Cepat Atau Lambat, aku pasti Menghadapimu

yaaaa hari itu hari yang mendebarkan.. cepat atau lambat aku harus menghadapinya..
Hari itu, hari dimana aku mengenakan pakaian putih, rok hitam panjang dan berdasi hitam, menyimpan kegundahan yang luar biasa. Hari dimana aku harus mempertanggungjawabkan proses belajarku sebagai mahasiswa jurusan desain kapal dihadapan tiga orang penguji yang mungkin bisa menyelamatkanku atau bahkan mematikanku.

Baru dua hari sebelum datangnya hari keramat itu aku menerima kabar bahwa hariku adalah Rabu, 30 november 2011. Aku tidak paham akan apa yang aku rasakan saat itu, yang pasti semua makanan jadi tak sedap dan gurauan menjadi seakan-akan hanya sekedar angin lalu yang berhembus begitu saja.

Aku sudah mempersiapkan segala materi, namun bukan berarti aku siap bertempur.
Aku sudah mempersiapkan mental, namun bukan berarti aku siap menerima kenyataan buruk.

Hari itu tiba, 30 November 2011
Aku mendapat giliran terakhir dari empat orang peserta.

*peserta1 memasuki ruangan*
aku terus berusaha menenangkan diri, bertanya kesana kemari, dan aku terlihat sangat tidak siap. Bukankah mahasiswa harus bisa mengendalikan diri di situasi yang seperti ini, namun nyatanya aku terus terkurung dalam kegelisahan yang tak menentu.

*peserta1 keluar
peserta2 masuk*
betapa tidak makin gundah gulana, peserta pertama yang aku anggap sanggup dan siap saja keluar dengan wajah pucat dan tegang, sontak akupun menagis karna aku merasa aku kurang siap dan mungkin akan gagal. Pantaskah aku menangis di situasi yang seperti itu? beberapa teman mulai panik ketika itu, ketika melihat aku yang tanpa sebab mulai bercucuran air mata. Mereka membantu menenangkanku, meyakinkanku bahwa aku pasti bisa melewati masa itu nanti, dan salah satu sahabatku memberikan sebotol air mineral yang lumayan berhasil membuatku merasa sedikit tenang.

*peserta2 keluar
peserta3 masuk*
peserta kedua keluar dengan tersenyum tak tau menandakan apa, yang pasti ada mimik kekhawatiran diwajahnya.. namun aku rasa dia lbih siap dibanding aku karna mantapnya ia berpendapat saat kami silang pendapat sebelumnya. Oh tuhan aku merasa tidak percaya diri dengan apa yang sudah ku persiapkan sebelumnya. Aku merasa menjadi orang yang paling bodoh saat itu.

Perasaanku makin kacau saja, waktupun sudah menunjukkan saatnya menghadap ke yang Kuasa dan memohon untuk terakhir kalinya sebelum saatnya aku berperang. Berjalanlah aku ke rumah ibadah dengan seragam hitam-putihku ini. wajah pucat dan penuh kebingungan mungkin tercermin dari wajahku ini. Beberapa pasang mata tertuju padaku, menandakan bahwa mereka tau aku akan melalui masa-masa sulit sebagai mahasiswa di tingkat akhir.

*kembali ke ruang tunggu studio gambar (SG)
aku terus menunggu dengan penuh ketakutan dan kegelisahan, namun mau dikatakan apa lagi, aku harus menghadapinya, aku bisa...!!!

*peserta3 keluar, aku yang juga sebagai peserta terakhir masuk*
aku tarik nafas sedalam-dalamnya sebelum masuk ruangan panas itu. Ruangan yang berisikan sebuah papan tulis besar untuk menempel gambar rancangan kapalku, papan tulis kecil untukku menulis, dan tiga orang dosen penguji yang kebanyakan orang bilang bahwa mereka adalah tim penguji terberat. Mulailah terlihat keteganganku, ketiga penguji siap menyerangku dengan berbagai pertanyaan, entah yang bisa ataupun tak bisa ku jawab. Semakin bertubi-tubinya pertanyaan itu dilontarkan, semakin berubah pula perasaanku. Yang tadinya semua terasa berat menjadi sangat ringan dan ketenangan bersamaku. Namun itu hanya sementara sebelum aku mendapatkan bentakan-bentakan yang luar biasa dari salah satu penguji yang berhasil membuyarkan konsentrasiku. Dampaknya..? tentu saja ada, jawaban yang sudah kupersiapkan tiba-tiba terkunci dimulut dan aku mulai menjawab dengan terbata-bata. Aku terlihat bodoh disana, aku ketakutan, tenggorokanku terasa sulit mengeluarkan kata-kata. Bentakan-bentakan terus menyerangku dari salah seorang dosen penguji. Sebisa mungkin aku harus terlihat siap dan sanggup, air mata ini sudah penuh dan siap mengalir, tapi aku terus berusaha menahanya.

*aku keluar ruangan*
tidak ada hal lain yang aku lakukan selain menangis ke sahabat terkasih yang telah menanti di depan ruangan. Sebisa mungkin aku telah menahan segalanya, menahan rasa ingin marah, ingin menangis di dalam ruangan tadi. Tak terasa ternyata aku di dalam sana selama 90 menit, yang harusnya hanya 45 menit. Hanya satu hal yang aku takutkan, aku takut gagal, karena aku melampaui waktu normal sidang gambar.

keempat pesertapun dipersilahkan masuk ke dalam ruang panas itu. Hasil pengujian kami akan di umumkan. Pesan dan evaluasi disampaikan, semakin kencang degub jantung ini, dag dig dug dag dig dug semakin kencang. Air mataku sudah kuhapus sebelum memasuki ruangan itu, namun mata ini masi menandakan ada air mata yang telah tumpah tadi.
suara lirih terdengar dari salah satu dosen penguji, "peserta pertama, selamat anda lulus. Peserta kedua, mohon maaf anda harus mengulang. Peserta ketiga, anda harus mengulang d sesi berikutnya. Peserta keempat, anda lulus dikesempatan ini"

oh Tuhan, aku LULUS sidang Tugas Gambar Desain Kapal, sidang yang banyak kalangan mengatakan terberat dan tersulit dibanding sidang Tugas Akhir. Aku kembali nenangis, namun tangisku saat itu benar-benar tangis bahagia dan penuh rasa syukur. Tak ada kata yang lebih indah dibanding kata "anda LULUS"
Yang aku takutkan bila gagal adalah, aku malu, aku takut mengecewakan orang disekitarku yang terus memberi suntikan semangat.
Tak hentinya ku berucap syukur pada yang kuasa, berterimakasih atas hasil baik ini, aku lulus sidang di sesi pertama tanpa syarat pula.

oh, rasanya beban berat di pundakku ini sudah hilang, aku berjalan menuju tempat kendaraanku di parkir dengan penuh senyum di bibir ini, mengendarai kendaraan dengan laju kencang dan ingin segera menyampaikan kabar baik ini kepada keluarga tercinta.