[edited 18-11-11]
Beberapa hari yang lalu saya mendapat sebuah request dari admin Sindikat Penulis untuk ngepost proses kreatif dibalik pembuatan serial Sense. Yahh, sekalian berbagi pengalaman juga sih..
, karena toh memang sebenarnya sudah lama saya ingin membuat post ini, tapi lupa terus. Hehehe..
…..
……
Hemm, jujur aja saya sedikit bingung..
Karena ini pertama kalinya saya bikin post seperti ini. Bingungnya kenapa?
Saya bingung karena gak tau harus mulai cerita dari mana.. -___-a
….
Oke, gak apa-apa deh..
Kita mulai dari
latar belakang.
Sekitar awal tahun 2010, saya mulai menjadi
blogger lagi. Setelah blog saya yang sebelumnya terbengkalai dan tak terurus (efek lupa id dan password
). Awalnya blog yang bernama ilhammenulis dan di hosting di wordpress ini sebagian besar diisi dengan kopian notes-notes yang saya buat di FB sejak tahun 2008. Selain itu Isinya adalah cerita-cerita seputar kejadian kuliah, pengalaman hidup sebagai anak kost, serta puisi-puisi yang gak berani saya post di FB.
Tapi lama kelamaan muncul sebuah ide. Sebuah gagasan untuk membuat sebuah Novel. Awalnya ide tersebut tidak saya gubris, kenapa? Karena beberapa bulan sebelum membuat blog, saya sebenarnya sedang mengerjakan novel yang berjudul
The Sword of Darkness. Novel yang saya garap dari tahun 2007 sampai awal 2010, tapi mandek di tengah jalan. Karena itulah saya menjadi sedikit trauma, dan lebih berhati-hati. Yang saya pikirkan pada saat itu adalah..
Bagaimana jika ‘ide’ ini juga tidak rampung? Namun rupanya ketika benak seseorang telah bersentuhan dengan semesta kreativitas, sangat sulit untuk menghentikan arusnya. Ide baru terus bermunculan.. Awalnya saya hanya menyimpannya dengan membuat catatan-catatan kecil pada secarik kertas, kemudian berkembang menjadi tulisan-tulisan acak di halaman belakang buku yang dibuat pada saat jam kuliah. Karena sudah cukup banyak, semua coretan dan catatan itu saya kumpulkan dan satukan dalam sebuah
concept book.
Ide-ide tersebut masih sangat
random, hanya berupa fragmen kejadian dan tokoh yang sepertinya menarik untuk dituliskan. Tapi dari situlah awalnya. Ketika melihat semua ide-ide tersebut, saya coba melihat gambar besarnya, sebuah jalan cerita yang sedikit-demi sedikit dapat menyatukan kesemua fragmen tersebut menjadi satu cerita utuh.
Niat awalnya adalah langsung menjadikan cerita ini sebagai sebuah novel. Tapi segera saya buang jauh-jauh pikiran tersebut. Saya ingin mencoba sesuatu yang baru, yang belum pernah saya coba sebelumnya, yang bisa menarik pembaca untuk secara konsisten mengunjungi blog saya. Dan yang lebih utama, saya ingin ide-ide tersebut tumbuh dan berkembang seiring dengan bertambahnya pengalaman hidup saya. Saya ingin bisa memasukan ide-ide baru dan segar kedalam cerita tersebut, segera setelah saya mengalaminya. Oleh karena itulah saya memilih menjadikan ‘ide’ ini sebuah serial daripada novel.
“Cerita yang tumbuh bersama penulisnya..” itulah
konsep serial Sense.
Sekarang kita berlanjut pada pembuatan
tokoh-tokoh dalam serial tersebut. Saat pertama kali ‘ide’ itu datang, ide itu adalah berupa seorang tokoh. Saya masih sangat ingat bagaimana tokoh ‘Angga’ lahir. Saat itu saya baru saja tiba di rumah, tepat ketika saya menginjakan kaki di rumah, hujan badai turun.
Dari situ terpikirlah dalam benak saya, betapa enaknya jika kita bisa mengetahui kapan hujan datang.. Lalu saya mencoba menggali ide tersebut, menggambarkan
calon karakter utama untuk
calon serial, dan voila! Lahirlah Angga dengan kemampuan
premonitionnya. Dari manakah nama Angga diambil? Sayang sekali untuk asal muasal nama Angga, itu masih rahasia.. hahaha
Jika diperhatikan, sudah banyak tokoh lain yang bisa melakukan hal yang dilakukan oleh Angga. Kemampuannya terbatas dan tidak terlalu spesial. Kemampuannya mirip seperti tokoh
Anakin Skywalker dalam
Star Wars maupun tokoh
Galadriel dalam
The Lord of The Rings. Anakin melihat masa depan
Padme dan ibunya lewat mimpi, sementara Lady Galadriel melihat masa depan para
fellowship lewat cerminnya.
