Kekosongan dan penantian

Seorang pria menatap langit di kejauhan yang mulai memerah, kaki bertaburan pasir pantai dan tubuh telanjang yang masih basah terhembus angin pantai membuatnya berdiri semakin tegak melawan dunia.

10 tahun lalu Ia mengelilingi separuh negaranya demi menemukan arti dari tujuan hidupnya sebagai seorang manusia dengan berteman bayang dan kesepian. Menolak menyerah pada kematian karena ia tidak akan bertekuk lutut pada kehidupan tidak peduli seberapa keras penderitaan yang menerjangnya. Ia berjanji Dunia membutuhkan lebih dari sekedar penderitaan, kesakitan dan kemiskinan untuk membuat api dalam tubuhnya redup.

Kini ia sudah mengarungi seluruh tempat yang di ketahuinya, melanglang buana di ketiga dunia, bertemu dewa, mabuk bersama para ashura dan tidur bersama para manusia. Ia telah bertemu dengan cintanya melewati puluhan bahkan ratusan kehidupan tapi mengapa hatinya masih memiliki kekosongan.

Ia menarik nafas dalam-dalam, keabadian telah diberikan padanya, kenikmatan telah habis diteguknya, Ia telah memiliki semuanya tapi mengapa ia tidak rela membiarkan tubuhnya melarut pada Sang Pencipta. . .

Ketakutankah?

Ego dan kesombongannyakah?

Kapankah ia akan membiarkan Tuhan membawa tubuhnya untuk kembali bersamaNya.

Melupakan dunia yang fana ini.