Jangan lupa sayang, sekarang kita di tengah lautan. Barangkali kau nahkoda yang tengah bermimpi megahnya pulau sebrang.
Tenanglah, aku masih menyimpan dengan baik bekal-bekal kita di bakul buatan ayah-ibu kita dulu..
Lalu aku yang akan menyiapkan hidangan tiap kali kau mulai memegangi perutmu tanda lapar. Menyuapimu dengan apa adanya aku, hingga kau tau inilah aku untukmu..
Kau harus fokus ke depan dengan memperhatikan rute-rute yang telah kau pelajari. Sebab aku tak ingin kapal kita karam sebelum sampai di tujuan perjumpaan. Tapi tenanglah, kau tak usah risaukan itu, masih banyak senja untuk kita berhenti labuhkan kapal, beristirahat, sejenak saat ombak datang menggelombang.
Sesekali kudengar kau berbisik “Kamu adalah penjaga hatiku sayang, pun aku, penjaga hatimu ”. Aku hanya bias memandangmu dengan posisi senyum yang kurasa paling indah yang pernah kucoba..
Suasana ini mengharukan sayang.. namun juga menegangkan. Bayangkan saja, kita sedang berada di tengah lautan. Seberapa besar ketakutanku saat ombak dan anginnya dating melintas? Tapi kita tak boleh menepi sayang.. sebab pulau surga masih belum ada tanda-tanda.
*kita hidup memang seperti berada di tengah lautan, mencoba melawan angin, ombak dan hujan. Kita harus kreatif mempertahankan pelayaran ini sayang, sampai akhirnya kita tiba di pulau sebrang: Pulau Surga di Negeri Tuhan-