Ruise V. Cort Penulis Parah
Jumlah posting : 6382 Points : 6522 Reputation : 45 Join date : 28.04.11 Age : 31 Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*
| Subyek: M adalah "Menceritakan" Kenyataan. Mon 5 Dec 2011 - 22:51 | |
| T is for “Telling” Truth © Barbara Dawson Smith Sumber: http://www.legendfire.com/forums/index.php?showtopic=256Penerjemah: Emerald - Spoiler:
========== ========= ========= =========
“Menceritakan” adalah cara untuk menyampaikan kenyataan pada pembaca—jalan yang salah. Cara yang benar adalah untuk “menunjukkan” informasi melalui perilaku, percakapan, dan kelima indra. (Jika Anda masih tidak mengerti, tolong baca dan biarkan saya “menunjukkan” apa yang saya maksud.)
Bayangkan diri Anda ada dalam kegelapan ruang bioskop. Tiba-tiba, semua layar mati dan hitam menyisa hanya suara latar—percakapan dan beberapa efek suara lainnya. Seberapa menyebalkannya itu! Bila teknisi tidak memperbaiki proyektor secepatnya, Anda akan merasa bosan dan pergi. hal itu juga berlaku pada sebuah buku. Bila Anda gagal membuat pembaca melihat cerita Anda, mereka akan kehilangan rasa ketertarikan, meletakkan buku tersebut, dan tidak akan melirik buku itu lagi. Bila pembaca tersebut adalah editor yang kau berikan manuscript, maka kau kehilangan kesempatan.
Apakah sihir yang memberi nafas kehidupan ke dalam cerita? Peratutan utama dalam menulis yang sukses adalah: “Tunjukkan, Jangan Menceritakan.”
“Menceritakan” berarti tidak melibatkan pembaca. Anda memberikan informasi, tapi dengan cara datar dan tidak bermakna kehidupan sama sekali. Kau mengabaikan aksi, emosi, dan detail indra—bumbu vital yang membuat pembaca mempercayai ceritamu.
“Menunjukkan” mendramatisir kejadian dalam plot. Pemaca merasakan cerita seolah-olah mereka ada di sana, mengambil peran dalam kisah. Dalam ruang imajinasinya, dia menjadi sang tokoh. Berikut adalah contohnya:
Menceritakan: Jack takut.
Menunjukkan: Sebagaimana langkah kaki terdengar semakin mendekat, Jacki merasa otot perutnya seperti terlilit. Kami mendengar langkah-langkah kaki. Dia merapatkan tubuhnya pada diniding, lapisan semen terasa kasar dengan pipinya. Keringan melembabkan telapak tangannya. Kedua tangannya berusaha memposisikan pistol dalam kondisi siaga.
Perhatikan bagian “menceritakan”, kita memberikan informasi, tapi tidak dengan cara yang mengikut sertakan kita dalam adegan. Seolah kita duduk dalam ruang bioskop, memperhatikan layar hitam dan merasa kejemuan meningkat akibat ketidakmampuan kita untuk tahu apa yang terjadi.
Dalam versi “menunjukkan”, bagaimana pun, kita melalui adehan bersama dengan Jack. Kita mendengar suara langkah kaki. Merasakan ketegangan perutnya, rasa lembab pada telapak tangannya, kekasaran semen. Gemetaran pada pistol akibat tangannya. Kita merasakan ketakutannya, tidak seperti hanya diceritakan apa yang terjadi padanya.
Dan selama perjalanan, sesuatu yang ajaib terjadi: Jack menjadi pria yang nyata. Sekali pun ia adalah tokoh jahat, kita bisa merasakan empati padanya karena kita merasakan ketakutannya, dan ketakutan adalah perasaan yang dimiliki manusia secara menyeluruh. Kita ingin membalik halaman dan tahu apa yang terjadi pada Jack. Inilah kekutan dari “menunjukkan” bukan “menceritakan”.
Jadi apa rahasia untuk “menunjukkan” sebuah adegan? Ini benar-benar mudah. Cukup berikan detail.
Detail memberikan nafas kehidupan pada kisah Anda. Menstimulasi daya imajinasi pembaca agar ia bisa memproyeksikan adegan dan menjadi bagian dari itu. Bicara mengenai lain hal, perhatikan setiap nama emosi yang kau sampaikan, seperti Jack takut. Itu malas menulis. Pembaca tidak akan menangkap emosi yang ingin disampaikan. Jauh lebih baik “mununjukkan” emosi melalui aksi, kelima indra, dan percakapan. Berikut contoh lainnya:
Menceritakan: Dave berpikir bahwa Brenda bersikap sembunyi-sembunyi.
Menunjukkan: Brenda menghentakkan pintu lemari pakaiannya dan berbalik, tanganya bersembunyi di balik punggungnya. Mulutnya menunjukkan senyuman keki. “Dave! Ku-kupikir kau tak akan pulang ke rumah sampai pukul enam.”
Contoh “menunjukkan” menggunakan aksi fisik, ekspresi wajah dan dialog untuk menyampaikan informasi yang sama dalam bagian “menceritakan”. Tapi dengan “menunjukkan”, kita mendapatkan gambaran yang jelas. Kita melihat adegan seolah tengah diputar di layar bioskop.
Bila kau menulis adegan, kau mulai menyimpulkan bahwa sikap Brenda membuat Dave berpikir bahwa ia menyembunyikan sesuatu. Dia menghentakkan pintu lemari pakaian. (Detail spesifik) Dia menyembunyikan tanganya di belakang punggung. (Detail spesifik yang lain) Dia tersenyum keki. Ucapannya menambahkan penilaian bahwa ia menyembunyikan sesuatu dari Dave—seperti ia meletakkan sesuatu di dalam lemari pakaian. Mungkin juga ia memegang sesuatu di tangannya. Kita ingin membaca lebih untuk tahu apa itu!
Jadi, “menunjukkan” membuat adegan menjadi hidup melalui pendetailan. Tapi bagaimana dengan aplikasi untuk tidak “Tunjukkan, Jangan Menceritakan”? bagaimana bila editor menolak manuscript Anda hanya karena Anda “menceritakan” tokoh, dibandingkan “menunjukkan” mereka?
Untuk menggambarkan kesalahan yang umum ini, ibaratkan tokohmu adalah penjudi. Tapi tak pernah sekali pun di dalam kisah kita melihat dia mengambil kartu untuk berjudi. Tidak pernah mendengarnya mempertaruhkan uang. Kita diharapkan mempercayai tokoh itu hanya karena takdir. Tanpa bukti. Tipe “menceritakan” seperti ini akan cepat-cepat ditolak!
Saat melihat pada manuscript, tanyakan pada diri Anda: Apa yang bisa aku tunjukkan untuk membuat tokohku memperlihatkan tabiatnya, atau kegunaan, di dalam cerita secara jelas pada para pembaca? Sebagai contoh, tokoh utama wanita dalam Once Upon A Scandal (St. Martin, September 1997) adalah wanita kucing pencuri (?) di Perumahan London). Dibandingkan dengan mudah “menceritakan” informasi tersebut kepada pembaca, aku “menunjukkan” tokoh utama wanita berperan sebagai perampok di adegan pembuka buku.
Ini adalah malam yang bagus untuk mencuri.
Sebagaimana ia memanjat jendela antik menuju balkon di lantai tiga, Emma merasa dianugrahi keberuntungan. Kabut menggantung tinggi hingga atap tumah elegant tersebut. Asap yang teabl jugamengahalanginnya untuk bisa melihat seberapa jauh ia akan jauh nantinya. Memeluk tembok, dia semakin mendekatkan dirinya pada tujuannya. Hanya kemerlapan samar jendela paling bawah yang menerangi kegelapan. Tesktur ketebalan di udara membuat ilusi seolah itu benda padat, seolah ia bisa melepaskan pegangannya dan tenggelam dalam kasur bulu hitam…
Emma mengigil. Satu salah langkah, dan ia akan mengehancurkan lehernya sendiri. Titian sempit ini dibuat sebagai penghias, bukan sebagai tempat yang digunakan untuk Pencuri yang Dihargai.
Perkembangan karakter adalah satu zona berbahaya dari “menceritakan” bukan “menunjukkan”. Cukup katakan, tokoh utama pria yang membenci wanita sudah adu debat dengan tokoh utama wanita selama 200 atau 300 halaman atau bahkan lebih, tapi tiba-tiba saat adegan akhir tokoh utama pria mengumumkan bahwa ia mencintai wanita itu atas semuanya, dan bukankah ia menyadarinya? Ini “menceritakan”, bukan “menunjukkan”. Pembaca tidak akan mempercayainya terkecuali kau menggunakan adegan untuk membingkai kisahmu untuk “menunjukkan” perubahan bertahap dari pria yang sinis menjadi pria yang sensitif.
Jadi, perhatikan baik-baik bagaimana menampilkan tokoh Anda. Apa Anda hanya sebatas “menceritakan” kepada pembaca bahwa tokoh utama wanita Anda adalah perngertian—sebagaimana Anda “menunjukkan” bukti dari sikapnya? Tulis adegan di mana ia menyelamatkan anjing dari sekelompok penyiksa atau membuatkan sup ayam untuk tetangga yang sakit. Seperti itu juga, jangan “ceritakan” pada pembaca bahwa tokoh utama pria Anda nekat. “Tunjukkan” bahwa ia melompat keluar dari kereta yang berjalan atau menantang tokoh jahat dalam pertarungan. Itu yang disebut “menunjukkan”, gunakan aksi dan dialog dan detail spesifik untuk membuat pembaca percaya bahwa tokoh tersebut sesuai dengan apa yang Anda kisahkan.
Semua buku yang bagus menyentuh pembaca melalui emosi. Anda melakukannya dengan cara menunjukkan pada pembaca bukti—bukti dengan bagaimana tokoh Anda bereaksi saat menhadapi hambatan dan halangan. Dengan kata lain, Anda “menunjukkan” pada pembaca mengapa mereka harus menyemangati karakter dan mengaguminya. Dan berharap, dalam proses, pembaca akan menemukan diri mereka tenggelam dalam cerita, tidak bisa meletakkan buku tersebut.
Dan itu “menceritakkan” kenyataan.
Sumber: Show, Don't Tell
Kalimat Menunjukkan Melawan Kalimat Menceritakan.
Masing-masing dari kalimat tersebut memiliki dua bentuk. Satu bentuk adalah umum dan kurang akan penggambaran yang dibutuhkan pembaca untuk benar-benar mengerti apa yang sedang dibicarakan penulis. Bentuk yang lain yang sama menggunakan detail spesifik dan gambaran yang diberikan penulis lebih nyata dan hidup.
Samar: Dia pulang ke rumah dengan suasana hati yang buruk. [Suasana hati yang buruk seperti apa? Bagaimana dia bertingkah?] Spesifik: Ia menghentakkan kaki pulang, tangan terkepal di kantung, dengan kasar menendang kerikil, anjing, anak kecil, dan apa pun yang menghalangi jalannya.
Samar: Tetanggaku membeli meja tua yang sangat bagus. [Kenapa bagus? Seberapa tua? Meja apa?] Spesifik: My neighbor bought a solid oak, roll-top desk made in 1885 that contains a secret drawer triggered by a hidden spring. (T.N, pusing ah bagian yang ini ._.)
Samar: Dia adalah pria yang menarik. [Menarik yang bagaimana – penampilan, pribadi, atau keduanya? Bisakah kau menggambarkan dai dari kalimat ini?] Spesifik: Dia memiliki mata seorang Paul Newman, senyuman seorang Robert Redford, tubuh seorang Aylvestr Stallone, dan uang seorang Bill Gate.
Setelah membaca kalimat di atas, tulis ulang kalimat samar dibawah menggunakan spesifik detailmu.
Kekasihku bertingkah seperti keparat. Dia mengenakan pakaian yang aneh. Pemandangan di gunung sangat cantik. Teman sekamarku sangat pengertian (tidak pengertian).
Akhirnya, bila kau menulis draft, kembali lihat kertas untuk mencari kalimat yang menggunakan spesifik detail yang bagus. Lalu, temukan yang umum dan tambahkan detail untuk membuat kalimat menjadi hidup. ========== ========= ========= =========
| |
|
de_wind Penulis Sejati
Jumlah posting : 3494 Points : 3669 Reputation : 52 Join date : 29.03.11 Age : 39 Lokasi : Bekasi
| Subyek: Re: M adalah "Menceritakan" Kenyataan. Tue 6 Dec 2011 - 1:29 | |
| wooow...nnt baca2 ah...ctrl+D dulu hehe... | |
|
Ruise V. Cort Penulis Parah
Jumlah posting : 6382 Points : 6522 Reputation : 45 Join date : 28.04.11 Age : 31 Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*
| Subyek: Re: M adalah "Menceritakan" Kenyataan. Tue 6 Dec 2011 - 11:20 | |
| Kasih tahu Rui kalau ada salah tulis atau apa ._. Nanti Rui perbaiki | |
|
de_wind Penulis Sejati
Jumlah posting : 3494 Points : 3669 Reputation : 52 Join date : 29.03.11 Age : 39 Lokasi : Bekasi
| Subyek: Re: M adalah "Menceritakan" Kenyataan. Wed 7 Dec 2011 - 4:31 | |
| sip ok...brhubung belom bisa juga buk spoiler rada ribet nih soalnya mesti di quote dulu baru kebaca deh... | |
|
Ruise V. Cort Penulis Parah
Jumlah posting : 6382 Points : 6522 Reputation : 45 Join date : 28.04.11 Age : 31 Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*
| Subyek: Re: M adalah "Menceritakan" Kenyataan. Wed 7 Dec 2011 - 11:49 | |
| Di semua forum kayak gitu juga Kak? | |
|
de_wind Penulis Sejati
Jumlah posting : 3494 Points : 3669 Reputation : 52 Join date : 29.03.11 Age : 39 Lokasi : Bekasi
| Subyek: Re: M adalah "Menceritakan" Kenyataan. Sat 10 Dec 2011 - 11:33 | |
| hmmm...pas maen dkaskus sih jarang ada yg make spoiler, klo smiliesnya sih bisa2 aja... tp ini pas pake di laptop orang malah bisa.... | |
|
Ruise V. Cort Penulis Parah
Jumlah posting : 6382 Points : 6522 Reputation : 45 Join date : 28.04.11 Age : 31 Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*
| Subyek: Re: M adalah "Menceritakan" Kenyataan. Sat 10 Dec 2011 - 15:00 | |
| Berarti yang masalah laptop Kakak | |
|
Sponsored content
| Subyek: Re: M adalah "Menceritakan" Kenyataan. | |
| |
|