SINDIKAT PENULIS
Silakan login dahulu, biar lebih asyik.
Kalau belum bisa login, silakan daftar dahulu.
Setelah itu, selamat bersenang-senang...
SINDIKAT PENULIS
Silakan login dahulu, biar lebih asyik.
Kalau belum bisa login, silakan daftar dahulu.
Setelah itu, selamat bersenang-senang...
SINDIKAT PENULIS
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.


Kami adalah penulis, dan kami tidak butuh persetujuan dari siapa pun!
 
IndeksLatest imagesPencarianPendaftaranLogin
"Jika ada buku yang benar-benar ingin kamu baca, tapi buku tersebut belum ditulis, maka kamu yang harus menuliskannya." ~ Toni Morrison

 

 "Nyx and Jail"

Go down 
5 posters
Pilih halaman : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7  Next
PengirimMessage
Ruise V. Cort
Penulis Parah
Penulis Parah
Ruise V. Cort


Jumlah posting : 6382
Points : 6522
Reputation : 45
Join date : 28.04.11
Age : 31
Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptyWed 9 May 2012 - 13:37

Warning:
- Lime dan lemon terselubung lol!
- Materi lumayan berat sih study
- Sudut pandang nyebelin
- Menentang norma kalau ada yang sadar licik
- Dan peringatan-peringatan lainnya yang mebuat Rui memasukan cerpen ini ke peringkat [T-M]


***

Lalu,
Saat kalian menutup mata,
Akan ada sebuah gambaran samar di dalam imaji kalian,
Sebuah pemandangan yang samar,
Dan senyuman,
Pertemuan kembali dengan mereka yang telah berpulang.

***

Kau menatap kosong pada cahaya keperakkan yang masuk dari sela-sela jeruji. Sedikit memincing saat batu obsidian milikmu menangkap keseluruhan bentuk dari benda yang memancarkan cahaya keperakkan tersebut. Seorang ratu yang tengah menari riang dengan pernik bercahaya dalam kanvas hitam, pemandangan yang hanya bisa kau lihat samar dari sela-sela jeruji besi.

“Hei, lihatlah, malam ini bulan terlihat begitu indah,” ujarmu. Mengambil beberapa langkah mundur dari jeruji itu dan melirik pada pria yang ada di sudut ruangan. Sosok yang kau kenal betul tapi di saat yang bersamaan terlihat asing bagimu.

Ia tak memberi respon apa pun atas ucapanmu. Lebih memilih untuk menundukkan kepalanya dan memperhatikan rantai baja yang membelit tangan dan kakinya. Pandangan hampa yang bagaikan pemisah antara dirimu dan ia sekarang.

“Hei, Vanes… kau mendengarku?” gerutumu lirih.

Perlahan kau menyadari rasa sakit yang masih ada pada setiap tubuhmu. Berjengit saat rasa nyeri kembali kau rasakan pada perutmu yang masih membiru—bahkan merah pada beberapa bagian. Dan kau berani bertaruh rasa nyeri yang kau rasakan tidak sebanding dengan rasa nyeri yang dirasakan Vanes—sosok yang saat ini masih menundukkan kepalanya.

Di waktu yang dulu kau tahu ia bukanlah seorang sosok pendiam seperti ini. Kau benar-benar tahu bahwa ia adalah sosok lembut yang akan selalu tersenyum. Bercerita dengan cara terbodoh yang ia mampu hanya untuk memancing senyuman riang gembira muncul pada wajah orang-orang di sekitarnya. Bagaikan matahari yang mengantarkan kebahagiaan pada setiap insan yang mengenalnya.

Vanes Aldescat bukan lagi Vanes Aldescat yang kau kenal dan pernah cintai.

Matahari milik musim semi sudah berganti menjadi bulan purnama di malam berbadai salju—dalam artian lain, bulan yang tertutup awan kelabu penuh kedukaan. Betapa kau berharap apa yang dikatakan pria tua itu benar. Salju yang mencair bukan menjadi air, melainkan menjadi musim semi yang indah.

Tapi apa?

Keindahan apa yang bisa tumbuh bila terjerat dalam lilitan rantai dan terkurung pada penjara bawah tanah seperti ini? Bahkan kehidupan terkecil pun tak ingin ada di tempat ini—kecuali kehidupan yang memanglah menjadikan tempat seperti ini sebagai lokasi mereka bertahan.

Mendesah pelan kau raih potongan kecil roti yang sudah ditumbuhi lumut dan jamur dekat kain putih yang dibentangkan sebagai pengganti tempat tidur. Berjalan pelan ke arahnya yang masih diam di tempat. Kau duduk di sampingnya, mengukir senyuman termanis yang bisa kau berikan padanya, pada ia yang seperti apa pun tetap kau cintai.

“Vanes, aku tahu kau lapar, makanlah,” ucapmu. Menyodorkan roti di tangamu.

Ia tetap tak memberi respon. Sebagaimana malam-malam yang sebelumnya, hari-hari yang sebelumnya. Jauh di lubuk hatimu kau ingin menjerit, menyadarkan ia agar kembali pada dunia nyata—pada realitas yang sudah bersikap kejam pada kalian.

Bahwa ini semua adalah kesalahan wanita dan pria itu—Serenada, Serenada Kaskiou dan juga Kevin Prananta Gustafani—yang sudah melanjutkan pekerjaan yang terbengkalai. Bahwa seharusnya mereka berhenti mengikuti obsesi yang sudah mendarah daging bagi dirinya—dan juga bagimu. Tapi kau tak bisa menyalahkannya dan kau juga yang memilih membiarkan Vanes hanyut dalam pemikirannya, berharap ia bisa lari dari kesengsaraan di alam bawah sadarnya.

Serenada dan Kevin hanyalah mengikuti kata hati kecil mereka. Untuk mewujudkan mimpi umat manusia. Dan ini pun bukan murni kesalahan mereka. Kalian semua mengambil andil besar dalam kekacauan yang ditimbulkan. Hanya saja Serenada dan Kevin adalah sosok yang dianugerahi kepandaian untuk melanjutkan penelitian yang ditinggalkan oleh pria termahsyur itu—Nicholas Flamel. Naskah tua yang ditulis oleh Hermes—Emerald Tablet.

Lagi kau mendesah pelan. Mencuil kecil roti keras di tanganmu. Menahannya menggunakan bibir kering milikmu yang mulai mendekati bibir yang jauh lebih kering dan pecah miliknya. Ini bukan lagi hal baru bagimu. Dulu, bila Vanes berulah dengan tidak ingin meminum obat demam, kau terpaksa menyuapinya langsung dari mulut. Kali ini pun sama, kau masih menggunakan cara tersebut. Dan reaksi yang diberikannya tetaplah belum berubah.

“Kau masih kekanakan,” celetukmu. Mengukir sebuah senyuman riang di wajahmu yang memanglah tirus.

Kau sendiri tidak kalah lapar dengan Vanes, tapi kau mengabaikannya dengan tetap memasukkan semua sisa makan malam terakhir yang dikirimkan menuju sel kalian tiga hari yang lalu. Bagimu, semua itu tak ada apa-apanya dibandingkan derita yang harus dilalui sosok ringkih di hadapanmu. Sosok yang begitu berharga bagimu.

Dengan lembut kau meyingkirkan rambut platine-blonde miliknya yang jatuh menutupi sebagian besar wajahnya. Dan betapa kau ingin menangis saat pandanganmu bertemu dengan darah kering yang terlihat menetes dari mata kanannya. Kau tahu kesakitan apa yang tersirat dalam kristal hijau gelapnya.

Betapa kau memiliki dorongan besar untuk mencekik pria tua bangka yang mengujungi sel kalian tadi pagi. Betapa kau ingin merebut tongkat-tongkat kayu yang terus membentur tubuhnya yang rapuh—dan kau hanya bisa menjerit, memohon mereka untuk berhenti sementara empat orang pria menahanmu dengan rantai.

Sejujurnya kau ingin memenuhi keinginan si kikir itu. Membuat emas sebanyak yang diminta, dan membebaskan Vanes. Tapi kau tahu itu adalah sebuah kesia-siaan. Pria itu tak akan pernah membebaskan kalian. Tak akan pernah memberikan apa yang sudah ia renggut dari kalian.

Kau tahu benar perangai Earl tersebut. Bahwa ia sudah jauh lebih lama kehilangan rasa kemanusiaan dan hatinya sebelum semua kegilaan ini dimulai. Dia sudah jauh dari kata manusia bahkan sebelum kau mengucapkan salam pertama milikmu di dunia ini—saat kau menyuarakan sorak kemenangan setelah berhasil menendang rahim ibumu dan membuatmu keluar dengan suka cita dari kedua orang tuamu.

Hal yang bisa kau lakukan adalah mengelus lebam di sekeliling matanya. Mengecup lembut dan berharap itu dapat meringankan derita yang ia rasakan.

“Maafkan aku…” desahmu. Perlahan menjauhkan tanganmu dari wajah tirusnya, namun berhenti saat tangan yang menonjolkan tulang menghentikannya.

Untuk pertama kalinya ia bergerak atas kemauannya sendiri. Dengan rinai bening melesak keluar dari kristal-kristal hampa yang berkilau—berkilau sendu dan retak dengan pudar rona kehidupan, harapan kosong yang ia yakini sudah tak mungkin ada.

“Vanes…?” panggilmu ragu.

Ia terisak, menggenggam erat tanganmu dengan kedua tangannya yang begitu kurus, membuatmu ingat dengan sensasi yang kau miliki saat menyentuh tulang yang ditemukan pada gua kuno—tulang yang terpaksa kalian kebumikan dengan batu nisan tertancap tanpa nama.

“Aku… bermimpi…” gumamnya lirih. “Aku… bermimpi kita… ada di padang rumput hijau yang luas…” lanjutnya. Lebih menyerupai ceracauan dan itu menghancurkan hatimu yang sebelumnya sudah remuk menjadi kepingan-kepingan kecil.

Dengan ragu kau lepaskan genggaman tanganmu, buatnya menggapai udara kosong dengan pandangan tertuju lurus padamu. Dengan linangan air mata. Menjerit bisu bahwa ia menginginkan sentuhanmu. Bahwa ia membutuhkan pegangan solid yang menyuarakan kau masih ada di dekatnya. Bahwa kau belum pergi meninggalkannya seperti yang lain. Bahwa kau belum pergi ke tempat yang jauh lebih tinggi dari langit namun bukan berada di luar angkasa.

“Kembali… tolong… jangan pergi…” pintanya sendu. Masih menggapai udara kosong dan mengakibatkan suara derik rantai bergema di sekitar kalian. Betapa kau membenci dirimu sendiri yang tega membuatnya menggapai penuh harap, kau yakin, sosokmu dalam pandangannya hanyalah siluet samar. “Kumohon… jangan… jangan tinggakan a—

“Aku di sini Vanes, aku ada di sini,” bisikmu.

Pada akhirnya kau memantapakan hati untuk merengkuhnya. Melingkupi tubuhnya yang gemetaran dengan kehangatan yang masih terpancar dari tubuhmu. Memberinya keyakinan bahwa kau masih hidup dan tak akan meninggalkannya, bahwa kau masih belum digantung di lapangan luas itu. Seperti Serenada… atau mungkin rekan-rekan kalian yang lain.

Adalah penyiksaan yang tak terkira melihat orang-orang terdekatmu mati satu demi satu di depan matamu. Dan kau hanya bisa melihat, dengan kondisi mental yang perlahan hancur.

Itulah yang dirasakan oleh Vanes. Buatmu bersumpah agar tetap kuat untuk bisa menjadi tiang yang menyangganya. Memberinya rasa aman—sekali pun itu begitu semu—barang sedikit saja.

Tapi tetap saja kau gagal. Pertahanan terakhir miliknya benar-benar hancur. Seharusnya kau bisa menghentikan pria-pria sakit jiwa itu. Seharusnya kau bisa lebih menarik perhatian mereka untuk menyentuhmu dibandingkan membiarkan tangan-tangan kotor itu menyentuh Vanes. Seharusnya kau saja yang menjerit dan merintih kesakitan di bawah mereka—karena kau pernah menjual tubuhmu saat masih berusia belasan dahulu. Bukan, bukan Vanes. Dan itulah hal yang paling kau sesali sekarang. Bahwa kau tak bisa melakukan apa pun selain menjadi sandaran bagi Vanes.

“Tak… akan pergi?” gumamnya ragu.

Dicengkramnya erat lengan kemejamu, sama sekali tidak berniat untuk melepaskanmu dari jangkauannya lagi. Dan kau membiarkannya.

“Aku akan selalu di sampingmu, My Dear. Always…” bisikmu kembali meyakinkannya.
Kali pertama setelah tiga bulan senyuman luntur dari wajahnya kembali mendengar bisikkan darimu. Senyuman miris yang lebih mendekati senyuman iba untuk diri sendiri.

“Sekali pun tubuh ini bukan lagi milikku?” ujarnya getir.

Rahangmu mengeras mendengar penuturan tersebut. Tanganmu yang sebelumnya hanya membelai rambutnya kini berganti posisi. Memeluknya erat dengan tetap memberinya rasa nyaman yang ia butuhkan. Karena kau tahu benar kehancuran seperti apa yang dirasakan korban seperti Vanes—memang seharusnya seperti itu.

“Shh… semua baik-baik saja. Kau bukan milik mereka, kau milikmu…” ujarmu untuk meyakinkannya bahwa hal itu adalah benar.

