu biar nggak bingung” Suara itu, suara yang sangat dikenalinya, suara Angel.


“Angel?” Anisa menatap dengan terkejut, Angel yang berdiri di depan pintu kamarnya sambil membawa kue lengkap dengan lilinnya.


“Kita tiup bareng ya?” Ajak Anisamenyenggol tangan Angel


“Tumben nawarin, biasanya kamu selalu dumel kalau aku ikut niup lilin ulang tahun kamu” Balas Angel sambilmelirik ke arah Anisa yang terpejam mengucapkan wishnya di dalam hati.


“Udah lah, yuk! Fuuhh….” Asap dari dua lilin kecil bergumul diatas kue ulangtahunnya.


“Surprise” Teriak Kakak-kakak Anisayang tiba-tiba muncul dari samping Angel. Anisa tersenyum senang melihat ketigaKakaknya tertawa untuknya. Ia rasa satu per satu kebahagiaannya telah kembali.


“Sayang, Mama sama Papa nggak adadisini” Wajah Anisa kembali terlihat murung sambil menatap kertas yang ada ditangannya.


“Siapa bilang? Gimana? Udah ketemu belum jawaban terakhirnya?” Suara berat muncul dari balik pintu kamarnya lagi. Secara spontan Anisa berlari ke arah sumber suara, memeluknya dengan erat.


“Maafin Anisa Pa, Anisa nggak bisa nemuin jawabannya” Perlahan pelukannya terlepas, dengan penuh kasih Pak Adi membelai rambut panjang putri bungsunya itu.


“Papa kan udah bilang, semua cuma bisa dibuktikan melalui tindakan. Sepertinya Papa dan kita semua sudah mendapat bukti dari kedewasaan kamu” Entah kenapa, Anisa terharu mendengar kalimat singkat dari Papanya itu, ia kembali memeluknya dengan air mata bahagia.


“Kayaknya, ada yang lagi antri mau peluk kamu juga” Sang Papa melepas pelukannya dan menyingkir satu langkah agar Anisa bisa melihat siapa yang datang. Ternyata Rizky dengan membawa kotak besar berwarna merah muda, berjalan ke arah Anisa.



“Selamat ulang tahun ya, ini annivkita yang ke 2 tahun juga” Rizky tersenyum manis ke arahnya.


“Tapi?? Bukannya kamu minta putus? Kenapamasih dirayain anniversary nya?”


“Emang kamu jawab iya waktu itu? Kamu diem kan? Emang kamu mau kita putus?”


“Aku balikin aja, emang kamu masihmau pacaran sama aku?”


“Kenapa enggak? Kita udah sama-samadewasa Nis, maaf ya nggak seharusnya aku kaya gitu kemarin”


“Aku yang harusnya minta maaf, aku sering bikin kamu kesel” Rizky meraih tubuh Anisa dan memeluknya. Mendadak suasana sepi yang dialami Anisa berubah total. Ia benar-benar merasa bahagia, diusianya yang ke 2 puluh 3 ini dia bisa mendapatkan kembali ciuman kasih sayang dari keDUA orang tuanya, PULUHan lilin yang bisa ia tiup bersama Angel dan kado dari Rizky, serta tertawa bersama keTIGA Kakaknya.



Hidup memang akan terasa lebih menenangkan saat kita bisa berfikir secara dewasa.


END ---
Kembali Ke Atas Go down
Andri
Penulis Muda
Penulis Muda
Andri


Jumlah posting : 264
Points : 311
Reputation : 13
Join date : 19.02.12
Lokasi : Sewer Speedway

DUA PULUH TIGA Empty
PostSubyek: Re: DUA PULUH TIGA   DUA PULUH TIGA EmptyMon 14 Oct 2013 - 11:18

Konfliknya kayaknya agak kecepetan, jadi kurang terasa aja di konfliknya ._.

Oh iya, terus ada beberapa kata yang kayaknya harus dibenahi, semacam typo gitu XD
Tapi buat strukturnya, mending tunggu mbak Rui aja deh ._.
Kembali Ke Atas Go down
wilfran
Penulis Pemula
Penulis Pemula
wilfran


Jumlah posting : 56
Points : 76
Reputation : 0
Join date : 02.10.12
Age : 33
Lokasi : Yogyakarta

DUA PULUH TIGA Empty
PostSubyek: Re: DUA PULUH TIGA   DUA PULUH TIGA EmptyMon 14 Oct 2013 - 14:39

aku suka ide ceritanya. untuk seorang cewek 13 tahun, mengangkat tema mengenai kedewasaan itu hebat banget loh. selain itu aku juga suka intronya sebelum memulai cerita. aku sih nggak pernah kepikiran bikin yang kayak begituan.lol! 
memang masih banyak yang perlu dibenahi. misalnya hal-hal non teknis yang bisa diedit oleh editor, seperti:
“Emm...Anisa kangen banget sama Papa” Gadis yang akrab dipanggil Anisa itu berujar manja dalam dekapan Papanya.

seharusnya ada tanda koma di akhir dialog dan beberapa hal lainnya seperti penggunaan huruf kapital, menjadi

“Emm...Anisa kangen banget sama Papa,” gadis yang akrab dipanggil Anisa itu berujar manja dalam dekapan papanya.


“Rizky mutusin aku Njel” Tangis Anisa meledak, hingga membuat Angel tersadar bahwa manusia yang berdirididepannya adalah sahabat dekatnya.

ada banyak kata yang tergabung, seperti contoh di atas. seharusnya lebih teliti lagi.


selain itu ada juga hal-hal teknis yang berkaitan dengan cerita itu sendiri yang perlu untuk dibenahi lagi. misalnya pengembangan konflik yang lemah, ending yang mudah ditebak, dan beberapa hal lainnya lagi. tapi, behubung ini cerita yang memang lebih fokus ke penyampaian moral daripada kekuatan plot, saya rasa masih bisa ditolerir.

yang penting, jangan patah semangat, terus belajar. di forum inilah kita bisa banyak belajar satu sama lain lol! lol! lol!
Kembali Ke Atas Go down
RismaaNA
Pendatang Baru
Pendatang Baru
RismaaNA


Jumlah posting : 12
Points : 22
Reputation : 0
Join date : 04.10.13
Age : 24
Lokasi : Klaten

DUA PULUH TIGA Empty
PostSubyek: Re: DUA PULUH TIGA   DUA PULUH TIGA EmptyMon 14 Oct 2013 - 20:20

Makasih sarannya. saya akan lebih teliti lagi. maklum aku baru umur 13,, minta bimbingannya ya kakak kakakk
Kembali Ke Atas Go down
Sponsored content





DUA PULUH TIGA Empty
PostSubyek: Re: DUA PULUH TIGA   DUA PULUH TIGA Empty

Kembali Ke Atas Go down
 
DUA PULUH TIGA
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
SINDIKAT PENULIS :: Arena Diskusi :: Cerpen-
Navigasi: