Tap ... Tap ... Tap ... SREEK
Suara jejak kaki itu semakin mendekat. Pintu geser
tersebut terbuka dan nampaklah gadis bubble gum
bermanik zambrud cerah, ia terlihat tergesa-gesa,
sembari mengatur napasnya ia berujar.
"Gomenasai, Sensei" Ia pun langsung membungkuk
dan meminta maaf atas keterlambatannya.
"Ya sudah, sekarang kau duduk, kita kedatangan
murid baru."
Wajah gadis bubble gum itu, Anfha, terlihat berbinar-
binar. Setelah sejenak membungkuk hormat, ia
melangkahkan kakinya ke tempat duduknya di
barisan ketiga dekat jendela. Setelah duduk, ia melihat
ke sekeliling ... eh? Anfha merasa ada yang berbeda,
lalu ia berbicara dengan putri yang duduk di
belakangnya.
"Hei, ada murid baru, ya?" bisiknya pada putri.
"Oh iya, kau belum tau, ya? Tadi memang ada anak
pindahan dari Osaka,jepang., namanya khanief. Kalau
kulihat dari raut mukanya, sepertinya dia tipe orang
yang pendiam," terang putri sembari sesekali melirik
ke depan kelas, di mana pak guru tengah
menerangkan materi pelajaran di sana.
Setelah menyahut, Anfha pun sejenak mengedarkan
pandangannya ke sekeliling kelas, rupanya ia
penasaran dengan murid baru tersebut. Dan
pandangannya pun tak sengaja bersirobok dengan
permata sekelam malam yang empunya duduk di
barisan depan. Mata itu, rasa-rasanya Anfha pernah
melihatnya, namun ketika ingin mengingat siapa, tiba-
tiba beban berat mendera kepalanya. Ia pun menggigit
bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit di
kepalanya, dalam hati ia merutuki ingatannya yang
tak kunjung kembali. Ya, beberapa tahun lalu ia
sempat mengalami kecelakaan― tertabrak mobil,
namun si penabrak dengan tidak bertanggung
jawabnya melarikan diri, dan karena kecelakaan itulah
ia mengalami amnesia, tetapi hingga saat ini
ingatannya tak kunjung pulih juga.
Kembali Anfha berbisik pada putri. "Dia murid
barunya, put?" tanyanya sambil menunjuk seorang
pemuda berambut raven yang kini tengah fokus
memandangi papan tulis di depan kelas.
"Iya―"
BRAAAK!
Belumlah putri selesai menyahut, sebuah penghapus
papan mendarat dengan mulusnya di meja putri.
Seketika putri dan Anfha memekik kaget dan
menoleh ke depan kelas, di sana pak guru tengah
berkacak pinggang sembari memberi dua gadis itu
death glare andalannya.
"H-hai, pak guru!" Seakan tahu maksud sang guru,
mereka langsung diam, dan pak guru pun kembali
menerangkan.
Huh, yang tadi hampir saja, batin Anfha lega, ia masih
terkejut akan kejadian 'penghapus melayang' tadi.
Tanpa Anfha sadari, anak baru itu terus
memperhatikan dengan intens perilakunya, dia hampir
sama dengan'nya', pikir pemuda berambut raven
tersebut.
Anfha mengerang bosan, sejak usai istirahat tadi tak
ada seorang pun guru yang masuk ke kelasnya.
Dengan penuh harap ia memandang jam dinding di
depan kelas, tinggal beberapa detik lagi dan bel
pulang akan berdentang.
Iseng, ia pun mulai menghitung mundur.
"10...9...8...7...6...5," jeda sejenak, ia kembali melirik pemuda
berambut raven tadi, k h a n. Entah mengapa ia
merasa ada sebuah benang merah tak kasat mata di
antara k h a n dan dirinya. Hah, konyol, batinnya
mengelak. Setelah itu Anfha kembali melanjutkan
acara menghitung mundurnya. "4...3...2― TEEEEETTTTT."
Bersamaan dengan itu, kelas dipenuhi sorak gembira
para murid.
"Horee! Tumben sekali hitunganku tepat," gumam
Anfha, ia melihat ke samping kananya,
pandangannya tepat tertuju pada murid baru itu. Dan
tepat saat itu juga pemuda raven itu memandang
Anfha. Tanpa Anfha duga, k h a n beranjak
menghampirinya, setelah sampai di dekat Anfha,
k h a n menguncinya dan mengangkat tangan
kanannya secara perlahan, sehingga menimbulkan
kesan dramatis, dan membuat Anfha tegang sampai
ia meneguk ludahnya sendiri.
Sembari menyibak poni Anfha, k h a n mendekatkan
wajahnya pada wajah Anfha, lalu ia berbisik.
"Kau ..." Suaranya terdengar maskulin nan seksi,
sehingga tanpa Anfha sadari, semburat merah mulai
menghias pipinya yang tergolong chubby.
"Hn, jidatmu lebar," lanjut k h a n sambil menyeringai.
Seketika sudut siku-siku muncul menghias kening
Anfha.
"Grgrgr ..." Kini Anfha menggeram layaknya anjing.
Dia SANGAT TAHU kalau JIDATNYA LEBAR, tapi
menurut Anfha itu tak perlu dikemukakan. Terlebih
dengan cara seperti tadi, Anfha berpikir anak baru itu
ingin melakukan sesuatu yang romantis, tapi nyatanya
itu hanya khayalannya.
Anfha pun mendongakkan kepalanya untuk menatap
langsung permata sekelam malam milik k h a n.
Setelah pandangan mereka bertemu, tanpa sadar
pandangan Anfha beralih pada sesuatu yang
mencuat di belakang kepala k h a n.
"Apa kau tau?" desis Anfha pelan di dekat telinga
k h a n. k h a n mengernyit heran dengan posisi
mereka sekarang― terlihat hampir tidak ada jarak.
"Rambutmu itu ... mengingatkanku pada 'buntut ayam'
tetanggaku," (mirip rambut sasuke dlm naruto) sambung Anfha. Wajah gadis bubble
gum itu seketika terlihat senang kala mendapati
k h a n tengah menggeram kesal. Haha, satu sama,
batinnya sembari memperlihatkan cengirannya.
"Wahahaha ... wajahmu lucu sekali kalau sedang
marah," ejek Anfha yang langsung melenggang pergi.
Sebelum Anfha keluar kelas, ia sempat meledek
k h a n.
"Bye-bye, CHIKENBUTT~"
"Ck, apa-apaan dia!" Setelah Anfha menghilang di
balik pintu kelas. k h a n tersenyum kecil, untung saja
hanya tinggal ia seorang di kelas, jika masih ada
banyak siswi maka habislah ia.
"Masih sama seperti dulu," gumam k h a n lirih.
Dapatkah kau kembali padaku, batin k h a n miris.
Seharusnya kedatangannya ke jakarta ini untuk
menepati janji ketika ia masih kecil. Bukan untuk
memulai semuanya dari awal.
"Arggh, sial!" Sambil mengacak-acak rambutnya,
k h a n pun mulai melangkahkan kakinya
meninggalkan kelas yang telah sepi ini.
.
.
Angin hari ini lumayan sejuk, dengan pepohonan yang
rindang sebagai atap, sinar mentari masuk melalui
sela-sela dedaunan pohon. k h a n sangat menikmati
suasana seperti ini, sunyi dengan cuaca dan hembusan
angin yang bersahabat. Lebih baik di sini, daripada di
kantin yang penuh sesak dengan berbagai makhluk
yang saling berinteraksi membuat keributan di sana-
sini, sungguh menjengkelkan. Ia memang seperti ini
sejak masih duduk di Junior High School, karena dulu
ia selalu makan siang bersama orang yang ia sayangi,
di tempat yang jauh dari keributan, tentu saja.
k h a n kembali bernostalgia dengan kenangan
lamanya, di mana orang yang ia sayangi selalu
membawa bekal makan siang untuk mereka makan
berdua. Namun itu dulu, sekarang beda lagi, dan waktu
tak dapat berputar kembali.
Sejenak k h a n memejamkan matanya, dengan angin
yang berhembus sepoi-sepoi, ingin sekali ia tidur dan
tidak perlu bangun lagi, namun suara isak tangis yang
entah berasal dari mana membuatnya kembali terjaga.
"Hiks...hiks...hiks huueee ..."
Suara itu mengusik ketenangan k h a n, dan dia
sangat tidak suka dengan orang yang mengusik
ketenangannya, 'siapa sih itu?' Batinnya sebal.
"Hiks ... hiks ..."
Rasa penasaran kini menyelimutinya, k h a n pun
bangkit dari posisinya ―duduk bersandar pada pohon―
dan berjalan menuju sumber suara itu. Semakin dekat
saat suara tangis itu semakin terdengar jelas, k h a n
melihat warna yang berbeda dan mencolok di antara
warna yang dominan hijau,
"Pink?" gumamnya pelan ―sangat-sangat pelan ― sambil
menyibak semak-semak itu, ia pun sedikit terlonjak
melihat warna pink yang menyembul tersebut.
Sembari mendengus, Sasuke mendekati 'benda'
berwarna pink itu, saat sudah ada di depan benda
tersebut, ia berujar.
"Dasar cengeng."
Mendengar ada yang bersuara, benda tadi yang
ternyata Anfha pun mendongak, menatap wajah
rupawan k h a n ―yang nampak seringai kecil di sana.
"Apa katamu?" lirih Anfha dengan suara serak, akibat
menangis.
"Selain cengeng jug―"
BUAGH!
Belum selesai k h a n berkata, Anfha bangkit dan
menendangnya, menyebabkan pemuda berambut
raven itu jatuh terjerembam beberapa meter dari
tempat Anfha berdiri.
"Aku tidak cengeng kok, tadi itu hanya kelilipan,"
belanya pada diri sendiri. Setelahnya Anfha pun
berlari melenggang pergi.
"Dasar gadis aneh!" k h a n bangkit sambil menepuk
bokongnya.
"Ternyata kemampuan perempuan kalau sedang
marah mengerikan juga, cih!" Pemuda raven itu
mengusap perutnya yang tadi ditendang oleh Anfha.
"Akh, sakit."
Tak mempedulikan rasa sakitnya, k h a n mencoba
memejamkan matanya, ia kembali mengingat memori
yang sama di masa lalu ketika ia masih kecil, tak
berubah, batinnya. Lalu ia melangkahkan kakinya
menyusul ke arah Anfha pergi, rupanya pemuda
raven ini penasaran dengan penyebab gadis bubble
gum itu menangis. walau telah tertinggal jauh, namun
jejak aroma vanilla yang menguar dari tubuh Anfha,
masih dapat tercium olehnya.
k h a n tertegun kala ia melihat Anfha tengah
memeluk seorang pemuda berambut cokelat panjang
di pinggir lapangan basket. Entah mengapa, ia merasa
nyeri di dadanya, dengan sebal ia pun berbalik dan
berlalu dari sana, tak sanggup rasanya melihat
seseorang yang pernah mengisi hatimu tengah dicium
oleh pemuda lain, walau hanya cium di kening.
.
.
.
Anfha kini berjalan sembari menghapus jejak air
mata di pipinya, ketika ia sudah sampai di depan toilet,
ia masuk dan bercermin untuk melihat apakah
wajahnya terlihat seperti habis menangis. Dilihat
matanya masih sedikit bengkak, langsung saja dia
mencuci wajahnya. Setelahnya ia bercermin lagi dan
memastikan jika wajahnya sudah kembali terlihat
normal.
"Yosh! Kau harus semangat Anfha!"
Ketika ia keluar dari toilet, ia dikejutkan dengan
kehadiran k h a n yang sedang bersandar ditembok –
di samping pintu masuk toilet wanita.
Melihat kehadiran Anfha di sampingnya, k h a n pun
menoleh dan melangkah mendekati gadis bubble
gum itu.
"Kau tak ingat aku?" Tanya k h a n, ia
menatap tajam permata sehijau daun milik Anfha.
"A –apa maksud mu, khanief-san?" Anfha bergidik
ngeri dengan pandangan k h a n, perlahan ia
memundurkan tubuhnya, namun cekatan k h a n
memeluk pinggangnya.
"Kau tidak ingat dulu, lima tahun yang lalu, kau
menyuruhku berjanji untuk kembali ke jakarta, ingat?"
GLEK
Anfha menelan air liurnya sendiri saat bayang-bayang
ia dengan seseorang yang nampak tak telihat,
wajahnya mulai berseliweran di benaknya
"Aaarrgghh," lirihnya pilu sembari meremas rambutnya.
Melihat itu, k h a n menjadi panik, walau raut wajahnya
terlihat datar seperti biasa.
"Kau tak apa, Anfha-chan?" tanyanya sarat kekhawatiran
yang tak ketara, dan lagi k h a n memanggil Anfha
menggunakan nama panggilan gadis bubble gum itu
ketika kecil.
"Kau…" Liquid bening mulai menetes dari manik
emerald Anfha, dan tiba-tiba ia pingsan tak sadarkan
diri, untung k h a n tadi sempat memeluk pinggang
gadis itu, jika tidak pasti tubuh Anfha akan langsung
berbenturan dengan lantai.
.
.
"Ngghh.. Aww," manik zambrud perlahan terbuka,
memancarkan sinarnya yang sedikit redup. Sang
empunya mengaduh sakit sembari memegang
kepalanya. Ia mencoba menyadarkan diri, walau pun
dengan mata yang berkunang-bukunang.
"Di –dimana ini?" Anfha bangkit dari posisi tidur dan
melihat sekelilingnya.
"Kau sudah bagun?" Suara baritone itu memecah
lamunan Anfha. Ia langsung menoleh ke asal suara.
"K –kau, khanief-san? Aarrghh!" Kepala Anfha kembali
sakit, nafasnya pun mulai tak beratuhan.
"Anfhaa! –" k h a n berlari menuju Anfha dan
berusaha menyadarkannya.
"Tenanglah Anfha! Kau tak perlu mengingat masa lalu
mu!"
"Hah.. hah…haaah.. Arrggh!" Anfha terus berteriak
menggeram.
k h a n semakin panik, tapi tiba-tiba ia ingat sebuah
kalimat yang –entah dari mana asalnya .
"Jika orang yang kau sayang sakit, satukan kening mu
dengan keningnya dan dekap dia dengan penuh
perasaan.."
k h a n pun langsug mendekap Anfha erat dan penuh
perasaan, menyatukan kening mereka. Seakan
menyatukan pikiran dan isi hati mereka, Anfha kini
kembali tenang.
"Kau tak perlu mengingat ku terlalu keras, Anfha…"
"Aku hanya ingin kau mengetahui siapa aku.."
"Dan… Aku hanya ingin kau mengenang masa-masa
indah bersama ku dulu…".
Anfha mendongak menatap wajah k h a n, matanya
mulai berkaca-kaca seakan menyiratkan perasaa rindu
yang mendalam.
"k h a n!" Air mata gadis itu tumpah dipelukan
k h a n.
"k h a n! Kau k h a n-kun yang telah lama
meninggalkan ku.. hiks " Anfha menangis sembari
mengucapkan nama seseorang yang dulu selalu
bersamanya, dia telah mengisi penuh ruang di hati
Anfha.
"Sssttt… Sudah. Sekarang aku sudah kembali untuk mu
Sachan" Ucap k h a n disertai senyuman. Pelukan
hangat pun kembali menyertai kedua insan ini.
"Anfhachan.. Maukah kau ikut dengan ku?" k h a n kini
melepas pelukan mereka dan menghapus air mata
Anfha.
"Hm! Asal bersama mu kemana pun aku mau!" Jawab
Anfha riang.
.
.
.
Ina Beautiful Place
Kini mereka telah sampai di tempat yang sangat
indah, berbagai bunga bewarna-warni menghiasi tanah
lapang ini, pohon-pohon rindang dengan rapi berbaris
membentengi kebun yang luas ini. Udara sejuk
ditambah lagi dengan angin sepoi yang menyejukkan,
membuat suasana ini menjadi sangat nyaman.
"Aaa… kirei naa" Anfha terkagum dengan
pemandangan di tempat ini.
"Kau suka?"
"Iya! Aku sangat menyukainya!"
"Anfha, aku ingin menyanyikan sebuah lagu untuk
mu… dan sebenarnya rekaman suara ku menyanyikan
lagu ini, ingin ku berikan kepada mu"
"Hahaha itu masalah kecil k h a n-kun, rumah mu masih
sama kan?"
k h a n hanya menggangguk kecil. Raut wajahnya kini
terlihat pilu.
Sasuke menggambil nafas dan mulai bernyanyi
dengan lantunan suara yang indah.
Juunen saki mo hyakunen ato mo
Nigitta kono te wo hanasanai yo
Kore kara mo zutto
Boku no soba de warattete hoshiinda
Kimi no tame motto tsuyokunaru zutto
Daijini daijini dakishimetai
Fuan na sekai de tashikana mono wo boku wa
mitsuketa kara
baby lovin' you
*10 tahun sebelum dan bahkan setelah 100 tahun,
Aku tidak akan melepaskan tangan ini,bahwa
aku menggenggam mu
Mulai sekarang dan selamanya,
Aku ingin kau berada di sisiku,dan tertawa bersama.
Karena kamu,
Aku ingin menjadi lebih kuat,
Dan terus bersama mu, menghargaimu selamanya.
Satu-satunya yangbisa yakin di dunia ini penuh
dengan ketidak amanan,
adalah bahwa aku akan selalu mengawasi mu.
Sayang Aku cinta kamu*
Mata Anfha kini basah, ia sangat terharu dengan
nyanyian k h a n begitu merdu dan makna dari lagu
itu begitu dalam.
" k h a n -kun.. Aishiteru"
"Aishiteru mo, Anfha" k h a n memberikan senyuman
terindahnya kepada Anfha, seakan senyuman itu
memiliki arti yang mendalam.
"Anfha tidurlah.. Kau terlihat kelelahan" ucap k h a n .
"Baiklah aku pinjam bahu mu ya?"
"Ya, dengan senang hati"
"Anfha, Anfha bangun"
"Engmmhh~ Hah, Annisa, Kaka"
" k h a n mana?" seketika semuanya hening tak ada
yang berbicara. Raut muka Annisa dan Kaka pun
berubah pilu.
Seketika itu juga Annisa menangis memeluk Anfha.
"Anfha, "Khan" sudah meninggal.."
"A-apa? Kau pasti bercanda, tadi aku bersama
"Khan""
"Dia telah tiada Anfha. Dia sempat menitipkan ini
kepada mu" Kaka memberikan CD yang bertuliskan
"Kimi e no Love Song~10nen saki mo~
"Anfha, aku ingin menyanyikan sebuah lagu untuk
mu… dan sebenarnya rekaman suara ku menyanyikan
lagu ini, ingin ku berikan kepada mu"
"I –ini.." Anfha ingat kata-kata "Khan". Ia menerima CD
itu. Kini Anfha mengerti arti senyuman "Khan" itu.
"A –aku pulang dulu. Arigatou gozaimasu"
Ntah mengapa perasaanya kini campur aduk antara
sedih,kecewa, bingung. Ia tak bisa menentukan
perasaanya sekarang yang ia tahu hanya pulang.
*Sesapainya dirumah.
CEKLEK TAP TAP TAP
Tanpa salam Anfha langsung masuk dan megurung
dirinya dikamar. Ia langsung menyetel CD dari "Khan"
itu.
Video pun mulai diputar, di layar LCD itu ada "Khan"
yang sedang memain kan gitar.
"This song for you…"
Lirik demi lirik ia nyanyikan dengan syahdu,
tatapannya pun pilu tetapi diantara kepiluan itu
tersirat perasaan lega dan bahagia.
Divideo itupun "Khan" meneditnya dengan beberapa
foto mereka berdua. Liquid bening Anfha membasahi
karpet yang ia duduki.
Selesai bernyanyi "Khan" tersenyum kepada Anfha.
"Kau senang? Jujur aku benci kenapa penyakit ini bisa
menggrogoti ku. A –akh! Uhuk!" "Khan" terbatuk
mengeluarkan darah.
" k h a n !" Anfha kaget ia takut dengan keadaan
k h a n .
"Cih! Darah,ini saat yang paling ku benci!"
"Anfha, umur ku sudah tak panjang lagi. Anfha aku
ingin kau kenang, tak perlu banyak akuhanya ingin
kau mengenang ku disaat kita bahagia…"
"Walau sifat ku dingin, dan cenderung pendiam. Aku
terus berdoa kepada tuhan agar kau dilindungi
ada atau pun tanpa aku,Anfha"
"Didalam doa ku yang terakhir ini.. Aku ingin
menyampaikan kalau tugasKU telah usai. Sekarang ku
serahkan kau Anfha, kepada yang lebih mengerti dan
bisa membuatmu bahagia.."
"Arrgghh..!" k h a n terus menahan sakit yang ia
rasakan.
"A –aku sungguh tidak ingin orang lain melihat ku
sakit, .."
".. Karena aku tak ingin orang lain merasakan rasa
sakit yang ku rasakan, terutama kau Anfha.."
"Aishiteru .. Anfha…"
Disertai senyuman video itu selesai…
.END.