“Dan kau masih milikku, Vanes yang Tercinta. Kekasihku yang tersayang,” tambahmu penuh keyakinan.

Kali ini tertawa, tertawa kecil seraya balas memelukmu. Berpadu dengan kegaduhan aneh yang mulai terdengar samar di luar sana.

“Kau… masih mencintaiku?” tanyannya lagi.

Kali ini giliranmu untuk tertawa, dengan khas suaramu yang parau dan penuh melodi.

“Selalu… karena aku sudah bersumpah di hadapan pendeta. Di hadapan kedua orangtua kita. Bahwa aku akan selalu di sampingmu.” Kau daratkan sebuah kecupan singkat di keningnya. “Dalam senang dan sukacita.” Sebuah kecupan di mulutnya.

“Dalam duka dan tangis.” Satu kecupan untuk kedua matanya yang menghitam.

Kali ia tertawa, tertawa penuh sukacita sebagaimana ia melakukannya sebelumnya. Ekspresi yang sudah lama tak kau temui dia wajahnya. Tanda bahwa Vanes yang sudah merebut hatimu seluruhnya masih ada, bahwa ia masihlah bertahan dalam serpihan jiwa yang hancur, bahwa ia masih bertahan…

…tapi kau tahu bahwa hal itu hanyalah delusi belaka. Bahwa ia sudah hancur seluruhnya dan butuh waktu puluhan tahun bagimu untuk menyatukan lagi kepingan jiwa yang hancur—kau juga tahu semua tak akan sama.

“Sumpah yang dapat kau tarik kembali, Tuhan memperbolehkanmu…” ucapnya getir setelah tawa kepalsuan miliknya terhenti.
Ia memandangmu kosong, menangkup wajahmu dengan kedua tangannya sementara pelukanmu padanya mulai melonggar tanpa
kau sadari—dan ia mengartikan itu sebagai hal lain.

“Va—

“Aku kotor… kau tahu itu…” bisiknya halus. Linangan air mata miliknya semakin melesak deras. Menetes pada celana satin putih
milikmu yang kini terlihat bagaikan celana hitam dengan aksen merah di beberapa sisi.

“Kau salah…”

“Apa yang salah?” tanyanya dengan senyuman masam. Kuku-kuku panjang miliknya terbenam kuat di pipimu. Kau hanya berjengit, mengabaikan darah yang mengalir di tanganmu saat kau kembali menggengam tangan gemetar miliknya. “Tak akan ada… yang menginginkan sosok sepertiku…” lirihnya diikuti isakan. Semakin keras saat kau membisu.

Miris melihat sosok yang sebelumnya begitu optimis dalam menjalani hidup, kini berganti menjadi sosok yang berdelusi bahwa kau ada di sisinya karena simpati. Bahwa ia meyakinkan dirinya sendiri apa yang kau rasakan padanya hanyalah rasa semu yang bisa menguap dengan cara yang begitu mudah.

“Kau meragukanku?” Siksaan yang tidak akan bisa kau terima.

“Ya.” Ia tertawa getir, membenamkan kuku-kukunya semakin dalam menembus kulitmu. “Kau gemetar saat menyentuhku… ragu untuk bersinggungan dengan tubuh kotor ini.”

“Karena kau milikku yang rapuh!” bentakmu. Kau lepas pegangan tanganmu. Mendorongnya hingga terkulai di atas tumpukkan jerami sementara kau ada di atasnya, menatapnya garang.

Tawa disertai isak tangis mengalun beriringan. Mengalun dari sosok yang kehilangan batas kewarasannya kini. Terus berdelusi dan itu semakin mempertipis tali kesabaranmu. Dan kini kau sudah mencapai batas.

Jauh di lubuk hatimu, kau menjerit agar Vanes milikmu kembali. Berharap keberadaan yang mengajarimu akan kesukacitaan kembali. Memohon agar ia yang pernah menyeretmu keluar secara paksa dari lubang kesendirian dapat kau rengkuh kembali. Bagimu kini, ia benar-benar asing. Bagaikan raga kosong yang terus berdelusi. Kau seorang psikolog, tapi bukan berarti kau bisa menerapkan hal tersebut di saat seperti ini.

“Kau gemetar, kau jijik padaku…” ceracaunya. Tertawa pahit dan kau menggeram. “Kau jijik… padaku…”

“Kau ingin aku melakukan apa?” bisikmu. Ia tercekat, menelan apa pun imaji-imaji tanpa harapan yang ingin ia utarakan. Menatapmu dengan mata yang membulat sempurna. “Katakan padaku apa yang kau inginkan, agar kau tidak meragukanku…” bisikmu penuh kehati-hatian.

Masih terdiam, Vanes mengabaikan senyuman yang tersungging di wajahmu. Menggapai cairan merah pekat yang baru saja menetes di wajahnya. Kembali terisak dengan intensitas yang jauh lebih kacau dan tidak teratur.

“Katakan, katakan apa yang harus kulakukan untuk membuktikannya…” suaramu merendah. Semakin lirih saat masih tak ada jawab darinya.

Ia berhenti tertawa, berhenti mengeluarkan ceracauan mau pun igauan yang tak berarti. Menatapmu intens dan dalam.

“Miliki… aku…”

Dan kau merunduk, memangut bibir kering miliknya yang gemetaran, berusaha mengusir keraguan darinya; bahwa apa yang kau lakukan adalah murni keinginanmu. Bahwa saat kau menyapu bagian dalam mulutnya ada karena berlandas pada cinta dan ketulusan, bukan simpati dan rasa kasihan. Bahwa rasa yang kau miliki tidaklah semu.

Selama Nyx mencoba meraih puncak tertingginya, kau menyentuhnya. Berusaha selembut yang kau bisa. Menyampaikan semua rasa yang bagimu nyata dan benar-benar ada. Berbisik lembut padanya bahwa kau miliknya dan ia milikmu. Sepenuhnya. Selamanya.

Ia menjerit, memanggil namamu dengan lengkingan tertinggi yang masih bisa ia capai. Menikmati sensasi yang kau berikan dengan segala perhitungan. Lalu… saling tersenyum… senyuman kecil dan tulus. Bukti bahwa ia merasakan apa yang kau rasakan padanya, bahwa kau terimanya apa adanya. Bukan karena simpati atau keterpaksaan. Bahwa kau akan selalu ada untuknya, bukan hanya janji semata. Bahwa sumpah milikmu adalah kekal.

“Merah…” bisiknya lirih.

Kau lirikkan pandanganmu menuju tempat yang ia maksud. Tersenyum miring pada gradasi yang terlihat dari balik lubang jeruji. Nyala api yang berusaha menjilat Nyx yang belum mencapai puncak tertingginya dengan lidah-lidah panas yang terjulur.

“Api…” balasmu. Merengkuhnya dalam lindunganmu, dan menutup mata. Pasrah saat tubuh kalian menjadi santapan Ifrit…

“Kau tahu? Aku selalu berpikir bahwa kau menikahiku lantaran kasihan…” decakan halus mengalun dari bibirmu. Mendengar pengakuan yang sudah lama kau ketahui. Rasa sakit yang membuatmu mati rasa dan hampir kehilangan akal sehat saat mengingatnya. “Tapi… kuharap kau tidak meragukanku…”

Kelopak matanya tertutup, menyapu linangan air yang mengumpul di pelupuk matanya. Menetes tepat di atas telapak tanganmu. Dan kau berbisik, akan cinta dan ketulusan. Akan semua yang kau rasakan dan kau janjikan.

Sebagai penutup, kau katakan tiga kata terakhir yang selalu tercekat di pangkal tenggorokanmu. Tak pernah mengatakannya secara langsung dan hanya berupa anggukan atau apa pun saat ia menanyakannya.

Di antara suara reruntuhan dan kayu yang terbakar, untuk pertama kalinya setelah kau menunggu begitu lama, ia memanggilmu lagi dengan sapaan yang sering ia katakan dahulu. Tepat sebelum pintu menuju dunia yang berada begitu tinggi jauh di atas langit—nirwana. Kalian saling berpangutan, mengucapkan janji tanpa kata, bahwa di dunia lain pun kalian tetap aku bertemu… dan menjalin kasih sebagaimana yang sebelumnya…

***

Owari

***

Tulisan lama yang dibuat tahun lalu.
Daripada beneran jadi jamur di laptop lol!
Komentar?
Mengenai kenapa Rui nggak ngitalic bahasa asing, jawabannya mudah; malas kabur

Maaf perihal sudut pandang orang pertama (biasa yang lain nyebut sudut pandang orang kedua speachless )
Berasa malas kalau dibuat jadi sudut pandang orang ketiga...[center]
Kembali Ke Atas Go down
http://ruise.wordpress.com/
sagitany
Penulis Sejati
Penulis Sejati
sagitany


Jumlah posting : 4863
Points : 4905
Reputation : 8
Join date : 06.04.12
Age : 32
Lokasi : medan

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptyWed 9 May 2012 - 20:53

aaahh,
rui kejam iih!
aku masih ga ngerti kenapa mereka disiksa terus,
gara2 proyek penelitian apaan?
gara2 org serakah yg doyan emas?
trus kenapa harus gitu banget nyiksanya?
kasian rui..
tapi asli kayak film romeo n juliet..
mereka hidup dan mati bersama..hhi.
Kembali Ke Atas Go down
Ruise V. Cort
Penulis Parah
Penulis Parah
Ruise V. Cort


Jumlah posting : 6382
Points : 6522
Reputation : 45
Join date : 28.04.11
Age : 31
Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptyWed 9 May 2012 - 21:34

Uh...
Malas jelasin (dor!)

belo hajar
...
...
bengap

Aku udah kasih hint soal penelitian mereka. Ini sangkut pautnya sama Alkimia (alchemy).
Tuh, aku nyebut nama Nicholas Flamel sama Hermes (Emerald Tablet) kan?
Ada satu sejarah mengenai alkimis yang dikurung di penjara oleh bangsawan karena desas-desus kalau philosopher stone/elxir of life/amrita/atau-apalah-kabanyakan-nama sudah berhasil dibuat sama alkimis jaman itu.
Dan bangsawan ingin mereka membuat emas khusus untuk mereka jadinya. Yang nggak mau kerja sama ya gitu, dibiarkan kelaparan dalam penjara atau dieksekusi di depan umum.

Dan philosopher stone itu sendiri dibilang zat yang bisa mengubah logam murni jadi emas dan/atau memberi kehidupan abadi... sementara alkimia itu ilmu kimia abad pertengahan, jaman sekarang dikaitkan dengan penyihir atau semacamnya, padahal cara kerjanya mah nggak beda jauh sama kimia jaman sekarang. distilasi, oksidasi, kalsinasi, distilasi, pemisahan, dan lain sebagainya Muke Cape


Jadi~~
siapa yang kejam sebenarnya? murka
Rui yang nulis berdasar sejarah atau manusia yang membuatnya menjadi sejarah speachless
Kembali Ke Atas Go down
http://ruise.wordpress.com/
sagitany
Penulis Sejati
Penulis Sejati
sagitany


Jumlah posting : 4863
Points : 4905
Reputation : 8
Join date : 06.04.12
Age : 32
Lokasi : medan

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptyThu 10 May 2012 - 18:29

ooh..
dua2nya kejam brarti..
geli

ga ah, kalo gitu kejadiannya..
luar biasa keras hati manusia emang yaa..
jongkok
Kembali Ke Atas Go down
Ruise V. Cort
Penulis Parah
Penulis Parah
Ruise V. Cort


Jumlah posting : 6382
Points : 6522
Reputation : 45
Join date : 28.04.11
Age : 31
Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptyFri 11 May 2012 - 8:31

(angguk)
Ada juga sejarah di mana wanita-wanita yang dianggap sebagai penyihir serta alih nujum dibakar hidup-hidup.
Dan itu bersifat massal.

Ditambah lagi...
informasi terbaru mengenai perburuan penyihir ini masih ada di jaman modern seperti ini no

Manusia... sebenarnya yang paling menyeraman di dunia ini dibandingkan mahluk-mahluk lain atau pun bencana besar lainnya ngopi
Kembali Ke Atas Go down
http://ruise.wordpress.com/
elfrisrudie
Penulis Senior
Penulis Senior
elfrisrudie


Jumlah posting : 662
Points : 706
Reputation : 0
Join date : 27.02.12
Age : 32
Lokasi : Jakarta

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptyFri 11 May 2012 - 14:50

kepanjangan...
ngantuk
Kembali Ke Atas Go down
http://elfrisrudie.blog.com
sagitany
Penulis Sejati
Penulis Sejati
sagitany


Jumlah posting : 4863
Points : 4905
Reputation : 8
Join date : 06.04.12
Age : 32
Lokasi : medan

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptyFri 11 May 2012 - 20:21

apa sih elfrie,
kalo segini kepanjangan..
jadi cerpenku yg rata2 sampe 6-8 halaman gimana ya?
ga dibaca pastinya..
Nangis

iya rui, yg penyihir aku pernah baca..
kejam emang ya,
manusia..
jongkok
Kembali Ke Atas Go down
elfrisrudie
Penulis Senior
Penulis Senior
elfrisrudie


Jumlah posting : 662
Points : 706
Reputation : 0
Join date : 27.02.12
Age : 32
Lokasi : Jakarta

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptyFri 11 May 2012 - 21:00

Elus
cup-cup-cup..
nanti aku baca kok..

*kaloo sempet
geli
Kembali Ke Atas Go down
http://elfrisrudie.blog.com
de_wind
Penulis Sejati
Penulis Sejati
de_wind


Jumlah posting : 3494
Points : 3669
Reputation : 52
Join date : 29.03.11
Age : 39
Lokasi : Bekasi

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptySat 12 May 2012 - 4:28

nicolas flamel? ini fanfic bkn ya? teliti

tp aku ngerti soal kpnjangan mnrt elfri.. Very Happy
klo mnrtku agak bertele2 soal pnyampaian kisah mereka dsini
coba dhiasi sama kisah konkrit mreka sblm dpnjara deh...
klo ini bagian dri novel sih gpp jg, tp klo cerpen jd rada bertele2
tp ini opiniku doang y...tau deh dterima apa gak.. jongkok

trus aku gak ngerti knp mesti pake SP 2?
klo mnrtku sih lebih pas pake SP 1
aku gak bisa ngejelasinny sih..tp klo SP 2 itu cocokny dgn cerita model apa ya?
hmmm....... bingung ngejelasinny sih shy
tp secara "feel"ny dcerita ini gak cocok
Kembali Ke Atas Go down
Ruise V. Cort
Penulis Parah
Penulis Parah
Ruise V. Cort


Jumlah posting : 6382
Points : 6522
Reputation : 45
Join date : 28.04.11
Age : 31
Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptySat 12 May 2012 - 7:27

Elfris:
Saya malah nggak betah kalau nulis kurang dari segini --"
word minimal punyaku 2k.

Kak Wind:
SP 2? :>
Waktu nulis ini aku masih keranjingan sama SP 2.
Dan masalah pendahuluan novel... hn ya...
kayaknya menarik ^^
Cuma nyari materinya bikin... dead

Ini bukan fanfic kok --"
Nicholas Flamel sama Hermes kan beneran ada, cuma menegaskan seting aja
Kembali Ke Atas Go down
http://ruise.wordpress.com/
elfrisrudie
Penulis Senior
Penulis Senior
elfrisrudie


Jumlah posting : 662
Points : 706
Reputation : 0
Join date : 27.02.12
Age : 32
Lokasi : Jakarta

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptySat 12 May 2012 - 9:39

saya tauny Nicolas Cage
iri

Kembali Ke Atas Go down
http://elfrisrudie.blog.com
Ruise V. Cort
Penulis Parah
Penulis Parah
Ruise V. Cort


Jumlah posting : 6382
Points : 6522
Reputation : 45
Join date : 28.04.11
Age : 31
Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptySat 12 May 2012 - 10:52

Anak sekarang jarang yang mau beajar dari sejarah ya belo

Padahal kan belajar dari pengalaman membuat bodoh, belajar dari sejarah membuat bijak... (sok)
Kembali Ke Atas Go down
http://ruise.wordpress.com/
elfrisrudie
Penulis Senior
Penulis Senior
elfrisrudie


Jumlah posting : 662
Points : 706
Reputation : 0
Join date : 27.02.12
Age : 32
Lokasi : Jakarta

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptySat 12 May 2012 - 11:16

belajar bukan beajar ruii..
geli no
Kembali Ke Atas Go down
http://elfrisrudie.blog.com
de_wind
Penulis Sejati
Penulis Sejati
de_wind


Jumlah posting : 3494
Points : 3669
Reputation : 52
Join date : 29.03.11
Age : 39
Lokasi : Bekasi

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptySat 12 May 2012 - 19:17

jiiiaaaaah elfri ceritany bales dendam nih, dri kmren pnulisannya dkritik rui.... ngakak
btw nicolas flamel emg beneran ada????? affraid
Kembali Ke Atas Go down
Ruise V. Cort
Penulis Parah
Penulis Parah
Ruise V. Cort


Jumlah posting : 6382
Points : 6522
Reputation : 45
Join date : 28.04.11
Age : 31
Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptySat 12 May 2012 - 19:52

"Nyx and Jail" 200px-Nicholasflamel

Tuh ._.
gambar si Nicholas Flamel di abad ke sembilan belas.
Kalau Kakak ke Paris sekarang, Kakak bisa berkunjung ke rumah dia kok. Udah jadi tempat wisata.
Kembali Ke Atas Go down
http://ruise.wordpress.com/
elfrisrudie
Penulis Senior
Penulis Senior
elfrisrudie


Jumlah posting : 662
Points : 706
Reputation : 0
Join date : 27.02.12
Age : 32
Lokasi : Jakarta

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptySat 12 May 2012 - 21:13

@Kak wind..
Hahhahaa... tahu aja!
geli

@ruii..
wah ruii rupanya gak cuma jadi pengamen di paris.. tetapi jadi guide jga ya bisa tau keberadaan rmahny..
ck ck ck..
wek
Kembali Ke Atas Go down
http://elfrisrudie.blog.com
Ruise V. Cort
Penulis Parah
Penulis Parah
Ruise V. Cort


Jumlah posting : 6382
Points : 6522
Reputation : 45
Join date : 28.04.11
Age : 31
Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptySat 12 May 2012 - 21:16

Hah?
Pengamen!?
Kembali Ke Atas Go down
http://ruise.wordpress.com/
elfrisrudie
Penulis Senior
Penulis Senior
elfrisrudie


Jumlah posting : 662
Points : 706
Reputation : 0
Join date : 27.02.12
Age : 32
Lokasi : Jakarta

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptySat 12 May 2012 - 21:21

wek
Kembali Ke Atas Go down
http://elfrisrudie.blog.com
sagitany
Penulis Sejati
Penulis Sejati
sagitany


Jumlah posting : 4863
Points : 4905
Reputation : 8
Join date : 06.04.12
Age : 32
Lokasi : medan

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptyMon 14 May 2012 - 10:23

aduduuh..
anda2 sekalian ini..
Muke Cape

aku sih suka,
jadi terasa gitu..
karena lumayan peka sama alur dan konflik batin justru aku-nya,
makanya kalo ga detail gini malah selalu berasa lompat2 gitu deh..
tapi yaa..
mari belajar bikin alur yg halus tanpa harus bikin cerita yg terlalu panjang..
tik
Kembali Ke Atas Go down
Ruise V. Cort
Penulis Parah
Penulis Parah
Ruise V. Cort


Jumlah posting : 6382
Points : 6522
Reputation : 45
Join date : 28.04.11
Age : 31
Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptyMon 14 May 2012 - 19:24

Aku terpaksa ._.
Kebanyakan latar yang ingin aku jelasin sih tik

Tapi ada sih yang modelnya sama dengan ini cuma jadi 4 halaman
Kembali Ke Atas Go down
http://ruise.wordpress.com/
sagitany
Penulis Sejati
Penulis Sejati
sagitany


Jumlah posting : 4863
Points : 4905
Reputation : 8
Join date : 06.04.12
Age : 32
Lokasi : medan

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptyMon 14 May 2012 - 21:37

coba dibagiin yg lebih singkatnya itu rui..
kita bandingkan..
Kembali Ke Atas Go down
Ruise V. Cort
Penulis Parah
Penulis Parah
Ruise V. Cort


Jumlah posting : 6382
Points : 6522
Reputation : 45
Join date : 28.04.11
Age : 31
Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptyMon 14 May 2012 - 23:59

Besok ya ._.
masih dimasukan ke lomba.
walau aku yakinnya nggak lolos sih jongkok
Kembali Ke Atas Go down
http://ruise.wordpress.com/
elfrisrudie
Penulis Senior
Penulis Senior
elfrisrudie


Jumlah posting : 662
Points : 706
Reputation : 0
Join date : 27.02.12
Age : 32
Lokasi : Jakarta

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptyTue 15 May 2012 - 23:44

lomba apa? semacam lomba cerpen gtu?
hmm...
teliti
Kembali Ke Atas Go down
http://elfrisrudie.blog.com
Ruise V. Cort
Penulis Parah
Penulis Parah
Ruise V. Cort


Jumlah posting : 6382
Points : 6522
Reputation : 45
Join date : 28.04.11
Age : 31
Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptyWed 16 May 2012 - 0:09

Iyap!
Kembali Ke Atas Go down
http://ruise.wordpress.com/
elfrisrudie
Penulis Senior
Penulis Senior
elfrisrudie


Jumlah posting : 662
Points : 706
Reputation : 0
Join date : 27.02.12
Age : 32
Lokasi : Jakarta

"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" EmptyWed 16 May 2012 - 7:35

dmn? kampus?
Kembali Ke Atas Go down
http://elfrisrudie.blog.com
Sponsored content





"Nyx and Jail" Empty
PostSubyek: Re: "Nyx and Jail"   "Nyx and Jail" Empty

Kembali Ke Atas Go down
 
"Nyx and Jail"
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 7Pilih halaman : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7  Next

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
SINDIKAT PENULIS :: Arena Diskusi :: Cerpen-
Navigasi: