SINDIKAT PENULIS
Silakan login dahulu, biar lebih asyik.
Kalau belum bisa login, silakan daftar dahulu.
Setelah itu, selamat bersenang-senang...
SINDIKAT PENULIS
Silakan login dahulu, biar lebih asyik.
Kalau belum bisa login, silakan daftar dahulu.
Setelah itu, selamat bersenang-senang...
SINDIKAT PENULIS
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.


Kami adalah penulis, dan kami tidak butuh persetujuan dari siapa pun!
 
IndeksLatest imagesPencarianPendaftaranLogin
"Jika ada buku yang benar-benar ingin kamu baca, tapi buku tersebut belum ditulis, maka kamu yang harus menuliskannya." ~ Toni Morrison

 

 (Old Stories) Raven

Go down 
5 posters
Pilih halaman : 1, 2, 3, 4  Next
PengirimMessage
Ruise V. Cort
Penulis Parah
Penulis Parah
Ruise V. Cort


Jumlah posting : 6382
Points : 6522
Reputation : 45
Join date : 28.04.11
Age : 31
Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*

(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptySun 5 Feb 2012 - 22:24

Banyak yang mengatakan bahwa mereka lebih memilih hidup di dalam dunia mimpi. Berkata bahwa dengan hal itu mereka bisa melakukan apa pun yang mereka inginkan tanpa ada pembatas. Bahwa imajinasi mereka dapat bekerja agar semua hal buruk yang terjadi dalam diri mereka akan hilang. Melebur menjadi partikel-partikel debu dan hilang bersama hembusan angin.

Betapa... aku merasa iri pada pandangan seperti itu.

"Aku takut... bila saja ini adalah mimpi. Bahwa ini semua hanyalah sebagian kecil dari mimpi seseorang," bisikku. Menyesap kopi hitam milikku sebelum kembali memperhatikan wajah setengah tertawa milik remaja di hadapanku. "Kau boleh tertawa, aku tak akan terkejut," lanjutku. Meyuarakan apa hal yang biasanya dilakukan oleh kebanyakan orang. Tertawa dengan imaji konyol milikku.

"Kau takut... tak bisa membedakkan mana mimpi dan kenyataan. Dalam artian, apa kau benar-benar ada dalam kenyataan atau hanya berilusi bahwa kau nyata dan hidup. Apa aku benar, Anita?" ujarnya dengan nada khas yang sedikit melengking saat ia menyebutkan namaku.

Ukiran senyum kecil menghias wajahku. Menikmati bagaimana perasaan aneh selalu bermain setiap kali sosok yang baru kukenal kurang dari satu bulan itu menyebut namaku. Seolah mempermainkanku dengan perlakukan setengah bermain dan setengah serius. Hal yang hanya bisa dilakukan olehnya.

"Aku terkejut kau bisa menjelaskan hal yang terkadang sulit kuungkapkan dengan kata-kata. Katakan, apa seseorang pernah mengucapkan ketakutan yang sama sepertiku?"

Sedikit memiringkan kepala ke samping, Kevin kembali terseyum. Menunjukku dengan garpu alumunium yang masih menusuk potongan kecil kue coklat ke arahku. Sungguh, aku harus menahan diri untuk tidak memajukan kepalaku dan melahap benda menggiurkan itu. Bodohnya aku tidak memesan cemilan yang bisa menemani kopi pahitku.

"Kau akan tertawa, dapat kupastikan."

"Oh, apa itu karena kau sendiri yang mengalaminya?" Pertahananku runtuh saat potongan kue menggiurkan itu semakin mendekat wajahku. Dalam hitungan detik menghilang di dalam rongga mulutku. Menyisa noda coklat mau pun cengiran milik Kevin. "Kau yang bersikap kalau aku boleh melahapnya," decakku setelah menelan makananku. Dan Kevin tergelak sesaat.

"Aku tak keberatan," berbisik pelan ia kembali memberi gestur yang sama dengan tadi. Seolah kue yang belum dimakannya itu memang khusus dipesan agar ia bisa menyuapiku. Bukan Anita bila aku tak mau menerimanya dengan senang hati. "Karena kita memang bermimpi..."

"Kau mengatakan sesuatu?"

"Nah... lupakan saja, jadi bagaimana? Mau aku pesankan scone sebagai hidangan penutup?"

"Kau ingin menambah berat badanku ya?"

Kembali tertawa, Kevin sama sekali tidak perduli dengan bagaimana aku melipat tangan di depan dada atau bagaimana kedua pipiku yang sedikit dihias krim mengembung. Gestur yang banyak dikatakan sebagai sesuatu yang pantas untuk dinikmati. Setidaknya sampai aku luluh dan kembali membiarkan Kevin menyuapiku dengan makanan manis yang sangat kusukai.


*

"Ada sebuah kisah..."

Bola mata onyxku berhenti menatap kanvas hitam dengan permata berkilau menghias tersusun acak di atas sana--langit malam yang indah.

"Kisah?" ulangku dengan penuh keraguan.

"Ya... kisah yang kurasa tak akan kau sukai."

"Dan aku memintamu untuk menceritakan hal itu padaku."

Kuinjak beberapa rerumputan hijau yang cukup tinggi. Mengedarkan pandangan sampai akhirnya menemukan tas ransel hitam untuk mengeluarkan sarung tangan milikku. Menggelarnya di samping Kevin dan membariku ruang untuk bisa duduk tanpa harus mengotori rok abu-abu milikku dengan rerumputan atau pun tanah lembab.

"Kau yakin?" Aku mengangguk. "Kisah ini mengenai seorang anak kecil. Dia bermimpi, mimpi bahwa ia adalah seekor kupu-kupu yang terbang tanpa tujuan yang pasti. Lalu terbangun, dengan keraguan apakah itu mimpi atau saat ini yang sebenarnya mimpi."

"Hei..." aku mendesis tajam. Menyipitkan kelopak mataku saat telunjuk kananku berhasil bersentuhan dengan hidung Kevin. "Aku
sering dengar kisah itu. Itu bukan hal yang jarang digunakan sebagai dasar kisah-kisah fiktif," cibirku.

"Oh, kau tahu kisah itu?"

"Tentu saja! Itu hal paling jelas, bahwa sebagian besar individu mengetahui kisah itu. Hanya saja ini pria, bukan anak kecil seperti versimu."

Di balik kacamata transparan ada sedikit bayangan bahwa bola mata coklat jernihnya berputar beberapa kali. Tanpa pemberitahuan apa pun, lengan kanannya sudah melingkar di sekitar pingangku. Membuatku sedikit menyentak dan berniat untuk protes, walau akhirnya niatan itu pudar saat wajah yang tak kukenal menghias. Ekpsresi yang tak bisa kubaca sama sekali. Sesuatu yang begitu datar.

"Kalau begitu katakan... apa yang dikatakan anak itu saat sadar bahwa semua itu adalah mimpi sekaligus kenyataan?"

"Bisa kau jelaskan?" Nada penuh keraguan dengan jelas mengalun bersama pertanyaanku.

Sesuatu seperti berusaha menahanku untuk tidak melanjutkan niatan untuk mencaritahu apa yang Kevin bicarakan. Sesuatu yang seolah menjerit di dalam kepalaku saat Kevin membuka mulutnya untuk berbicara. Menjerit dengan intensitas yang sama sekali tidak kusukai untuk di dengar, terutam di dalam kepalaku sendiri.

"Anak itu hanyalah pecahan mimpi orang lain. Bahwa ia tak pernah ada. Bahwa tak ada seseorang pun yang tahu akan keberadannya. Bahwa pada kenyataannya ia tak pernah ada. Bahwa--..."

"...kau terlalu banyak menggunakan kata bahwa?" sedikit mendongak aku memotong cepat ucapannya. Seperti yang ia katakan, aku tak menyukai kisah ini. Sama sekali tidak suka, terutama bagaimana jeritan terdengar seolah ingin memecahkan kepalaku.

Membuatnya meledak menjadi ceceran benda pink, putih dan merah.

"Kau benar, mungkin aku terlalu banyak menggunakan kata itu."

Kami saling tersenyum. Aku dengan alasan lega karena jeritan itu berhenti, dan Kevin... karena gadis berambut coklat ini sama sekali tidak perduli kondisinya yang ada dalam pangkuannya. Benar-benar membiarkan bagaimana dua lengan kekar membuatmya diam di tempat. Dan kondisi itu... memberiku ruang untuk mendengar lebih jelas suara mendayu yang sebelumnya kupercayai sebagai suara angin malam yang bertiup.

