- Spoiler:
Sesuatu yang Rui tulis dipenghujung waktu yang saya sudah lupa...
Muak melihat di tempat awal nggak ada yang memberi komentar sama sekali --"
Pindah saja ke sini --"
Sesuatu yang kau sebut nyata ialah mimpi.
Sesuatu yang kau sebut mimpi ialah nyata.
Tanyalah Chronos yang selalu memperhatikan sejarah manusia.
Tanyalah Hades yang selalu menikmati riak air.
Dan kau akan temukan di mana nyata dan di mana mimpi.
Semua hal ialah rancu.
Dream and Reality - Gyajlee Bister
History of Alchemy that I use - www . alchemylab history _ of _ alchemy . htm
Water of Lethe, Hades and Chronos - Greek Miyhologi
Byiyua Viss her Bautifal Akata
Dalam keheningan kami saling bertegur sapa dengan riak kesedihan. Memperhatikan bagaimana masa di mana mimpi bermain bebas dalam canda tawa terbentang di seberang anak sungai yang mengalir. Masa yang tak akan dapat kami temui lagi. Karena kami tahu bahwa saat kami memasukkan anggota tubuh ke dalam anak sungai ini... Seluruh masa itu akan hancur bersama ketiadaan dan tak menyisakan apapun. Hanya udara hampa bersama reaksi dari sungai Ameles Potames―sungai di mana ingatan hanyalah sebuah angin terlupakan.
"―semua... Sudah berakhir," dalam nada keraguan seorang gadis berbisik lemah. Merasakan bagaimana buaian yang menjadi tanda bahwa Ga-Oh tengah terlelap berhembus. Membuat rambut merah bergelombangnya menari.
Warna amethyst yang terpatri dalam sklera miliknya bagaikan sepasang kristal tanpa makna. Sama sekali tidak memiliki apapun, hanya kehampaan tanpa akhir. Sesuatu yang terlahir dalam 'nyata' dari masa lalu.
Serbuk keabuan terlihat menyebar di udara bebas. Abu yang sudah tak dapat kembali menjadi wujud yang seharusnya.
Apakah keputusannya tepat? Apakah ia pantas menghancurkan segala mimpi pekerja seperti dirinya―Alchemist? Apakah ini... Dapat mengembalikan mimpi, kebebasan, hak―dan sebutlah hal yang lain―yang telah terenggut dari mereka? Apa―oh, sudahlah. Terlalu banyak tanya yang tak dapat diuraikan satu demi satu. Tanpa jawab.
Chronos sama sekali tak ingin memutar balikkan aliran waktu seperti semula. Hanya Hades yang bersedia dengan syarat yang tak dapat diterima―mengabdi bersama kegelapan abadi.
"Semua telah berakhir, dan kita tak mendapatkan apapun. Hanya kehilangan hal yang lain, Flo," suara yang jauh lebih berat kini memecah keheningan ganjil. Keheningan yang terisi oleh tumbukan antara warna amethyst maupun onyx yang tak memiliki sebuah garis bercahaya penuh kehidupan.
Gadis bernama Flo itu mendesah. Memaklumi perumpamaan yang selalu teruai dalam indra pendengarannya. Bagaikan sebuah kalimat wajib yang harus didengar olehnya setiap hari, kalimat yang akan dirindukannya kini. Dan senyum bermain di wajah manis tersebut. "―selamat tinggal, Seiront."
Dua jejak terpahat di atas tanah. Saling bertolak belakang menyisakan jejak-jejak abu yang ada di atas tanah. Tak dapat bertemu dalam masa yang tak terhitung, milennia yang menjadi satuan akhir.
Sebuah perjanjian dengan dewa penguasa dunia bawah. Mengubah 'nyata' menjadi 'mimpi' untuk selamanya. Dan kedua orang itu hanya dapat berkawan dengan kegelapan yang abadi.
Warna hitam bagaikan sebuah ciri khas bagi seorang pria bernama Seiront Lunar Geist. Setelan jas hitam dipadu kemeja maupun dasi hitam kelam. Warna rambut bagaikan langit malam tanpa permata maupun Ratu yang menghias indah. Juga... Sorot mata berwarna onyx yang dipenuhi oleh macam kekosongan. Cahaya bagaikan sebuah eksistensi yang tak pernah ada dalam kehidupannya. Kehidupan yang terkungkung dalam warna hitam kelam―kegelapan sejati.
"Ano... Sensei," sebuah sapaan terdengar. Menghentikan pena yang tengah menari dan meninggalkan jejak di atas putihnya kertas. Sensei... Ya... Kuro-Sensei adalah nama yang selalu digunakan untuk merujuk pada seseorang yang identik dengan warna itu.
"Ada apa?" tanya yang begitu datar terdengar. Menyeruak dalam kebisingan koridor menuju ruang staf pengajar. Remaja berambut coklat sebahu dengan sepasang berlian kristal aqua-marine memeluk erat sebuah buku. Bergumam pelan dengan poni menutupi matanya. Tidak adakah keberanian untuk menatap sosok semampai itu, gadis manis?
"Varrent-san, bila ada yang ingin Anda sampaikan, katakanlah," kembali sang guru berucap. Merangkai setiap kata dalam kalimat yang begitu sopan, walau nyatanya ia tetaplah mengucap kalimat itu dengan―bila tak ingin dikatakan sempurna―begitu datar.
Menghela nafas pelan seraya menguatkan cengkraman tangannya, menadahkan wajahnya yang sudah dipenuhi oleh warna merah merona. "Eto... Mengenai pelajaran hari ini... Eto..."
"Hn... Aku tak ingin membahasnya di tempat ini. Cukup kalian melihatnya dalam buku," potong Seiront pelan. Mengerti sekali apa yang ingin diucapkan oleh Varrent mengenai pelajaran hari ini. Pelajaran yang dirasanya akan menjadi pelajaran teraneh yang pernah diterima oleh murid-murid didiknya ini. Bantahan bahwa itu hanyalah sebuah bualan, fantasy, mimpi―dan persamaan-persamaan lain―belaka. Bukan pelajaran yang pantas untuk dipelajari.
"Demo... Apa makna yang kami ambil dari mempelajari sejarah Alchemy? Bahkan hal ini tidaklah ada dalam dunia yang lalu, hanya di miliki oleh orang-orang pemimpi lebih dari tiga ribu tahun yang lalu," gadis itu membantah. Mengeriyetkan keningnya dan berusaha agar lipatan itu dapat mewakili perasaannya yang tidak mengerti sama sekali.
Seiront perlahan mengukir senyum di wajahnya yang membeku. Senyuman penuh makna yang sulit diartikan. Dan ia mulai mengumbar sebuah teka-teki, "apa yang kau sebut nyata adalah mimpi baginya. Dan apa yang kau sebut mimpi adalah nyata baginya. Dunia selalu bertolak belakang."
"Maaf?"
"Carilah Chronos yang selalu menggapai butiran waktu. Carilah Hades yang selalu menikmati riak air sungai di dunia bawah. Carilah nyata yang sebenarnya."
Tertawa dalam senyum kecil pria itu berbalik, kembali menarikan pena di atas kertasnya seraya berjalan meninggalkan Meina Varrent yang menatapnya ragu. Bimbang dengan apa yang ingin disampaikan oleh sang guru dalam balut perumpamaan, sama sekali tidak mengerti.
GIMANA CARANYA NULIS KAYAK GINI LAGI!?
Pertanyaan yang nggak wajar memang --"
Tapi Rui bener-bener blank untuk nulis sesuatu dengan gaya bahasa seperti ini...
searang bila di baca... ini seperti tulisan orang lain... padahal Rui juga yang nulis --"
Apa Rui harus menulis dengan HP lagi baru bisa seperti ini