kepadamu..
tadi aku bertemu denganmu.. terbalut kelu dan terbaring semu, itu
aku, bukan kamu. aku kembali melihat parasmu dari dalam ruang gelapku,
dan dari sudut sepiku.. entah kenapa aku tiba-tiba merasa lelah dan
tanpa arah..
seperti yang kuduga, kau bersamanya.. tangan berpegang dan jari
saling mengait, seakan mengikrarkan bahwa kalian adalah satu, bahwa
kalian tak lagi ragu. selaksa sapa yang telah kususun dengan payah sirna
sudah, hilang tak bersisa. dari dalam gelapku aku menggumam, mencari
setiap kosakata dalam penatnya hitam. mencoba mendefinisi keadilan, tapi
tak satupun frasa keadilan yang kutau bisa menenangkan rasa.. dan
setiap sel raga yang telah terlanjur terbakar bara.
bukan salahku, bukan salahnya, dan tentu saja bukan salahmu.. semua
ini hanyalah masalah waktu. sebuah akuisisi dan intervensi yang tak
tepat untukku. waktulah yang menumbuhkan harap dan angan, waktulah yang
menjanjikan masa depan, dan selalu berkata akan memutarbalikan keadaan..
“semua akan indah pada waktunya” tuturnya..
namun aku tak mau janji, yang tak selalu diiringi oleh pasti, dan
lebih sering hanyalah omong kosong agar aku kembali berdiam diri.
bagian mana dari tandaku yang tak kau mengerti? tolong garis bawahi,
dan biarkan aku mengetahui.. biarkan aku perlahan kembali meniti tali
harapan dari jurang keputusasaan ini. biarkan aku mencoba.
aku tak ingin mendramatisir.. tapi jika ini satu-satunya cara agar ka
bisa meyakini, akan kupenuhi. karena aku ingin mendengar sebelum kau
berucap, aku ingin melihat sebelum kau megungkap, aku ingin mengerti
sebelum kau mendeskripsi, karena aku tau kau suka puisi dan
paragraf-paragraf yang penuh arti.
ah, apa hebatnya dia?
kau seperti seekor tupai yang menggerogoti kenari, melakukan sesuatu karena harus, bukan ingin..
050310