Aries, aku memandangnya sebagai lelaki sempurna tanpa cela. Wajahnya yang putih merona, dihiasi mata kecil yang bercahaya nakal seolah menjerat ku dalam lubang hitam yang tak berdasar. Dia Aries, pemuda sederhana yang tak pernah lelah mengukir senyum di bibirku, bahkan dengan berani mencuri hati yang kusimpan erat di dada ini. Aries, membuat aku gila karenanya.
Entah dari mana, harus ku mulai kisah ini, tentang cinta ku yang tak akan pernah berbuah bahagia. Aku dan Aries, tak akan pernah bisa bersama meski aku menggilainya. Aries terlalu jauh untuk ku genggam, dia pemuda yang terlalu luar biasa bagi ku. Dibalik kesederhaan yang lembut ia menyimpan pijar cahaya yang menyilaukan mata ku. Aries, bersinar diantara bintang yang gemerlap di atas layar hitam.
Mereka memanggil ku Gemini. Aku hanya sesosok jiwa malang yang sembunyi di balik topeng. Aku memiliki banyak wajah, setiap hari aku akan berkutat di depan cermin, memilah milah topeng mana yang akan ku gunakan hari ini? Pernah ku coba kenakan wajah asli dari sosok ku, tapi apa yang terjadi? Aku terjauhi, di tinggalkan, dan tenggelam dalam lautan sedih. Sungguh, bagi ku kehidupan ini hanya omong kosong. Manusia hanya sekumpulan wayang yang dipermainkan dewa-dewa di puncak langit sana. Dan aku salah satu bonekanya yang memainkan peran dengan banyak wajah, hingga diri sendiri pun tak bisa ku kenali.
Aku Gemini, dan aku mencintai Aries. Begitulah hal yang kini tertanam dalam diserambi-serambi otak ku. Cintaku berkobar layaknya api di dasar neraka, dan aku terbakar olehnya. Tersulut dalam api yang begitu panas melelehkan hati ku. Tidak hanya itu, saat bersama Aries aku bagaikan berenang dalam sungai-sungai tuak dikaki surga yang membuat ku mabuk tak berdaya. Akal ku mati, hilang bagai debu tersiram air. Sungguh, aku makhluk hina yang terbakar dan tenggelam bersamaan dalam api dan sungai tuak memabukan yang bernama cinta.
Aku tahu, sekeras apa pun usaha ku membuka jendela di hatinya, Aries tak akan pernah bisa dalam genggaman ku. Sinarku terlalu redup untuk berada disampingnya. Aku kalah, kalah dengan hati ku. Aku terlalu takut untuk mengatakan padanya bahwa ia cinta ku, hidupku, matiku, ia nafas yang menopang jiwa ku. Sungguh merana, Aku miskin kepercayaan cinta.
Biarlah, cinta ku pada Aries ku jadikan rahasia bersama malam. Malam yang menemani ku memuja sang Aries, malam yang selalu tertawa saat aku menatap titik cahaya itu dikejauhan. Dan malam yang selalu menghasut dan mengobarkan kembali api cinta ku pada Aries.
Aries, pemuda sederhana nan menawan itu kini telah pergi meninggalkan panggung ini. Aries, pemuda sederhana yang begitu kejam membawa hati ku pergi, mengoyak sebagian jiwa yang melekat ditubuh ku. Ia tak pernah bisa memberiku kesempatan merebut kembali hati ku, dan mengukir dalam nama ku di hatinya. Aries dengan ketidak tahuannya telah lancang pergi membuat ku semakin tenggelam dalam sepi sendiri. Oh Aries, sesal ku perlahan mengorek dada ini, merenggut jantung yang berdetak didalamnya. Aku ingin bersama mu sayang, Aries ku yang malang.
***
“Kau sudah gila!”
“Kau benar, aku memang sudah gila dan itu karena dirimu!!”
“Sadar Gem, ini ga masuk akal. Kamu bukan Gemini yang aku kenal”
“Kau salah, ini aku Gemini yang sebenarnya. Gemini yang menyimpan cinta yang begitu besar pada mu, Gemini yang tak henti menggilai mu. Aku ingin kamu Aries, mata mu, mulut mu, hati mu, segalanya milik ku Aries”
“Sadar lah Gem, setan apa yang merasuk mu!! aku laki-laki dan begitu pula dirimu. Ini menjijikan!!”
“Maafkan aku, Aries. Aku tahu ini salah, tapi aku sendiri tak bisa membendung perasaan ini. Aku juga tersiksa.”
“Kau memang gila!!”
“Baiklah, aku mengalah. Kita memang tak bisa bersama. Tapi Aries, izinkan aku sekali ini saja memeluk tubuh mu. Ku mohon... untuk yang terakhir kalinya”
Pikiran Aries kacau, ia tak pernah menyangka pemuda riang yang terlihat begitu sempurna dihadapannya ini ternyata menyimpan sesuatu yang mengerikan. Sesuatu yang membuat ia mual. Namun disisi lain ada rasa iba yang juga hinggap menghantui benaknya. Pemuda didepannya, kini terlihat begitu menyedihkan. Matanya nya yang biasa berkilau kini terlihat begitu sendu dan menyiratkan kesepian yang begitu dalam. Hati Aries melemah, perlahan ia dekati Gemini, ia rengkuh tubuh yang terisak kaku dihadapannya itu. Aries tak sadar, sesuatu yang lebih tak terduga mengintainya dibalik remang rembulan malam itu.
“Aries, aku mencintaimu..”
Aries menggigil, perih mengorek-ngorek isi dadanya. Pandangan matanya perlahan mengabur. Tiba-tiba terlintas sekelebat bayangan masa lalu. Saat ia dan Gemini tumbuh dalam lingkungan Panti Asuhan, besar dan hidup tanpa pernah mengenal raut wajah orang yang telah menghadirkan mereka kedunia. Gemini selalu ada saat Aries merasa jengah terhadap dunia, menghiburnya dengan wajah riang yang menenangkan. Begitu pula Gemini, Aries telah terikat begitu kuat di hatinya sebagai orang yang mampu memahami Gemini apa adanya. Lebih dari itu mereka tanpa sadar terikat benang merah, berperan dalam wayang sang dewa yang penuh ironi dan duka. Kenangan-kenangan itu terus melintas, bagaikan tayangan iklan dalam acara televisi terus berganti dan berakhir saat Gemini pemuda cantik ini mengukir lubang hitam tepat di jantungnya. Selanjutnya semua menjadi gelap.
***
Hening, malam itu Gemini terisak keras. Mengutuk takdir yang menciptakan permainan hidup yang begitu kejam baginya. Ia terduduk sambil memeluk tubuh pucat Aries, didada pemuda itu terdapat lubang yang menganga lebar. Darah mengalir bersama air mata Gemini yang tak henti mengutuk kebodohan dirinya sendiri. Requiem penyesalan seolah bergema meratap kemalangan dua insan penuh derita ini. Namun iblis seolah tak henti bermain, mereka mengajarinya mantra-mantra keji yang membuat Gemini teperosok dalam lubang neraka yang paling dalam. Gemini, dengan mata yang bersimbah luka dan tangan yang erat memeluk Aries yang kini berlumur darah merah pekat, perlahan berhenti terisak. Tangan nya merogoh sesuatu dalam kantong celana Aries, sebuah pemantik dengan lambang kepala naga di badan nya kini tergenggam di tangan Gemini.
"Aries maafkan aku, aku sungguh mencintai mu"
Gemini mengecup lembut bibir pemuda dipelukannya yang pucat membiru. Bersamaan dengan itu, sang Iblis telah mempersiapkan segalanya dengan sempurna. Lewat gesekan bunga api, kini Aries dan Gemini bersatu dalam kobaran cinta hina. Api berkobar merah menyala, diselingi tawa kemenangan sang iblis yang mengejek keagungan dewa langit.