Tetapi, sebenarnya yang menjadi inspirasi utama dari kemampuan melihat masa depan Angga adalah tokoh
Frank Cadillac dalam
Next, yang bisa melihat dua menit ke masa depan. Saya begitu terpesona dengan ide bisa melihat masa depan diri sendiri, meskipun dalam waktu terbatas.
Selanjutnya untuk tokoh Vetra. ‘Vetra’ ini dari awal saya buat sebagai penyeimbang dari Angga. Vetra lahir di saat yang hampir bersamaan dengan Angga. Segera setelah Angga lahir, saya memikirkan bagaimana cara untuk menyeimbangkan cerita, membuatnya menjadi intuitif sekaligus ilmiah. dan dengan Vetra saya mendapatkan keduanya. Angga dan Vetra adalah yin dan yang, alpha dan omega. Mereka adalah karakter yang saling melengkapi kekurangan masing-masing, walaupun watak mereka bertolak belakang.
Harus diakui, mendesain kemampuan Vetra itu seperti pedang bermata dua. Menantang sekaligus memusingkan. Kemampuan perspektif Vetra yang mampu melihat semuanya dalam bentuk kuantitatif membuat saya harus selalu beradu pintar dengan dia pada saat proses penulisan. Saya kembali harus membaca beberapa buku referensi fisika, kimia, ekonomi, dan matematika, bahkan ensiklopedia. Tapi semuanya terbayar lunas, karena hasilnya luar biasa
Nama Vetra sendiri diambil dari nama tokoh dalam salah satu novel
Dan Brown yang berjudul
Angel dan Demon, yaitu Vittoria Vetra. Sedangkan untuk jenis kemampuannya, saya ambil dari imajinasi saya.. Yah,
awalnya saya kira begitu.. sampai saya melihat tokoh
Harold Crick dalam
Stranger than Fiction. efek visual yang terjadi di sekitar tokoh Harold Crick pada awal film benar-benar sesuai dengan imajinasi saya mengenai kemampuan perspektif Vetra.
Selanjutnya adalah setting [thx buat mbak wind yang mengingatkan.. ]
Setting ceritanya saya buat berdasarkan dunia nyata, tepatnya di kota Bandung. kenapa bandung? yah ini sepenuhnya preferensi pribadi karena saya asli orang bandung, dan saya sudah familiar dengan kota ini..
namun tidak disangkal saya juga menambahkan tempat-tempat fiktif yang sesuai dengan perkembangan cerita. (seperti gedung bertingkat di bagian 3).
Setelah kedua tokoh utama dibuat, dan alur cerita sudah terbentuk. Saya lalu mulai mengembangkan detail dari per bagian cerita yang sudah disusun. Karena yang akan saya buat adalah serial, saya mencoba untuk membagi porsi per bab sebaik mungkin, dengan komposisi klimaks yang naik-turun di setiap bab, tapi dengan tensi yang makin lama makin meningkat. Tidak mudah memang, tapi menyenangkan
. Saya selalu merasa senang apabila pada akhir setiap bab para pembaca langsung mengechat saya ataupun memberikan komentar, memberitahukan bahwa mereka penasaran dengan kelanjutan ceritanya. Hal tersebut bagi saya adalah sebagai indikator bahwa serial yang saya buat tidak monoton dan ‘belum’ membosankan.
Untuk judulnya, kenapa saya memilih nama ‘SENSE’ Bahkan SENSE! (dengan tanda seru pada masa awal pembuatan). Alasan pertama adalah karena sense dalam bahasa indonesia artinya rasa. Ini diambil dari kemampuan Angga untuk ‘merasakan’ datangnya hujan sebelum terjadi. Tetapi kenapa SENSE menggunakan huruf besar semua? Itu adalah alasan kedua.
hal ini adalah karena SENSE merupakan akronim dari Super Extraordinary Syndrome, yang mengacu pada kemampuan super dan unik dari para tokoh kunci di serial ini.
Sedangkan untuk
pait-manisnya dari mulai serial ini pertama di posting pada bulan April 2010, udah banyaaaak banget. Ahahaha… Dari mulai masalah-masalah kecil seperti merasa kurang sreg dengan suatu bab, padahal sudah terlanjur di posting, sampai sempat putus asa dan mau berhenti nulis karena hanya sedikit yang membaca serial saya. Tapi untungnya saya selalu mengingatkan diri saya sendiri, bahwa yang terpenting adalah konsistensi dan kesabaran. Alhamdulilah, setelah setahun pertama yang berat, tahun kedua ini jauh lebih baik.
Yah.. mungkin hanya itu yang bisa saya ceritakan kali ini… mohon maaf apabila ada
tata bahasa dan gramatikal yang tidak sesuai..
Wassalam..