Seorang pria. Suara yang tak kukenal dengan baik namun sangat familier. Siapa?

'...semua... tak boleh berakhir... teruslah berlanjut... kau tak perlu tersadar...'

*

Menyandarkan pundakku pada pagar sekolah dan aku menanti dengan sabar sampai sosok yang sudah menjadi keberadaan yang tak tergantikan bagiku muncul. Menyapaku dengan ucapan selamat pagi setelah mengusir temannya dengan satu atau dua ejekkan yang masih belum kumengerti.

"Kau menunggunya?"

Aku melonjak kaget. Tanpa sadar memeluk erat ransel hitamku sebelum akhirnya bisa berpikir untuk menoleh dan mengucapkan salam pada sosok yang aku tahu nama namun tak kukenal begitu baik. Aku kekasih yang buruk. Haha, bahkan sahabat pacar sendiri saja hanya tahu nama dan wujudnya saja.

"Maaf atas ketidaksopananku," ujarku. "Selamat pagi."

"Ah ya... pagi."

Hanya perasaanku saja atau Reno juga baru menyadari bahwa dia menyapaku dengan sebuah tanya dibandingkan salam?

"Hal yang langka mendapatimu muncul tanpa Kevin." Jemari telunjukku menempel pada bibir bawahku. Membuat pose yang sering dibilang terlalu dibuat-buat agar aku bisa terlihat manis di hadapan orang lain. Walau pada nyatanya ini memanglah kebiasaan yang ingin kusingkirkan sejauh-jauhnya.

"...kau bermimpi."

Kunaikkan sebelah alisku dengan suara 'hah' khas bertanya.

"Nah... lupakan saja. Satu tahun, aku benar?"

"Maksudmu aku mulai jalan dengan Kevin? Ah ya... kau benar."

Ulas senyum sendu muncul begitu saja di wajah Reno. Dengan kelopak mata menyipit lembut, bola mata hitamnya yang jauh lebih kelam dariku terlihat berbinar. Salah satu aset yang membantu Reno menjadi sosok yang paling ingin dijadikan kekasih hanya dalam waktu dua minggu setelah resmi menjadi siswa di sekolah swasta ternama ini.

"Terlalu lama."

"Eh?"

"Hanya saran saja. Segeralah tersadar... sebelum luka yang tertinggal nanti... menghancurkan semuanya, sebelum kalian menangis tanpa air mata..."

Reno berlalu pergi. Meninggalkanku yang hanya bisa mengerjap beberapa kali sebelum mengeluarkan suara 'hah' sekali lagi. Diam mematung untuk memperhatikan jalan yang sempat dilalui remaja itu untuk sampai di gedung kelas sebelas.

"Kau bertingkah seperti pemuja Reno."

Untuk kedua kalinya aku memeluk tas ransel dengan erat. Menatap jengkel pada sosok yang berbanding terbalik dengan Reno. Sosok yang dicap sebagai paling freak dalam waktu yang bersamaan dengan melenjitnya popularitas Reno.

"Sana, kau mengejutkanku."

Gadis itu menaikkan sebelah alisnya. Walau sedikit disayangkan aku tak tahu emosi apa yang ada dalam bola matanya akibat lensa kacamata yang enam kali lebih tebal dibandingkan lensa kacamata milikku yang hanya berukuran -1.

"Dan kau tidak terkejut dengan sikap kakak?" Sudut kanan bibir Sana--bukan sana sebagai salah satu kata tunjuk, tapi Sana sebagai nama--naik beberapa mili lalu kembali kesemula. "Apa yang dia katakan?"

"Menyarankanku untuk putus dengan Kevin."

Melihat dari cara Sana mendengus, aku merasa kalau kesimpulanku adalah salah besar. Ayolah, tak ada penerjemah bahasa Reno yang jauh lebih baik dibandingkan saudara kembarnya sendiri bukan? Maksudku... Sana dan Reno yang dikabarkan berpacaran dan menjadi figure kisah putri Belle--Beauty and the Beast--dengan kondisi terbalik pada kenyataanya adalah saudara kembar. Saudara kembar dengan sikap aneh untuk menipu satu sekolah.

"Bukan putus, tapi agar kau mendengarkan suara dalam kepalamu. Pada jeritan itu, pada tangisan yang dimainkan sisi lain."
Atau tidak. Sana adalah contoh dari penerjemah yang cukup buruk untuk mejelaskan apa yang dimaksud. Terbukti dengan bagaimana dia semakin memperumit maksud yang disampaikan Reno tadi. Bagaimana mungkin aku bisa lupa dengan kenyataan ini.

'...hentikan... jangan terbangun... pada mimpi... pada nyata... pada realitas...'

*

"...aku takut..." berbisik lemah, wajahku semakin terbenam pada jaket jeans Kevin. Menghirup dalam aroma cologne yang dikenakannya bercampur dengan aroma sebenarnya remaja itu, memberi aroma menenangkan yang tak bisa digantikan.
Kevin memelukku. Mengelus pundakku dengan pola yang sama untuk menenangkanku. Tapi ini semua sama sekali tak memiliki hasil. Nihil. Semuanya nihil.

Suara itu semakin jelas. Jeritan itu tak ingin berhenti. Tangisan dan bisikkan yang saling bertolak belakang. Berbisik agar aku terus mempercayai ini sebagai nyata. Menangis agar aku segera tersadar dan menyelesaikan semua kepalsuan ini.

Semakin nyata, semakin terlihat jelas. Seperti kisah yang pernah Kevin katakan dulu. Mengenai anak kecil dan kupu-kupu. Semua semakin jelas saat Sana berbisik pelan. Dalam tidurku. Bahwa ini hanyalah kepalsuan, bahwa aku seharusnya ada dalam kenyataan. Memangnya dia siapa sampai bisa mengucapkan hal itu? Dia hanyalah teman sekelasku!

"Apa kau ingin membuka mata?"

"Kau tahu?"

"Ini mimpi siapa? Mimpiku, mimpimu atau mimpi orang lain?"

"Orang lain. Pria yang mengajariku bahwa semua benda memiliki jiwa. Semua tanpa terkecuali."

Senyum terkembang di wajah Kevin. Senyum yang tak kukenali sebagaimana ekpresi yang muncul di bawah langit berbintang waktu itu. Bukanlah sosok yang selama ini ada di sempingku. Bukanlah sosok yang senang menyuapiku dengan makanan-makanan manis. Bukanlah sosok yang--...

"...--menyembunyikan sesuatu." Lagi, suara yang yang tak kukenali. "Apa kau ingin membuka mata dan tahu apa kenyataan yang sebenarnya?"

"Bila salah satu dari kita tak ada... aku menolak."

"Itu ketakutanmu, semua yang kau tahu dalam mimpi ini ada. Mereka hidup, sebagaimana kau... kau ingin membuka matamu?"

"Dengan ingatan yang selama ini menghilang bersama angin?" aku terisak. Mencari jawaban dalam diri yang benar-benar asing untukku. "Apa ini kau yang sebenarnya."

"Entahlah... hanya saat kau membuka mata kau akan tahu..." Aku mendesah pelan. Memalingkan wajahku untuk mengalihkan pandangan pada benda apa pun yang ada di sekitarku. Mungkin benar, tanah jauh lebih menarik dibandingkan wajah asing milik
Kevin. "Anita... apa jawabanmu?"

"Bagaimana membuka mataku?"

Satu senyuman dan wajah yang kukenal jelas. Sebelum sesuatu yang hangat bertumbukkan dengan bibirku. Sesuatu yang belum pernah kurasakan. Sensasi yang sama sekali tidak menyenangkan.

Saat tersadar. Saat membuka mata. Ciuman yang dikatakan orang-orang sebagai hal yang menyenangkan akan kusangkal habis-habisan. Terutama bila lidah ikut berpartisipasi, aku bersumpah akan segera muntah di tempat.

*

"Sudah aku kukatakan, kau tak perlu membuka mata. Jangan tersadar."

Jemari itu membelai pelan bulu hitam milikku. Membuat helaian yang sebelumnya berdiri kembali rebah. Ada sebuah senyuman terukir, senyuman yang kuingat samar, ingatan yang masih bercampur baur dengan mimpi yang seperti benar-benar nyata. Dan aku... ingin bisa hidup dalam mimpi itu.

Aku diam, beberapa kali menggelengkan kepalaku dan memberinya akses lebih mudah. Berusaha menyingkirkan pemikiran konyol yang mulai memenuhi isi kepalaku sebelum mengepakkan sayap hitamku untuk bisa hinggap pada bahu kanan pria yang sudah membawaku dalam alam mimpi.

"Sebagian dari jiwamu menolak untuk bermimpi." Paruhku terbuka dan tetutup beberapa kali. "Kalau begitu... kembalilah lagi bila seluruh jiwamu ingin tertidur, agar tak ada pecahan yang mengingatkanmu akan kenyataan," bisiknya.

Dibukanya jendela ruangan. Membiarkan angin segar masuk dan membuat beberapa helai buluku kembali berdiri. Memberi gestur padaku untuk melompat pada pegelangan tangannya, aku menurut. Menatap bola mata hitam yang sama kelamnya dengan milik Reno. Benda yang jauh lebih hitam dibandingkan bulu gagak hitam milikku.

"Pergilah..."

Dan aku kembali terbang menuju alam bebas saat ia bersikap seolah ingin melemparkanku sejauh-jauhnya. Merasakan angin dan perbedaan udara membuatku melayang. Kepakkan sayap dan aku... bermain kembali di udara bebas. Membiarkan ingatan sebagai manusia, sebagai Anita, hilang bersamaan dengan kepakkan yang kuambil untuk tetap bertahan pada ketinggian yang sama...

...untuk akhirnya menjadi gagak hitam biasa.

----

Buka-buka dokumen lama dan menemukan cerpen satu ini...
nggak jelas juntrungnya di Story, masuk sini saja akhirnya ._.
Kembali Ke Atas Go down
http://ruise.wordpress.com/
de_wind
Penulis Sejati
Penulis Sejati
de_wind


Jumlah posting : 3494
Points : 3669
Reputation : 52
Join date : 29.03.11
Age : 39
Lokasi : Bekasi

(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptyTue 7 Feb 2012 - 9:28

bisikkan

kepakkan

sori belom komen dlu krena pngen nanya dlu Laughing
dua kata di atas emg bntukny begitu y?
soalny stauku malah : "bisikan" dan "kepakan"

klo stauku jg (hehe) klo "k" nya double itu artiny jd kata kerja...???
kyak kepakkanlah sayapmu... (ini mksdny nyuruh buat ngepakin sayap...)

mana yg bener ya? mencari
Kembali Ke Atas Go down
Ruise V. Cort
Penulis Parah
Penulis Parah
Ruise V. Cort


Jumlah posting : 6382
Points : 6522
Reputation : 45
Join date : 28.04.11
Age : 31
Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*

(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptyTue 7 Feb 2012 - 13:24

iya...
aku salah .-.
ini nggak kuedit lagi soalnya...

dan yup!
itu nyurh buat ngepakin sayap ^^
Kembali Ke Atas Go down
http://ruise.wordpress.com/
de_wind
Penulis Sejati
Penulis Sejati
de_wind


Jumlah posting : 3494
Points : 3669
Reputation : 52
Join date : 29.03.11
Age : 39
Lokasi : Bekasi

(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptyWed 8 Feb 2012 - 4:40

oooh bgtu...oke, dpet pencerahan...
thx rui...
eh btw rui kuliah jurusan bahasa kan y?
bahasa apa?
Kembali Ke Atas Go down
Ruise V. Cort
Penulis Parah
Penulis Parah
Ruise V. Cort


Jumlah posting : 6382
Points : 6522
Reputation : 45
Join date : 28.04.11
Age : 31
Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*

(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptyWed 8 Feb 2012 - 7:28

Bahasa Indonesia ^^a
Hehe Smile
tapi bagian pendidikannya ._.
Kembali Ke Atas Go down
http://ruise.wordpress.com/
de_wind
Penulis Sejati
Penulis Sejati
de_wind


Jumlah posting : 3494
Points : 3669
Reputation : 52
Join date : 29.03.11
Age : 39
Lokasi : Bekasi

(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptyMon 13 Feb 2012 - 6:00

mau jd guru dong?
di UNJ bkn sih?
eh lokasi rui dmn sih?
Kembali Ke Atas Go down
Ruise V. Cort
Penulis Parah
Penulis Parah
Ruise V. Cort


Jumlah posting : 6382
Points : 6522
Reputation : 45
Join date : 28.04.11
Age : 31
Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*

(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptyTue 14 Feb 2012 - 9:58

Iya, UNJ ^^

Kalau ditanya lokasi aku bingung juga Kak...
Dibilang Bogor masuk, Depok juga dikit lagi sampai, Bekasi nggak nyamai 10 menit, Jakarta juga deket...
Mudahnya, tetangganya Kota Wisata sama Cikeas... ._.
Gitu aja.
Kembali Ke Atas Go down
http://ruise.wordpress.com/
Tamu
Tamu




(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptyFri 18 May 2012 - 22:37

marah Bunuh karakter lagi. . . . Nangis

Kembali Ke Atas Go down
Ruise V. Cort
Penulis Parah
Penulis Parah
Ruise V. Cort


Jumlah posting : 6382
Points : 6522
Reputation : 45
Join date : 28.04.11
Age : 31
Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*

(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptyFri 18 May 2012 - 23:44

Nggak aku bunuh kok jongkok
Anita masih hidup... sebagai gagak belo
Kembali Ke Atas Go down
http://ruise.wordpress.com/
vera astanti
Penulis Senior
Penulis Senior
vera astanti


Jumlah posting : 1658
Points : 1715
Reputation : 3
Join date : 14.05.12
Age : 33
Lokasi : Bojonegoro

(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptyMon 21 May 2012 - 14:56

benar-benar gelap ya mba @rui

tung

hehehehe

mba kul pendidikan juga ya, sama. tapi aku pgsdnya. hehehe
Kembali Ke Atas Go down
Ruise V. Cort
Penulis Parah
Penulis Parah
Ruise V. Cort


Jumlah posting : 6382
Points : 6522
Reputation : 45
Join date : 28.04.11
Age : 31
Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*

(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptyMon 21 May 2012 - 14:59

Huah~~
jurusan yang Rui harapkan belo
Sayangnya nggak cocok sama Rui dead

Jangan panggil Mbak ah, Rui aja, kesannya Rui tua banget shy
Kembali Ke Atas Go down
http://ruise.wordpress.com/
vera astanti
Penulis Senior
Penulis Senior
vera astanti


Jumlah posting : 1658
Points : 1715
Reputation : 3
Join date : 14.05.12
Age : 33
Lokasi : Bojonegoro

(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptyMon 21 May 2012 - 15:14




kebiasaaan kalo manggil selalu ada mba dan mas nya Aha

hehehehe

aku malah gak pernah pingin jadi guru SD yang ngurusin anak-anak kecil.
tapi sekarang suka ma anak kecil

lol!

makanya suka bikin cerpen anak-anak...
Kembali Ke Atas Go down
Ruise V. Cort
Penulis Parah
Penulis Parah
Ruise V. Cort


Jumlah posting : 6382
Points : 6522
Reputation : 45
Join date : 28.04.11
Age : 31
Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*

(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptyMon 21 May 2012 - 15:16

kenapa dulu nggak suka?
anak kecil kan imut, manis, mungil... haru
Kembali Ke Atas Go down
http://ruise.wordpress.com/
vera astanti
Penulis Senior
Penulis Senior
vera astanti


Jumlah posting : 1658
Points : 1715
Reputation : 3
Join date : 14.05.12
Age : 33
Lokasi : Bojonegoro

(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptyMon 21 May 2012 - 15:20

berisik, suka gangguin orang, dan gak bisa diatur

marah


hahahaha
tapi itu dulu

siul


Kembali Ke Atas Go down
Ruise V. Cort
Penulis Parah
Penulis Parah
Ruise V. Cort


Jumlah posting : 6382
Points : 6522
Reputation : 45
Join date : 28.04.11
Age : 31
Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*

(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptyMon 21 May 2012 - 15:23

justru itu sisi menarik dari anak-anak wow
Kembali Ke Atas Go down
http://ruise.wordpress.com/
Tamu
Tamu




(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptyMon 21 May 2012 - 15:38

haru Anak kecil... itu....

Oh saya selalu bemimpi menikahi seorang guru sekolah. .. haru

geli
Kembali Ke Atas Go down
Ruise V. Cort
Penulis Parah
Penulis Parah
Ruise V. Cort


Jumlah posting : 6382
Points : 6522
Reputation : 45
Join date : 28.04.11
Age : 31
Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*

(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptyMon 21 May 2012 - 15:49

Muke Cape
Kembali Ke Atas Go down
http://ruise.wordpress.com/
Tamu
Tamu




(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptyMon 21 May 2012 - 17:16

geli
Kembali Ke Atas Go down
sagitany
Penulis Sejati
Penulis Sejati
sagitany


Jumlah posting : 4863
Points : 4905
Reputation : 8
Join date : 06.04.12
Age : 32
Lokasi : medan

(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptyMon 21 May 2012 - 20:02

rui, hati2..
kabur
Kembali Ke Atas Go down
sagitany
Penulis Sejati
Penulis Sejati
sagitany


Jumlah posting : 4863
Points : 4905
Reputation : 8
Join date : 06.04.12
Age : 32
Lokasi : medan

(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptyMon 21 May 2012 - 20:16

aku baru selseai baca ceritanya..
astaga rui!
kejamnya dirimu!!
kasihan si anita tau!!
marah

tapi ya,
tanpa semua itu cerita ini kosong ga ada ujungnya.
speachless

tapi tolong jangan terlalu sadis seperti ini!!
Kembali Ke Atas Go down
vera astanti
Penulis Senior
Penulis Senior
vera astanti


Jumlah posting : 1658
Points : 1715
Reputation : 3
Join date : 14.05.12
Age : 33
Lokasi : Bojonegoro

(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptyTue 22 May 2012 - 13:18

@rui

sudah sadar aku

study


memahami dunia mereka yang unik girang
jadi sumber inspirasi

dapat ide
Kembali Ke Atas Go down
Tamu
Tamu




(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptyTue 22 May 2012 - 13:25

iri Jangan jadi sumber inspirasi bunuh-bunuhan....

Yang romance aja hehehe
Kembali Ke Atas Go down
vera astanti
Penulis Senior
Penulis Senior
vera astanti


Jumlah posting : 1658
Points : 1715
Reputation : 3
Join date : 14.05.12
Age : 33
Lokasi : Bojonegoro

(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptyTue 22 May 2012 - 13:39

Aksara wrote:
iri Jangan jadi sumber inspirasi bunuh-bunuhan....

Yang romance aja hehehe


astaga, janganlah
masa cerpen anak-anak jadi bunuh membunuh

licik


boleh tuh Top

bunuh hewan tapi dapat ide
Kembali Ke Atas Go down
Ruise V. Cort
Penulis Parah
Penulis Parah
Ruise V. Cort


Jumlah posting : 6382
Points : 6522
Reputation : 45
Join date : 28.04.11
Age : 31
Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*

(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptyTue 22 May 2012 - 13:59

sagitany wrote:
aku baru selseai baca ceritanya..
astaga rui!
kejamnya dirimu!!
kasihan si anita tau!!
marah

tapi ya,
tanpa semua itu cerita ini kosong ga ada ujungnya.
speachless

tapi tolong jangan terlalu sadis seperti ini!!

memang ini sadis apa? ._.
Jauh lebih sadis mana sama yang nggak bisa bedian dia itu kupu-kupu atau manusia sampai akhir atau ini?

vera astanti wrote:
@rui

sudah sadar aku

study


memahami dunia mereka yang unik girang
jadi sumber inspirasi

dapat ide

heh?
inspirasi buat apa? ._.
Kembali Ke Atas Go down
http://ruise.wordpress.com/
sagitany
Penulis Sejati
Penulis Sejati
sagitany


Jumlah posting : 4863
Points : 4905
Reputation : 8
Join date : 06.04.12
Age : 32
Lokasi : medan

(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven EmptyTue 22 May 2012 - 16:30

mungkin bikin cerita anak yg banyak tentang mimpi dan burung gagak?
confused confused confused

rui yg sadis..
tengil
Kembali Ke Atas Go down
Sponsored content





(Old Stories) Raven Empty
PostSubyek: Re: (Old Stories) Raven   (Old Stories) Raven Empty

Kembali Ke Atas Go down
 
(Old Stories) Raven
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 4Pilih halaman : 1, 2, 3, 4  Next
 Similar topics
-
» Lubang [Experimental Stories]

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
SINDIKAT PENULIS :: Arena Diskusi :: Cerpen-
Navigasi: