... Entah mau ngomong apa.

Jadi tadi aku googling Novel Amore (karena status update kak Sagi)

Dan aku masuk ke goodreads. Disana, lagi panas-panasnya ternyata. Sampai ikutan panas dan gerah sendiri.

Quote :

Memory and Destiny

Summary:

Maroon Winata, calon dokter, yakin bahwa Donald-nya benar-benar ada. Sejak pertemuan pertama di Westminster Abbey, pada hari terakhir Maroon kecil di kota London, sampai Maroon di Jakarta dan berjuang menyesuaikan diri dari lidah bule ke bahasa ibunya, Donald adalah teman bermain dan belajar.

Maroon dan Donald dewasa bertemu, namun mereka belum menemukan tali penghubung memory masa lalu mereka. Nasib mempermainkan mereka. Lalu muncullah David yang tampan dan kaya. Lelaki itu percaya destiny telah mempertemukannya dengan Maroon. Memory dan destiny dalam hidup Maroon pada akhirnya menunjukkan bahwa Tuhan menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya.

Sekilas gak ada yang aneh kan? Tapi liat deh review-reviewnya di http://www.goodreads.com/book/show/8094580-memory-and-destiny

Kok kayaknya parah banget ya? Sampe ada yang badmouth authornya gitu.
Ah mungkin itu reviewersnya pada melebih-lebihkan kali.

Eh tapi aku ketemu ini di blog penulisnya...

Quote :

Lagi, kenapa MD (atau novel-novelku) perlu otak prima untuk mencerna


OK, Goodreads discussion is basically trashing me, simply because I am honest with my statement: you need a good brain to digest my novels. OK, kamu merasa dirimu pintar. Tanyalah pada diri sendiri, apakah kamu pintar tipe A atau tipe B? Baca di sini

Saya diskriminatif soal otak
Beneran kok. Bisa dibilang Yunisa itu diskriminatif dalam hal otak. Salah satu kelemahanku sebagai pribadi (manusia), I just can't stand people who can't connect with me in think-tank. Dulu pas sekolah / kuliah, memang aku populer, semua orang kenal (sampai sekarang sering malu karena gak inget sama bekas teman sekolah), tapi seharusnya orang tanya dong ke Yunisa: Siapakah yang Yunisa kenal? Ada 2 kategori: teman sekelas atau sesama ranking satu. Dalam istilah StrengthsFinder di Gallup, karakter ini bisa dilihat secara positif - Maximizer. It means I click best with people whom in my opinion, already having the great potential, they want to be GREATER. Lawan Maximizer adalah Developer, yakni kategori orang sabar yang sangat bahagia jika dia bisa bikin orang dengan kemampuan pas-pasan menjadi lumayan.

Sorry, I am a Maximizer. I just don't have the patience if you don't click with my brain! Tapi secara umum, Yunisa adalah orang yang menyenangkan karena "gampang nyambung" sama semua orang, semua topik. It has been an endless debate with my parents because I told them, I need a husband whom I can converse as an equal, otherwise, I will suffer!

Kemampuan baca
Banyak banget pembaca yang baca berkali-kali novelku - sejak novel pertama - sampai Schoolaholic. Alasan mereka baca? Semakin dibaca ulang, kesannya jadi beda. Banyak yang bilang: kecanduan Atau jawaban populer ini: "Novel mbak Yunisa selalu membangkitkan semangatku setiap kali aku merasa down." Atau ada lagi yang dendam kesumat: "Aku masih penasaran, kenapa kamu bikin ending-nya begitu!!!" (kasus novel kedua)

Let me put it this way, siapa yang pernah baca novel asli (bukan terjemahan) karya Jane Austen, dari yang paling bagus: Pride and Prejudice sampai yang belum kelar seperti The Watsons? Well, aku udah baca 50% karya Jane Austen (masih ngutang Emma, Sandition). Aku tahu pasti, banyak novelis Indonesia (yang jauh lebih tenar daripada Yunisa), mengaku terus terang, tidak kuat baca Jane Austen, padahal dia juga tinggal di LN (ikut suami) - tiap hari berbahasa Inggris! Well, I think I can bear with Jane Austen - walau so far favoritku masih Pride and Prejudice. Kenapa? Karena kerjaanku tiap hari BACA DUA BAHASA. Seriously, I am paid to read and review two languages, everyday.

I read more English than Indonesian. This is a fact. Jangan harap Yunisa bisa menyusun kalimat Bahasa Indonesia yang pendek dan sederhana seperti anak SD. Perhatikan saja, semua novelku pasti ada informasi / pelajaran (kayak sekolahan aja). Pakai logika aja deh, kalau otakmu lagi hang, boro-boro bisa "menangkap informasi", lah wong baca kalimatku (yang kayak buku terjemahan - mengutip Meiske) aja, kamu udah puyeng duluan.

Faktor intrinsik
Apa yang menarik dari Jane Austen? Pemikirannya yang maju, pengamatan cermat tentang posisi wanita di zamannya, pelajaran moral tentang perilaku manusia (Human Behaviour), dan nilai-nilai intrinsik lainnya. Something that is not visible unless you digest the ancient-difficult-handsome English language.

Apa yang menarik dari novel2 Yunisa? Same thing as Jane Austen. I believe - yes I have faith in myself that in 50 years or more, my novels are still valid - all the values and lessons inside. Ya, 50 tahun lagi atau bahkan berabad-abad lagi, Yunisa yakin (100%) bahwa nilai-nilai, pelajaran, pengamatan yang dituangkan ke dalam SEMUA novelku masih membuat orang berpikir: Astaga-naga, ternyata Yunisa, tahun 2006-dst udah memikirkan dan mengamati hal yang sama!

Oh yes, and I hate Dan Brown. I really have a strong sense of like and dislike and I don't give a damn to those people who are (obviously) "trashing" me for their own reasons, including jealousy. (Jadi teringat insiden di KoKi, yang sampai Ki Ageng - the most gentle, most clear-headed doctor - jadi sewot hehe...)
-Thanks SD for spotting my grammatical error.

... Dan aku jadi kesel nggak karuan entah kenapa padahal belum pernah baca novelnya...

Menurutku sih, (menurutku ya...)

Buat apa jadi penulis kalau nggak ada pembacanya?

Memang kenapa kalau lebih sering baca bahasa inggris daripada bahasa indonesia?


<--- mulai senewen.

Alasannya sih lebih sering pakai bahasa inggris daripada bahasa indonesia. Terus kenapa?

Masih ada aja orang kayak gini yang menjadikan bahasa sebagai alasan. Kalau memang gitu kenapa nggak nulis bahasa inggris aja mbak? Jangan nulis pakai bahasa indonesia, terus malah ngatain pembacanya nggak pinter padahal dia yang gak bisa nulis. (Kasar memang. Tapi tolong deh. Kalau novelmu udah bisa terbit kan harusnya paling enggak otaknya dipake sedikit.)

Aku berusaha loh. Orang-orang berusaha. Kita berusaha untuk bisa membuat tulisan dengan bahasa indonesia yang baik dan benar. Nggak harus pakai kata baku juga kan.

Erm, sebenernya aku cuma kesel karena dia jadiin bahasa sebagai alasan utama. Karena aku tau gimana susahnya. Kalo nggak ada effort yang dilakuin ya sampai mati juga gak akan bisa.

<--- senewen juga karena suka banget sama Dan Brown.

<--- tambah senewen karena orang itu kelihatan banget sombongnya.

Gak tahu mau curhat kemana. Ke kalian gak apa kan?

aku ga masalah mau novelnya kyk apa juga, toh itu kebebasan pnulis
tapi kok cara menanggapi kritiknya kek gt ya?

itu dia kak. gak dewasa banget. padahal katanya finalis kontes rambut pantene di singapore.

iin baca kutipan itu jd gregetan juga...
tapi nggak usah dipikirin lah... yg penting kita jg tidak berhenti berkarya....

"kesombongan akan menghancurkan pemiliknya"

jadi... secara dia (ngerasa) cantik, (ngerasa) pinter, (ngerasa) jago bahasa inggris, yaaa... wajarlah kalo dia (berani) sombong...

tapi tenang saja Adindaku... kesombongan tidak pernah membawa seseorang ke puncak prestasi...

so, nyantai aja...
nggak usah dipikirin... orang gitu mah... anggap aja Tukang eskrim yg lagi pamer... xixixiixi

itu bukannya taun 2010 ya?

kak iin: eh ada member baru ya? hai kak salam kenal .-. aku tukang gosip disini tapi jarang nongol nih sekarang :3

kak ilham: ih kakak. sampe themenya GRI ganti jadi bertemakan novel dia loh selama beberapa saat. promosinya seru deh. tapi yah gitu... =="

crumpledcrane wrote:

kak iin: eh ada member baru ya? hai kak salam kenal .-. aku tukang gosip disini tapi jarang nongol nih sekarang :3

salam kenal juga Dik...

Apa hubungan rambut dengan kemampuan berbahasa?
Yang dia banggakan itu kan penampilan, kemampuan beda lagi dengan itu =="
Mau secantik dan semenawan apa pun, kalau nggak punya kemampuan yang nggak punya aja --"

Dan aku baca comment yang menunjukan typo... cuma bisa ketawa...
kalau aku pegang itu buku, mungkin isinya udah tinta merah-hitam kali ya (belakangan hobi nyoretin novel soal EYD)
Sudah tulisannya 'agak' berantakan, penulisnya sengak kayak gini =="
Lengkap sudah itu buku jadi nyungsep dan tak bisa diselamatkan harkat atau pun martabatnya --"

Dan ya, Kak Blass,
novel itu kebebasan penulis.
Tapi itu kalau dia masih menjadi penulis!
Kalau sudah terbit kan tittle dia sudah bukan penulis, tapi pengarang.
Dan mau nggak mau, terima nggak terima, pengarang terikat oleh berbagai macam aturan.
Baik dalam ikatan kepada penerbit atau pun pembaca.
Tulisan dia diedarkan, dibaca banyak orang, dan apa gunanya kalau tulisan hanya dia sendiri yang bisa menikmati?
Kalau jatuhnya seperti itu, lebih baik semenjak awal tidak usah diterbitkan. Ya sudah, tetap berkutat sebagai penulis dan bukan pengarang.

=="

sombong banget.
nulis itu bukan cuma ngandelin otak tapi juga melibatkan hati dan perasaan kali.
udah sana ngarang buku buat pelajaran bahasa inggris aja deh sekalian.
atau kalo emang suka banget penelitian dsb..mending bikin karya ilmiah.
sombong ga pada tempatnya.
semua orang itu punya kemampuan beda dan selera beda, kali.
aku kalo ketemu orang begini mah..

terserah dia sih sebenarnya mau bikin novel kayak apapun.
tapi masa bisa terbit sih kalau separah itu.
ini novel amore loh. yang kak sagi dkk mau ikuti lombanya.

crumpledcrane wrote:

terserah dia sih sebenarnya mau bikin novel kayak apapun.
tapi masa bisa terbit sih kalau separah itu.
ini novel amore loh. yang kak sagi dkk mau ikuti lombanya.

mungkin penerbit mempertimbangkan karya2 dia sebelumnya yg udah terbit
jadi bgtu dia ngajuin naskah ini, penerbit langsung main embat aja

karya-karya dia yang sebelumnya juga reviewnya jelek jelek kok kak..

*ketauan udah stalking*

crumpledcrane wrote:

terserah dia sih sebenarnya mau bikin novel kayak apapun.
tapi masa bisa terbit sih kalau separah itu.

ada banyak faktor yg bisa bikin tulisan seseorang diterbitkan...
(1) bisa jadi karena emang tulisan dia berkualitas
(2) karena dia punya relasi di penerbit itu... (di penerbit itu ternyata ada ayahnya, ibunya, kakaknya, neneknya, kakeknya, dll.) yang bisa bantu dia bwt nerbitin karya
(3) karena dia punya modal! (penerbit tidak bersedia menerbitkan, tapi dia pnya modal btw biaya produksi buku, jadi yaaa... bukunya naik cetak jg...)

nah.... kita cukup berkaca pada tulisan2 yang emang berkualitas...

hadeuh~
esmoni deh, esmoni banget ngebaca tanggapan dia,
pokoknya cara nanggepin kritiknya ga ada elit2nya sama sekali..


kalo lomba ini dia mau nya ikut ya, deh..
biar kamu bisa ngalahin dia LANGSUNG tuh..
jadi ayo ikut lomba,
ayo ikut..
ayo ikut..

... gimana cara ngalahinnya kalau novel aja gak yakin bisa selesai...

@kak iin: yah mungkin bapaknya dia yang punya gr*m*di* kali...

waw panas ya diskusinya,
ya ampun AMORE bikin tambah pusing.

jadi saya ikutan atau tidak nih ya

ketika buku atau tulisan telah terbit penulis dianggap mati. bagaimanapun penulis berkomentar tetap saja pembacalah yang menentukan baik tidaknya karya itu.

walaupun ada ungkapan semua tulisan akan menemukan pembacanya sendiri yah...
tetapi aku sewot juga sih...

kamu harus punya otak cerdas untuk memahami karya saya,
waw ucapan yang menusuk.

hm.... saya pikir... tuh buku dikit kali ya lakunya...

coz... di Indonesia Raya ini yg punya kecerdasan se-standar dia kan cuma dia seorang dan segelintir orang di sekitar dia...

kalo saya siihhh... halaaahhhh... ngaku bego' aja deh, biar gak terpengaruh bwt baca atau beli buku dia... coz syarat utama bwt baca karya dia kan harus punya otak cerdas...
naahhh... secara otak saya jenius gini...


xixixixixi... narsis.com

hahaha, betul betul mba iin...
makanya aku bilang menusuk. jadi aku undur diri duluan deh kalau disuruh baca novel ini.
kasian otakku nanti.

aku justru jadi penasaran,
setelah baca di GRI sebagian kalimat yg di quote,
gila maksa banget..
tapi mau baca hanya kalau ada yg mau meminjamkan,
aku ogah kalo mesti beli~

ahm
bukunya laku kok ._.
Di Gramedia stocknya nggak ada
Tanya Kak Mondo tuh, kemari ngecek bareng.

kayaknya pada penasaran "sehebat" apa hasilnya.

hahaha,
sagi penasaran-penasaran ya...
tapi ogah beli


@ Rui
berarti banyak yang penasaran tuh...

dan setalh baca seperti apa reaksinya? saling lemaprkah?

Yang jelas bukunya habis kok

seperti yang kita lihat di goodreads~~
tidak tertolong

dia mencapai popularitas karena menuai terlalu banyak kritik..

cara itu memang nggak aneh sih...
tapi mau lewat jalan kayak gitu cuma buat dapet royalti lebih?