Derasnya hujan menyentuh kulit Iren yang lembut. Ia tidak mengetahui kalau hujan akan turun malam ini. Dan derasnya hujan mewakili hatinya yang sedih. Ia berlari semampunya dengan air mata mengalir dipipinya.
“Maukah kamu menjadi pacar bohonganku?” kata-kata itu yang selalu terngiang ditelinganya yang kini telah mengusik hatinya.
Aday adalah seorang lelaki yang Iren sukai sejak SMP, dan Aday adalah kakak kelasnya. Dan hingga kini mereka kembali satu SMA, Iren kelas 2 SMA dan Aday kelas 3 SMA. Aday telah mengetahui bahwa iren menyukainya, ia pun menerima perkenalan dari Iren, namun entah dengan dasar apa.
“Mengapa harus bohongan?” Iren menanyakan kembali pada Aday.
“Kakak ingin membalas dendam pada mantan pacar kakak.” Aday menjawab dengan menundukkan wajahnya.
“Tapi, mengapa harus aku?” Iren kembali bertanya dengan nada yang lebih tinggi.
“Karena hanya kamu yang kakak percaya. Kamu mau kan membantu kakak?”
“Kakak tau kan, kalau aku itu sudah lama suka sama kakak. Aku harap ini semua ada hikmahnya.” Iren menjawab dengan membalikkan badannya ke kebelakang dan mulai meneteskan air mata. Ia berharap dengan ia menerima tawaran Aday, ia bisa menjalani hari-harinya bersama Aday. Dan Aday bisa menyukainya.
“Oke, terima kasih dik. 2 hari lagi kakak akan tembak kamu di depan teman-teman saat kita ekskul basket.”
“Sama-sama kak.” Iren menebarkan senyum manis dibibir mungilnya.
“Oh iya, ada sesuatu yang lupa. Kakak minta, selama kita kita menjalani semua ini, jangan kamu masukin kedalam hati ya. Ini semua hanya tipu daya untuk mantan kakak. Dan kita hanya pacaran selama 2 bulan.”
Hati Iren serasa diiris-iris, dan disiram air asam. Rasanya sangat perih. Mana mungkin ia menjalaninya tidak dengan hati. Apalagi dalam waktu 2 bulan. Mungkin bagi Aday itu waktu yang singkat, namun bagi Iren, itu adalah waktu yang lama untuk melakukan suatu kebohongan.
“Ada lagi kak? Kalau tidak ada, aku pulang dulu.” Tak perduli hujan, Iren meninggalkan Aday.
*******
Hari ini adalah hari dimana Aday akan menembak Iren, itupun menurut rencananya. Sebelum ekskul basket dimulai, Iren mengikuti ekskul menari. Hari ini ia menari sebanyak 4 kali, padahal biasanya ia hanya menari sebanyak 2 kali saja. Hatinya mulai gelisah.
Setelah selesai menari, iren duduk di taman dan menunggu Aday, setelah mendapat telepon darinya karena ia ingin memberitahukan sesuatu pada Iren.
“Hai, dik. Sudah lama menunggu?” Sapa Aday setelah sampai di taman.
“Tidak juga kak, baru 10 menit. Kakak mau memberitahu apa?”
Aday duduk di samping Iren. “Kamu tahu? Mantan kakak semalam sms kakak.”
“Oh ya? Dia bilang apa?”
“Katanya, ternyata ia tidak bisa melepas kakak, dan ia tidak akan membiarkan kakak jatuh ke tangan orang lain. Itu berarti kamu tidak jadi putus.” Aday menebarkan senyum bahagia pada Iren.
“Apa?” Iren berjalan dan membelakangi Aday dan berusaha menahan air matanya.
“Hmm, maksud aku, kalau begitu selamat ya kak.” Iren menyalami Aday dengan senyuman yang kosong. Dan ia kembali membelakangi Aday.
“Kamu, tidak marah kan? Maafkan kakak. Kan kakak sudah bilang, jangan dimasukkan ke dalam hati.” Aday mendekati Iren dan berada di belakangnya.
Iren tidak mungkin mengatakan bahwa ia sakit bahwa ia hancur. Ia baru saja mendapatkan perlakuan yang sangat tidak pantas untuk ia terima.
“Untuk apa aku marah, toh kakak gak akan kembali ke aku. Karena kakak hanya mencintainya. Karena aku hanya seseorang yang mencintai sepihak. Selamat ya kak, aku senang kalau kakak bahagia. Dan aku tidak akan mengganggu kakak lagi. Terima kasih karena sudah menerima perkenalanku dengan baik.” Iren pergi meninggalkan Aday, kini tangisnya betul-betul pecah. Dan ia berjanji, mulai detik ini ia tidak ingin menal Aday lagi dan ia akan keluar dari ekskul basket.
^^^^^^^^^^^
:(