Kosong adalah kata yang cocok untuk menggambarkan situasi Ku saat itu. Ibu Ku adalah seorang pengemis jalanan. Ayah Ku adalah seorang bajingan. Abang Ku adalah seorang pendusta.
Aku?
Kotoran anjing.
Yang setiap pagi disapu Dan dilempar ketempat sampah oleh tuan tanah.
‌Mencuri, merampok, membunuh?
Kata kerja Yang sudah mendaging Di hidupku.
Kenapa, adalah sebuah kata yang sangat Ku benci. Aku muak mengucapkkan atau mendengarkan kalimat itu.
Jeruji besi itu merupakan tempat tinggal Yang nyaman bagiku. Disana Aku dapat menikmati makanan tanpa harus ditagih. Tidak membayar biaya sewa. Tidak Ada perbedaan. Semua sama Adil.
Hidup Ku tentram didalam Sana.
Hingga akhirnya Aku pun dinyatakan bebas..
Sejenak Aku terdiam. Kemana Aku Akan melangkah. Dimana tujuanku selanjutnya. 10 tahun telah berlalu semenjak kejadian pertumpahan darah itu. Apakah Aku Akan kembali ke rumah ibu? Tanpa berlama-lama lagi, kaki Ku pun telah melangkah mengikuti arahan hati.
Tampak sebuah gubuk Tua dengan garis polisi melintang sekeliling. Aku melangkah masuk. Kudapati pintu gubuk itu telah dibuka paksa. Sesampai di dalam, kuhirup aroma khas itu. Aroma manis milik ibu. Seketika air mata telah membahasai pipiku. Aku teringat Akan nya.
Tengah Aku menikmati moment rindu itu. Terdengar suara langkah kaki mendekat. Sontak Aku pun bersembunyi.
Siapa!?
*To be continue*