"Aku mencintaimu." begitu kataku pada cewek di depanku ini. Aku mendesaknya ke dinding dan kedua tanganku ada di samping kepalanya. Dia malu dan mengalihkan pandangannya ketika mataku menatapnya intens.
"Tapi aku tidak mencintaimu, maaf." Aku shock, dia berlari kabur. Aku menyisir rambut dengan tangan dan tertawa.
Sejam yang lalu...
Aku melihat seorang cewek di kantin. Matanya sayu dan wajahnya cantik. Bodoh sekali kalau ada orang yang mengatakan dia tidak cantik, bahkan pakaiannya yang dipadu dengan sweater kuning muda membuatnya tampak lebih cantik. Aku mengamatinya, dia sedang menunggu seseorang.
Dia(cewek itu) mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja, dengan gelisah mengecek terus jam tangannya. Kemudian seorang cowok datang sambil tersenyum dan duduk di mejanya. Cowok tersebut menyapanya dan cewek tersebut cemberut kesal. Komedi remaja anak zaman sekarang.
Setengah jam kemudian, cewek tersebut pergi karena ada kelas. Cowoknya pergi ke kantin kampus sebelah dan bertemu cewek lain. Tanpa kusadari cewek sebelumnya yang satu kampus kampusku ikut melihat mereka. Hatinya hancur mengetahui cowoknya berkhianat. Dia pergi sambil bercucuran air mata. Aku menyusulnya dan memegang tangannya takut dia berbuat sesuatu yang tidak-tidak.
"Siapa kamu?" tanya dia padaku. Ya, aku tahu, tidak mungkin bagi dia untuk mengenalku. Aku adalah mahasiswa yang pendiam dan tdak pernah menonjol, berbeda dengan dia yang merupakan idola kampusku.
"Tidak penting aku siapa. Apa kau tidak apa-apa?"
Dia menghapus air matanya walau ingin menangis lagi, "Apa kau melihat semuanya?" Aku mengiyakan. "Aku sangat mencintai dia, tapi untuk berpikir dia berselingkuh di belakangku.."
Tidak, jangan menangis, aku tidak akan kuat melihat tangismu. Kuajak dia ke suatu tempat yang tinggi di atap gedung. Kubilang padanya, "Dunia ini luas. Cowok ga cuma satu, ada ratusan juta bahkan milyaran. Suatu saat kau akan menemukan orang yang kau cintai dan dia mencintaimu."
Angin berputar dan berhembus di antara kami, aku berada di posisi membelakangi matahari sehingga terlihat seperti scene manga yang keren karena hari itu sedang sore. Sekarang dia tersenyum, wajahnya tidak lagi memancarkan kesedihan. Well, mungkin hatinya masih sedih, tapi setidaknya dia merasa lebih baik. Dia berterimakasih dan pamit pulang. Begitu dia menjauh dan berbalik, aku sudah tidak ada. Soalnya aku sedang bersembunyi dan mengutuk diriku karena cuma bisa membayangkan menembaknya menjadi pacarku. Tapi aku senang dia sudah tidak apa-apa. Hanya dengan itu aku sudah bahagia.
=======
Penulis cerpen ini masih baru, jadi tolong kritiknya yang membangun ya, kawan