Rasa Sakit

Keren, Sis. Ada satu larik yang gue anggap performa kata-katanya kuat, yang ini:

Maemunah wrote:

Tak berbekas walau hanya selubang jarum

Jarang ada yang membuat analogi semacam ini :cheers: :cheers:

tukangtidur wrote:

Keren, Sis. Ada satu larik yang gue anggap performa kata-katanya kuat, yang ini:

Maemunah wrote:

Tak berbekas walau hanya selubang jarum

Jarang ada yang membuat analogi semacam ini :cheers: :cheers:

sepakat, bro!
singkat namun nancep!

Maemunah wrote:

Dalam renungku selalu menyebut namanya
Dalam anganku selalu mengingat wajahnya
Dalam lubuk hatiku beribu kata terpendam tak tersampaikan

Namun kini rasa itu sirna
Bagai debu tertiup angin
Bagai kayu dimakan api
Bagai garam dalam air

Tak tersisa sedikit pun
Tak terbesit selintas pun
Tak berbekas walau hanya selubang jarum

Hanya benci dalam raga
Hanya luka dalam hati
Hanya sakit dalam jarak
Semakin jauh hilang ditembus waktu dan tak kan pernah kembali

jangan sebut namaku dalam renungan
pun biarkan sirna dari khayalan
cukup, lantunkan satu kata untukku!

jika tlah musnah
terbang bersama angin
leleh bersama api
dan larut bersama air

tiada sisa
tak pernah terlintas
tak pernah membekas

pintaku,
jangan ada benci!
jangan ada luka
apalagi sakit,
KARENA, AKU TAK PERNAH MEMINTAMU UNTUK MELUPAKANKU
APALAGI MENGINGATKU!

ipink wrote:

jangan sebut namaku dalam renungan
pun biarkan sirna dari khayalan
cukup, lantunkan satu kata untukku!

jika tlah musnah
terbang bersama angin
leleh bersama api
dan larut bersama air

tiada sisa
tak pernah terlintas
tak pernah membekas

pintaku,
jangan ada benci!
jangan ada luka
apalagi sakit,
KARENA, AKU TAK PERNAH MEMINTAMU UNTUK MELUPAKANKU
APALAGI MENGINGATKU!

Aku tak pernah menyebut namamu,
meskipun dalam renungan
Detik-detik pergi
Mimpi-mimpi tak pernah bersemi
Namun aku tak pernah melatunkan kata untukmu,
meskipun untuk satu kata: namamu

Biar saja musnah
Seperti sejarah yang tak pernah tercatat
Seperti prasasti yang tak pernah tergurat
Bukankah lebih baik begitu?
Dari pada menjadi ada tapi tak pernah diingat

Aku tak pernah membencimu
Apalagi mengagumimu
Dan, aku tak pernah terluka akan hal itu

tukangtidur wrote:

Aku tak pernah menyebut namamu,
meskipun dalam renungan
Detik-detik pergi
Mimpi-mimpi tak pernah bersemi
Namun aku tak pernah melatunkan kata untukmu,
meskipun untuk satu kata: namamu

Biar saja musnah
Seperti sejarah yang tak pernah tercatat
Seperti prasasti yang tak pernah tergurat
Bukankah lebih baik begitu?
Dari pada menjadi ada tapi tak pernah diingat

Aku tak pernah membencimu
Apalagi mengagumimu
Dan, aku tak pernah terluka akan hal itu

jika memang,
tak ada namaku dalam renungmu
laluku dalam detikmu
ragaku dalam mimpimu
pun sematan namaku dalam kulum bibirmu

biarkan ada...
catatan hadirmu dalam sejarahku
pahatan lakumu dalam prasastiku
lebih baik begitu
daripada lembaran kisahku muram tanpamu

karena memang,
ada kata yang terbenam
antara benci dan kagum
yang nyata kita pendam
CINTA, itulah dia! maka, akuilah walau diam-diam...........

mengapa kita harus bertemu jika harus tersakiti?
kau bilang kau benci
tapi bukankah antara cinta dan benci hanya dibatasi sebuah celah kecil?
kau bilang kau terluka,
tapi pernahkah kau tau bahwa aku jauh lebih terluka?
rasa itu tidak sirna,ia hanya pergi untuk berganti tuan
jangan ingat aku,
jangan juga lupakan aku
biar waktu yang mengikisku dari memorymu. .

mengapa kita harus bertemu jika harus tersakiti?
kau bilang kau benci
tapi bukankah antara cinta dan benci hanya dibatasi sebuah celah kecil?
kau bilang kau terluka,
tapi pernahkah kau tau bahwa aku jauh lebih terluka?
rasa itu tidak sirna,ia hanya pergi untuk berganti tuan
jangan ingat aku,
jangan juga lupakan aku
biar waktu yang mengikisku dari memorymu. .

asiklah pada jago bales balesan puisi..