SINDIKAT PENULIS
Silakan login dahulu, biar lebih asyik.
Kalau belum bisa login, silakan daftar dahulu.
Setelah itu, selamat bersenang-senang...
SINDIKAT PENULIS
Silakan login dahulu, biar lebih asyik.
Kalau belum bisa login, silakan daftar dahulu.
Setelah itu, selamat bersenang-senang...
SINDIKAT PENULIS
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.


Kami adalah penulis, dan kami tidak butuh persetujuan dari siapa pun!
 
IndeksLatest imagesPencarianPendaftaranLogin
"Jika ada buku yang benar-benar ingin kamu baca, tapi buku tersebut belum ditulis, maka kamu yang harus menuliskannya." ~ Toni Morrison

 

 Penulis yang Jatuh

Go down 
PengirimMessage
Andri
Penulis Muda
Penulis Muda
Andri


Jumlah posting : 264
Points : 311
Reputation : 13
Join date : 19.02.12
Lokasi : Sewer Speedway

Penulis yang Jatuh Empty
PostSubyek: Penulis yang Jatuh   Penulis yang Jatuh EmptySat 30 May 2020 - 22:31

Bagi seorang penulis, cibiran orang-orang akan bodohnya—menurut mereka—tulisan yang ditorehkan dapat membunuhnya sewaktu-waktu. Jadi, aku mengubur diri setelah menggali lubang kuburanku sendiri dalam-dalam untuk menghindari kematian itu.

Aku bukan manusia yang mudah putus asa. Sebaliknya, tindakanku ini malah untuk membuktikan pada semua orang munafik—mereka-mereka yang baru saja menertawakanku—bahwa aku tidak salah maupun bodoh.
Gagasan-gagasan brilian yang kutuangkan dalam secarik kertas itu selalu mereka robek, berpikir bahwa imajinasiku hanya kelakar kosong yang tak berguna. Mereka semua memerintahkanku untuk berhenti bermimpi, memintaku memikirkan pekerjaan lain yang lebih baik, bermanfaat, dan mulia, memaksaku untuk menghilangkan semua imajinasi tolol—menurut mereka—yang tak akan pernah bisa tercapai—juga menurut mereka.

“Tunggu saja!” teriakku, “Kalian mungkin hanya hidup untuk hari ini. Tapi aku, aku hidup di masa depan, di mana orang-orang akan mengagumi tulisanku, di mana mereka akan mencatat namaku dalam sejarah penyumbang perubahan peradaaban manusia! Jika aku mati, aku yakin kalian pasti akan menyesali kematianku!”

Semua orang termangu, tetapi hanya sementara. Mereka kembali menertawaiku, meneriakkan berbagai macam hinaan. Kera, Babi, Anjing, semuanya berkumpul menjadi satu, yang akhirnya membuatku memutuskan untuk menetap di dalam tanah, meninggalkan orang-orang hingga mereka sadar bahwa gagasan brilian itu akan membuat mereka terpana saat waktunya tiba.

Di awal-awal pengasingan, aku masih bisa mendengar cibiran mereka. Namun, semua berubah ketika mereka, tampaknya, mulai melupakan eksistensiku. Aku masih bisa mendengar mereka berbicara, tapi tak pernah ada hinaan Penulis Anjing yang biasa mereka arahkan padaku.

Waktu terus berlalu. Aku tidak tahu sampai kapan harus menunggu. Aku masih berharap, ingin mendengarkan gagasan-gagasanku masuk ke dalam pembicaraan mereka. Namun, hal itu tak pernah terjadi.
Aku mulai bimbang. Apakah tindakanku itu salah? Apa aku terlalu egois? Apa mereka yang sebenatnya terlalu tak peduli?

Aku tidak tahu.

Aku hampir putus asa, mungkin pertama kalinya dalam hidupku. Air mataku mulai berlinang. Apa mungkin mereka benar bahwa aku ini hanyalah orang bodoh yang terlalu memiliki banyak angan?

Namun, semuanya berubah ketika kali pertama kudengar mereka membahas benda yang dapat membuat mereka mengobrol dari jarak jauh—telepon.

Aku ingat dengan gagasanku sendiri. Benda itu merupakan salah satunya.

Awalnya aku tak percaya. Namun, semakin lama aku bisa mendengar mereka semua berbicara.
Ide manusia terbang adalah ide yang pernah mereka tertawakan. Sekarang, mereka membicarakan tentang pesawat.

Ide mengirim gambar dari satu rumah ke rumah lain tanpa surat secara fisik adalah ide yang pernah mereka tertawakan. Sekarang, mereka membicarakan surel dan penyimpanan cloud.

Ide membuat teknologi cerdas yang membantu kehidupan manusia adalah ide yang pernah mereka tertawakan. Sekarang, mereka membahas kecerdasan buatan.

Akhirnya mereka menjilat ludahnya sendiri. Tangisanku yang sebelumnya memberikan bekas luka kini berubah menjadi tawa kemenangan. Jiwaku meronta-ronta.

Pada akhirnya mereka menyadarinya!

Aku ingin kembali, mengirimkan gagasan-gagasan brilian lainnya, menyadarkan mereka bahwa sedikit tulisan, penuh imajinasi, bisa membuat kehidupan yang lebih berarti. Apalagi sekarang mereka tak akan menertawakanku lagi—pasti. Toh, mereka sendiri sudah menjilat ludahnya sendiri, kan?

Namun, akhirnya aku sadar jika aku tak dapat menulis lagi. Aku telah terkubur ratusan tahun saat orang-orang itu terlambat untuk menyadarinya.

ilhammenulis likes this post

Kembali Ke Atas Go down
 
Penulis yang Jatuh
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1
 Similar topics
-
» penulis Indonesia VS penulis Luar negeri
» Aku Ingin Jatuh, Biarkan Kepala Ku Menabrak Karang,.
» (Cerpen) Sang Penulis
» Apa Mimpimu Penulis?
» sahabat penulis...!!!

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
SINDIKAT PENULIS :: Arena Diskusi :: Cerpen-
Navigasi: