terinspirasi dari notes seorang teman
Traveler
----------
Kita hidup dalam sebuah perjalanan..
sebuah alur panjang dengan berbagai cabang, bermacam liku dan jalan buntu. kita memulai semuanya dari merangkak dalam gelap. mengerjap.. mencari sosok cahaya yang selalu hilang dalam sekejap. kita menanti.. terlelap dan merasa sepi. lalu tanpa kita sadari cahaya itu menuntun kita berdiri, memandu kita menuju tempat yang sama sekali baru.
kita terpaku.
dihadapan kita terhampar jalan berliku, menembus gunung berbatu dan memanjang membelah cakrawala biru. sebagian jalan itu terpoles oleh pualam, namun sebagian lagi dipenuhi paku.
kita tersentak.
banyak dari kita yang melangkah dengan ragu. sebagian bahkan tak ingin maju. tapi kita yang sarat akan rasa ingin tahu melangkah dengan mantap. dengan mata terbuka kita menatap, mengucapkan nama-nama benda di pinggir jalan walaupun dengan tergagap. lalu kita belajar untuk berucap..
seiring dengan berjalannya waktu, kita dihadapkan pada masalah baru. kita berada di persimpangan. kita menatap kesemua jalan. mencoba untuk membuat pilihan. kesemua cabang nampak menggairahkan, menjanjikan petualangan yang tak terbayangkan. membuat kita kebingungan. lalu kita belajar untuk membuat keputusan.
kita bersedih.
kita kehilangan sebagian teman karena berbeda jalan. karena masing-masing mempunyai pilihan, sebagian memilih daratan, sebagian lainnya memilih lautan.
kita berpisah.
meninggalkan hanya sebuah kenangan dalam angan. dan kita masih harus berjalan. namun seiring dengan tumbuhnya rerumputan dan dedaunan di pinggir jalan, kita menjadi terbiasa dengan pilihan. kita telah berkali-kali melewati percabangan. kita telah belajar untuk memaknai kehilangan. lalu kita belajar untuk melupakan.
kita mulai ketakutan.
jalan di depan semakin terjal. bahaya dan aral saling menjejal. silih berganti membuat kita hampir mati. sebagian dari kita yang tak mampu dan mulai menangis sendu. menyesali pilihan jalannya yang ternyata sulit untuk dilalui. sebagian dari kita memutuskan untuk berhenti, sebagian lainnya berbalik arah untuk berlari. tapi sebagian dari kita masih tegap berdiri. memberi senyum pada setiap singa yang mengaum, melempar tawa pada setiap mara bahaya. walau sebagian dari kita merasa kesepian, tapi tak apalah karena kita masih memiliki tujuan, dan kita juga masih setia ditemani oleh sang rembulan. kita telah belajar tentang ketabahan dan keikhlasan.
kita mulai melambat.
derap langkah kita melemah seiring dengan degup jantung kita yang mulai lelah. kita mulai bosan berjalan, kita mulai mempertanyakan apa yang ada diujung jalan? apa yang ada dibalik mentari yang tengah terbenam? sebagian dari kita menyerah, tak lagi menginginkan apa yang ada di ujung rindu. sebagian dari kita telah kalah. tapi sebagian lagi tidak.
kita berjalan dengan tertatih.
dengan langkah ringkih dan kaki yang mulai perih, mata kita menatap rindu pada cakrawala biru. kita berharap akan segera melihat sebuah tempat yang sama sekali baru. dimana jalanan tak lagi terbuat dari batu mapun paku.. tapi sulaman permadani bertahtakan permata. dan setiap sudutnya terdapat bidadari yang menyanyikan lagu..
kita termangu.
akhir perjalanan segera tiba. satu langkah terakhir.. dalam satu langkah kita akan tiba di ujung rindu. kita memandang syahdu. dihadapan kita terbentang pemandangan yang luar biasa, yang tak terlukiskan bahkan oleh kata-kata seorang pujangga. kita tahu, kita yakin, inilah tujuan kita.
kita memandang kebelakang.
menoleh dan bergumam, mengingat semua hal yang kita alami dan pelajari. mengenang semua hal yang datang dan pergi silih berganti.
kita tersenyum.
“yah.. setidaknya kita telah berusaha.” dan sekali lagi kita melangkah kedalam buaian cahaya. kali ini untuk beristirahat.
280910