SD Negeri 1 Bantul, Sebuah sekolah tua dengan bangunan yang rentah tak menjadikan penghalang yang berarti demi menghasilkan murid-murid cerdas sebagai calon pembangun bangsa masa depan. Salah satu sekolah terkenal seantero pelosok kampung koloni ini telah meluluskan calon-calon pembangun bangsa yang kompeten.
Hari ini mungkin salah satu hari paling gaduh yang menyelimuti ruangan yang di penuhi mahluk-mahluk paling bengis, kejam dan menyeramkan, dimana ruangan paling dekat dengan gerbang dan jalan utama yang pastinya lebih gaduh dari pada ruang kelas tak bersirkulasi udara yang cukup ini bahkan tak menampung bebauan asam bocah-bocah petakilan yang brutal bagai anak kuli.
“Tunggu dulu!,”
Mereka bukan cuma bagaikan anak kuli namun mereka benar-benar keturunan para predator kampung yang ganas dan liar.
Di kiri dari tempat saya duduk ada seorang bocah yang terlihat sangat brutal dengan tubuh gempal yang mengundang helak nafas, teman-teman lain menjulukinya si Fey. jika saja aku anak yang pintar dan terkenal serta harta yang melimpah mungkin dia bisa jadi body guardku.
“sebuah hayalan konyol seorang pecundang kecil kelas ini”
Di pojok belakang ada seorang kreator ide-ide handal namanya ber inisial A, namun aku sangat tidak menyukainya ketika aku melihat tasnya yang jatuh dan berserakan terdapat buku yang sama dengan bukuku yang hilang entah kemana, bukan praduga bersalah namun 2 bukuku yang hilang nyaris sama dengan buku bocah bengis ini.
*suasana kelas semakin gaduh tak beraturan.
Sungguh ini tak benar, sudah siang namun tak kunjung ada seorang gurupun datang dan mulai menggoreskan kapur-kapur ilmu ini. hmm... apa boleh buat, aku terpaksa mendengarkan kisruh-kisruh gaduh para bocah-bocah dekil ini, sempat aku berfikir apa aku harus ikut meramaikan panggung teater para bocah-bocah imajianer yang sedang bercerita dan berakting layaknya aktor laga serial-serial kartun yang mereka pelototin setiap minggu pagi.
Setelah lama detik-menit-jam pun berlalu tetap tak seorangpun guru yang datang, aku mulai bosan dengan situasi abnormal ini, kuping kiriku mulai mencari mangsa untuk diam-diam mendengarkan akting para aktor teater kelas yang sedang membicarakan cerita serial kartun Dragon Ball yang tak sempat aku lihat di minggu kemarin.
**Serial kartun Dragon-Ball merupakan serial paling di tunggu dan menjadi cerita yang selalu menjadi hot thread di kalangan bocah-bocah kala itu, jika ketinggalan ceritanya dapat di ibaratkan bagai tak dikasih uang jajan waktu hari olah raga.
Aku pikir ini menarik perlahan aku mulai bergabung dengan mereka, namun saat-saat tak bersahabat sepertinya mulai perlahan merasuk kedalam teater imajinasi kelas ini, sontak terjadi akting yang mengejutkan dari Fey, seperti biasa dia selalu unjuk gigi tentang gaya-gaya bertarung ala serial kartun dragon ball, aku pikir ini hal yang menyenangkan untuk aku lihat dan untuk mengatasi rasa bosan yang terus mendorongku kedalam rasa kesepian. Namun peristiwa itu terjadi, suatu mala petaka yang brutal dan menakutkan menerawangkan betapa urat-urat tangan seorang bodyguard yang tangguh dan bersemangat perlahan-lahan mendekat bagaikan meteor besar yang jatuh dari langit secara berliku, “tiba-tiba”.
“Bruuaaaakkk......!!!”.
Suara meja yang corat marit dan kursi-kursi yang ambruk berserakan serta segumpal tubuh kecil yang terplanting tak berdaya di celah-celah kursi dibawah meja sambil mengeram kesakitan karena benturan keras kepala versus kursi kayu yang kerasnya bagaikan tulang betis para kuli pabrik.
Ya..., itulah aku yang terkena pukulan keras ala kame-kameha di serial dragon ball-nya si brutal Fey.
Sungguh sial... semua pandangan langusng terpaku pada diriku yang kecil tak berdaya ini di tambah cekikikan suara tawa itu seperti suara gemuruh supporter bola kala tim kesayangannya berhasil melumpuh hancurkan lawannya serta tidak hanya itu suara-suara ini benar-benar suara yang tak pernah ingin kurasakan.
Sesuatu yang aneh ini baru aku sadari ternyata derai demi derai air pecundang ini keluar dari mataku. Huaaaaa....!!! sial kau Fey, ulah tingkahmu sukses menenggelamkan harga diriku dalam cengkraman anak-anak predator kampung.
Kejadian ini sungguh sangat membekas hingga hari-hari berikutnya dalam hari mirisku. Inilah yang membuatku kecewa dengan media indonesia khususnya TV, kadang-kadang acara TV memang sama sekali tidak mendidik dan malah mengajarkan hal-hal yang berbahaya, coba jika kepalaku sampai bocor, sampai hilang ingatan, gagar otak, gagal ginjal, gagal jantung, kaki pengkor dan lain-lain, akibat aksi panggung teater serial kartun ala Fey. Apa mungkin stasiun televisi mau mengobati...?, sungguh terampas...
Iseng Sore-sore,,,