Aku baru2 ini nyoba buat resensi buku, tp formatnya agak beda sm om tukangtidur soalny aku gk nyantumin judul, harga, dll kayak yg ada di postingan om tukangtidur... ada gak sih format umum resensi buku? aku malah bikin judul baru pas bikin resensi buku... hehe... mohon pencerahannya buat nubi...
Cinta di Pengasingan
Resensi buku Razia Agustus karya Sobron Aidit
Dua penyakit yang berbahaya : fanatik dan anti. Ironis bahwa kedua penyakit yang dinyatakan paling berbahaya menurut Sobron Aidit justru menahan dirinya untuk mengungkapkan cintanya kepada negerinya. Sobron Aidit adalah salah satu adik dari Dipa Nusantara Aidit yang terlibat dalam gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI), malah menjadi salah satu ketua cabang PKI di Madiun. Sikap pemerintah orde baru (orba) yang anti-komunis membuat Sobron mesti keluar dari Indonesia, yang dianggapnya sebagai bangsa yang dicintainya. Hal ini dikarenakan ide pemerintah yang bertabrakan dengan fanatisme abang dari Sobron Aidit, yaitu D.N.Aidit, untuk membangun paham komunisme dalam Indonesia.
Dalam buku kumpulan cerpen Razia Agustus yang merupakan Autobiografi dari Sobron Aidit ini, dia mengungkapkan berbagai cerita mengenai kisah perjalanan hidupnya sebagai anggota keluarga pengikut PKI. Dimulai dengan ceritanya mengenai bang Amat, abang yang dia banggakan, yang lebih dikenal masyarakat luas dengan D.N.Aidit, salah satu tokoh gerakan PKI di Madiun. Pertalian darahnya dengan bang Amat inilah yang membuatnya harus ikut merasakan tindakan represif tentara pemerintah sewaktu merazia anggota PKI. Tanpa rasa takut, dia tetap menggunakan nama aslinya dan menceritakan kronologis kisahnya terlempar dari bumi Indonesia.
Selama pelarian di luar negeri, dia berpindah dari negeri bambu hingga ke negeri fashion. Sifatnya yang mudah bergaul dalam lingkungan sosialnya justru membuatnya memperoleh kesulitan di negeri bambu. Dia dipecat dari pekerjaannya tanpa ada alasan yang jelas. Hal ini yang kemudian mendorongnya pergi ke negeri dimana Menara Eiffel berada. Setelah lama berjuang, dengan bantuan para pelarian senasib dan sahabat-sahabat yang merasa simpati atas keadaannya, akhirnya Sobron berhasil mendirikan restoran Indonesia di kota Paris, pusat kota negara Perancis itu.
Sobron, yang menyadari bahwa usahanya untuk kembali ke tanah air tercintanya masih dalam kondisi yang sia-sia, membuatnya bertahan di Perancis selama bertahun-tahun. Pada akhirnya, dia memilih untuk mendapatkan kewarganegaraan Perancis. Yang lebih ironisnya, setelah “menanggalkan keindonesiaannya,” dia justru berhasil kembali ke Indonesia dengan selamat. Namun, begitu sampai ke tanah kelahirannya, bahkan untuk berziarah ke makan orangtuanya di Belitung pun dia tak berani karena ke-anti-an pemerintah orba terhadap PKI dan anggota keluarga mereka.
Buku kumpulan cerpen ini tidak terpaku pada kisahnya menjadi seorang adik dari buronan politik terkenal, tetapi dia juga mengetengahkan berbagai orang-orang yang dia temui di jalan hidupnya. Hal ini membuat bukunya menarik untuk diikuti dan tidak membuat jenuh pembacanya. Selain itu, Sobron mampu mendeskripsikan pengalaman-pengalamannya melalui bahasa yang sederhana dan alur yang tidak bertele-tele. Walaupun bahasa yang digunakannya terasa ringan, makna dalam setiap cerpennya tidak seringan bahasa yang digunakannya.
Cerpen-cerpen dalam buku Razia Agustus ini merupakan cerita yang terpisah-pisah namun memiliki keterkaitan satu sama lain, baik dalam alurnya maupun dalam maknanya. Sehingga, terkadang kita dibuat untuk lebih dalam memikirkan setiap makna yang terkandung dalam masing-masing cerpen tersebut. Terlebih lagi, cerpen ini tidak serta-merta mencantumkan tokoh-tokoh yang dimaktubkan dalam ceritanya sehingga kita dibuat berpikir kembali tokoh apa yang sedang diceritakan penulis.