To Be Your Woman, Your Girl, and Your Friend

Aku paham benar jika ada orang menyebutku naif. Aku paham benar betapa jengkelnya mereka melihatku yang susah melangkah maju. Aku paham benar ketika mereka benar-benar ingin aku membuka mata.

Begitu pula denganku, aku tau aku harus berhenti menjadi orang naif, aku tau angan-anganku itu harus dihentikan, aku tau aku harus menyimpan semuanya rapat-rapat. Aku tau, akulah yang menentukan bahagiaku.

Aku mencoba menghilangkan kenaifan ku sejak itu, sejak kami memulai cerita ini. Cerita yang aku sendiri tak pernah membayangkan akan berjalan sejauh ini.

Ardo, aku mengenalnya sejak kami masuk ke perguruan tinggi negeri ini. Kami berada di satu angkatan, satu jurusan namun kami berbeda kelas. Saling menyapa layaknya teman, mengirim pesan singkat layaknya kawan itulah yang kami lakukan sejak tahun pertama kuliah.

Di semester awal kuliah itu, aku mengenal seorang senior yang akhirnya menjadi kekasihku saat itu, namanya evand. Evand adalah cowok pertama yang benar-benar bisa memikat hatiku, entah dari sisi mana, namun aku menggilainya. Tapi mau dikatakan apa lagi, hubungan kami harus berakhir tepat di hari ulang tahunnya, hubungan yang hanya berjalan dua bulan saja. Seperti apa yang pernah aku bilang, aku menggilainya. Aku tak pernah bisa melupakan dia secepat itu.

Mungkin orang akan kasihan melihatku yang seperti itu, harus membuang air mata selama berbulan-bulan lamanya. Ardo yang saat itu membantu menguatkanku, menghiburku, dan menjadi pendengar baikku. Aku berkeluh kesah tentang evand padanya, mengharapkan bisa menjalin cerita lagi dengan evand. Ardo yang menjadi teman baikku saat itu terkadang ikut kesal dengan keadaanku yang terus larut dalam kesedihan itu. Aku menentukan deadline bahwa aku bisa kembali bersama dengan evand hingga hari ulang tahunku tiba, tapi Ardo menyarankan “jangan membuang waktumu terlalu lama”.

Hampir dua tahun aku berjalan dengan bayang-bayang evand di kepalaku, entahlah usaha apa lagi yang harus aku lakukan, sudah ku coba mengisi hatiku dengan yang lain namun sama saja hasilnya nihil. Hingga akhirnya evandpun lulus dari kampus kami dan kamipun tak pernah bertemu lagi.

Waktu terus berjalan hingga akhirnya aku menjadi mahasiswi tingkat akhir. Di semester akhir ini kampusku memang mengutus mahasiswannya untuk melaksanakan Kuliah Praktek, dan aku mendapat tempat di salah satu perusahaan kapal terbesar di Indonesia. Aku bertemu Ardo lagi disana, kami sudah lama hilang komunikasi sebelumnya walau kami satu kampus, mungkin hanya sekedar saling bertegur sapa kalau berpapasan.
Semenjak kuliah praktek ini kami mulai intens kembali berkomunikasi, sekedar berbagi tawa dan cerita dimalam hari melalui pesan singkat. Ingat, kami hanya berteman, hubungan kami biasa saja dan aku tau dia tidak sendiri. Seiring berjalannya waktu hubungan kami semakin dekat, diapun mulai bercerita tentang masalahnya dengan pasangannya. Sebagai wanita, dan sebagai teman yang baik tak bosannya aku menyarankannya untuk berbaikan ketika mereka sedang dirundung masalah, dan dia berkata “iya aku coba”. Kedekatan kami semakin terasa, kami sering berangkat bersama entah itu ke kantor, ke acara kampus, ataupun sekedar kumpul bersama teman-teman.
Teman-teman kamipun mungkin sempat berpikir seuatu tentang kedekatan kami, tapi kami berdua biasa saja dengan hal itu karena kami memang berteman biasa.

Suatu hari aku benar-benar terkejut dengan pesan singkat Ardo, dia bilang “aku bubaran sama nyonya [kekasihnya]”. Aku shock saat itu, aku kira mereka sudah baik-baik saja setelah aku menyarankannya untuk segera berbaikan. Lagi-lagi tak kurang-kurangnya aku menyarankan untuk mengejarnya kembali kalau memang masih sayang. Hubungan mereka bukan hubungan yang singkat, 3 tahun lamanya mereka bersama, namun karena sama-sama memiliki kesibukan yang entahlah kenapa membuat mereka sulit bertemu, dan akhirnya kekasih Ardo ingin mengakhiri hubungan mereka. Selayaknya teman yang baik, aku menghibur Ardo, sama seperti saat dia menghiburku ketika hubunganku dengan evand berakhir.

Semakin kemari, kedekatan kita mulai terasa berbeda, mulai ada saling berbagi perhatian, mulai ada rasa mencari jika salah satu diantara kami tak kunjung datang, mulai ada rasa rindu. Aku dan kamu semakin dekat, aku dan kamu semakin sering berkomunikasi, aku dan kamu menjadi kita. Entah kapan tepatnya, aku sendiri kurang paham. Iya tiba-tiba kami pacaran. Semakin kami menjalani hubungan ini, semakin aku tau hal-hal yang ternyata belum aku sadar. Kamu memperhatikanku sejak tahun pertama perkuliahan. Kamu mencoba menjadi pendengar yang baik ketika aku berakhir dengan evand dan sebenarnya kamupun lelah mendengar keluhku itu, tapi hanya dengan cara itu kamu bisa tetap menjaga komunikasi denganku, begitu katamu. Kamu yang sering mencuri-curi pandang ketika di kantor, ketika makan siang bersama dan ketika kita penuh tawa. Sungguh benar-benar hal yang mengejutkan dan berhasil membuatku senyum-senyum sendiri layaknya orang kurang waras. Entah apa yang mengarahkan kami dengan cerita ini, tapi yang pasti aku senang saat itu, aku benar-benar bisa menghilangkan bayangan tentang evand, aku dibuatnya jatuh cinta dengan temanku sendiri, Ardo.

Diam-diam aku membuka akun twitter milik mantan Ardo, yang aku lihat disana benar-benar membuatku sedikit goyah di awal. Aku melihat kegalauan gadis itu, kesedihan yang begitu besar dan sedikit emosinya disana. Ada sedikit rasa tidak rela dari gadis itu ketika mantannya bersamaku, ada sedikit cibiran yang ditujukan padaku karena banyak orang yang mengatakan ada kemiripan antara aku dan gadis itu. Aku tidak jahat kan? Aku tidak merebut Ardo dari siapapun kan? Aku tidak merusak hubungan siapapun kan? Mereka renggang sejak dua bulan sebelum aku dan Ardo mulai intens berkomunikasi, gadis itupun yang ingin mengakhiri hubungan mereka, aku tidak salah kan? Itu yang membuat aku perang batin, di satu sisi aku paham benar bagaimana perasaan gadis yang patah hati karena aku pernah merasakannya, di sisi lain Ardo itu milikku dan tak ada satupun orang yang boleh merebutnya karena aku mulai sayang dan serius menjalani hubungan kami ini. Mereka berkata aku mirip mantanmu, dan aku tak suka itu, tapi yang pasti kamu berkata “kamu bukan dia, kamu adalah kamu. Aku milikmu, kamu milikku” dan itu menyejukkan. Komitmen kami untuk saling percaya satu sama lain adalah modal kami untuk terus berjalan dan yakin bahwa hubungnan kami akan baik-baik saja.
Kini aku bisa berjalan maju, menutup cerita tentang mantan dan berhenti menajadi orang naïf karnamu.

Now I found you,
Now you’re mine,
Now I’m be with you
Someone who care about me,
Someone who understand me,
Someone who protect me,
Someone who loves me.
and I love you so much,

“I'll never let a thing come to break us apart
'Cause I'm your girl, your woman, your friend
And that's how it's gonna be till the end.
Loving you is what I live for
And I can't ask for anything more
Than to be your woman, your girl, and your friend “