Tulis Puisi tersakti lu di sini !! [MASTER2 MOHON KRITIK NYA :D]

i_ang minoyuki wrote:

Quote :

Sebuah Dunia yang Penuh Kepalsuan

Terasakah? Itulah yang kurasakan. Tertawa tanpa ada orang yang mendengar, bersedih tanpa ada yang melihat. Jadi kupakai sebuah topeng yang memperlihatkan wajah senang ketika aku tidak menyukainya, yang membuatku tampak bahagia ketika aku tidak merasakannya. Dan semakin lama, sebuah topeng menjelma menjadi wajah.

Ya. Sebuah wajah yang menjijikkan karena aku tidak pernah lagi bercermin dan berkata, "Hei! inilah aku!". Tapi yang kulakukan ketika menatap cermin hanyalah terdiam lalu berlalu dari hadapan cermin itu. Dan kembali pada sekumpulan orang yang memuja berbagai hal yang munafik!

Dan ketika kubuka sedikit kedok yang kupakai, orang-orang akan menatapku heran. Tanpa berkata mereka menjauhi sebuah badan yang penuh dengan kejujuran dan tertawa ketika ia menginginkannya serta menangis ketika tiada orang meneteskan air mata lalu ia akan berkata, "Inilah aku! Lihatlah aku!"

Dan tahukah kalian? Aku itu sangat banyak! Mereka yang terpaku pada sebuah dunia yang menuntut mereka untuk mengenakan topeng, dunia yang munafik, dunia yang penuh dengan kepalsuan!

Jadi, mengapa kita tak hanya tersenyum lalu menertawakan dunia ini? Berkata TIDAK! ketika kita tidak menginginkannya, berkata IYA! ketika kita menyukainya, Berkata JANGAN! ketika hal yang tak kita inginkan dimulai, berkata TENTU! ketika kita menginginkannya. Dan tertawa sekeras-kerasnya ketika semua orang menatap kita dan menganggap bahwa kita adlah orang bodoh yang terjebak pada sebuah dunia.

Lalu, mengapa kita harus terjebak pada arus kehidupan yang sama dengan para pengena topeng itu?

Quote :

Benci!!

Benci! Sendiri dalam kegelapan hutan yang menyesatkan. Tidak terperi sebuah kepedihan yang terasa. Tangis menjadi sebuah kegiatan yang tak berarti dan membuang waktu. Ya.. Padahal waktu adalah sebuah pisau tajam yang menghujam tepat di jantungmu.

Benci! Aku membencinya! Asa yang begitu penuh dengan penderitaan! Rasa yang tak pernah bersatu karena rasa itu tidak jauh dengan sifat manusia yang begitu egois.

Benci! Terdiam dengan malam yang pekat. Begitu menjijikkan sehingga membuatmu ingin muntah. Begitu dalam seperti sebuah kejatuhan yang begitu menyakitkan dan membuatmu terluka sedangkan ia hanya tersenyum kecil.

Benci! Benci! Benci! Menghujat, menghujam, membunuh, menyudutkan, menangis, menyulut, membenci. Ya! Aku membenci!

ini salah satu dua puisi yang saya suka dari semua puisi dan sajak2 saya.
mohon kritikannya

ih kakak.. keren yaa *sang newbie mengagumi*

i_ang minoyuki wrote:

nadhiakhairunnisa wrote:

maaf newbie datang, mau mencoba berbaur dan belajar lebih banyak di forum ini

Quote :

Malu diri ini yang tak mampu melangkah tegak menuju mimpi
Diri ini terseok seok karena hati
Diri ini tersayat kerena jiwa
Jiwa ini berantakan
Hati ini bertaburan
Tertahan diriku dibawah penantian
Letih jiwa ini selalu membandingkan
Tak pernah kutemui titik terang dari cerita jiwa
Lagu rindu membuat ini terasa mengerikan
Aku tak dapat menangis
Tak dapat tertawa
Tak dapat bercanda
Semua tertahan dalam rasa asing yang tak ku kenal

selamat datang

tapi, silakan d baca lagi peraturannya d halaman 1 mbak.
sebelum posting puisi di thread ini, harus mengomentari (kalau bisa kritik) minimal ke 1 orang terakhir yg udah posting puisinya

semangat yaaaa

whwhwhwhw, maaf ya kakak.. sebenernya tadi lagi mencari cara untuk replay

i_ang minoyuki wrote:

Quote :

Sebuah Dunia yang Penuh Kepalsuan

Terasakah? Itulah yang kurasakan. Tertawa tanpa ada orang yang mendengar, bersedih tanpa ada yang melihat. Jadi kupakai sebuah topeng yang memperlihatkan wajah senang ketika aku tidak menyukainya, yang membuatku tampak bahagia ketika aku tidak merasakannya. Dan semakin lama, sebuah topeng menjelma menjadi wajah.

Ya. Sebuah wajah yang menjijikkan karena aku tidak pernah lagi bercermin dan berkata, "Hei! inilah aku!". Tapi yang kulakukan ketika menatap cermin hanyalah terdiam lalu berlalu dari hadapan cermin itu. Dan kembali pada sekumpulan orang yang memuja berbagai hal yang munafik!

Dan ketika kubuka sedikit kedok yang kupakai, orang-orang akan menatapku heran. Tanpa berkata mereka menjauhi sebuah badan yang penuh dengan kejujuran dan tertawa ketika ia menginginkannya serta menangis ketika tiada orang meneteskan air mata lalu ia akan berkata, "Inilah aku! Lihatlah aku!"

Dan tahukah kalian? Aku itu sangat banyak! Mereka yang terpaku pada sebuah dunia yang menuntut mereka untuk mengenakan topeng, dunia yang munafik, dunia yang penuh dengan kepalsuan!

Jadi, mengapa kita tak hanya tersenyum lalu menertawakan dunia ini? Berkata TIDAK! ketika kita tidak menginginkannya, berkata IYA! ketika kita menyukainya, Berkata JANGAN! ketika hal yang tak kita inginkan dimulai, berkata TENTU! ketika kita menginginkannya. Dan tertawa sekeras-kerasnya ketika semua orang menatap kita dan menganggap bahwa kita adlah orang bodoh yang terjebak pada sebuah dunia.

Lalu, mengapa kita harus terjebak pada arus kehidupan yang sama dengan para pengena topeng itu?

Quote :

Benci!!

Benci! Sendiri dalam kegelapan hutan yang menyesatkan. Tidak terperi sebuah kepedihan yang terasa. Tangis menjadi sebuah kegiatan yang tak berarti dan membuang waktu. Ya.. Padahal waktu adalah sebuah pisau tajam yang menghujam tepat di jantungmu.

Benci! Aku membencinya! Asa yang begitu penuh dengan penderitaan! Rasa yang tak pernah bersatu karena rasa itu tidak jauh dengan sifat manusia yang begitu egois.

Benci! Terdiam dengan malam yang pekat. Begitu menjijikkan sehingga membuatmu ingin muntah. Begitu dalam seperti sebuah kejatuhan yang begitu menyakitkan dan membuatmu terluka sedangkan ia hanya tersenyum kecil.

Benci! Benci! Benci! Menghujat, menghujam, membunuh, menyudutkan, menangis, menyulut, membenci. Ya! Aku membenci!

ini salah satu dua puisi yang saya suka dari semua puisi dan sajak2 saya.
mohon kritikannya

[quote="nadhiakhairunnisa"]
maaf newbie datang, mau mencoba berbaur dan belajar lebih banyak di forum ini


karya yg prtama, klo mnurutku lebih ke prosa, malah kupikir ini lebih ke esai, soalnya ada nada opini dan kritik di dalamnya, walaupun gak pake fakta2 umum sih...soal rima juga, aku berpendapat klo rima itu "melodi" puisi, jd klo gak pake rima, kayakny tuh ada yg kurang aja... pemilihan kata juga lebih ke tulisan biasa ya...cmiiw

klo karya yg kedua... yg kdua ini berasa rimany, pmilihan katanya pun lebih cocok buat puisi. tp knp sis mino lebih suka pake format prosa ya? kan biasany puisi itu ditulisnya ke bawah bukan ke samping... :cyclops:

Quote :

Malu diri ini yang tak mampu melangkah tegak menuju mimpi
Diri ini terseok seok karena hati
Diri ini tersayat kerena jiwa
Jiwa ini berantakan
Hati ini bertaburan
Tertahan diriku dibawah penantian
Letih jiwa ini selalu membandingkan
Tak pernah kutemui titik terang dari cerita jiwa
Lagu rindu membuat ini terasa mengerikan
Aku tak dapat menangis
Tak dapat tertawa
Tak dapat bercanda
Semua tertahan dalam rasa asing yang tak ku kenal

wah bagus karyanya, sis...
rimanya berasa...tapi aku rada ragu sama temanya
kayak ada tumpang-tindih ya...
gara2 kata2 ini sih : penantian
mohon pencerahan

Posting puisi dulu....

Spoiler:

a tribute to : my first son, Tomboro Burhan Wiradinata

I love you so much, my lovely son

[quote="de_wind"]

i_ang minoyuki wrote:

Quote :

Sebuah Dunia yang Penuh Kepalsuan

Terasakah? Itulah yang kurasakan. Tertawa tanpa ada orang yang mendengar, bersedih tanpa ada yang melihat. Jadi kupakai sebuah topeng yang memperlihatkan wajah senang ketika aku tidak menyukainya, yang membuatku tampak bahagia ketika aku tidak merasakannya. Dan semakin lama, sebuah topeng menjelma menjadi wajah.

Ya. Sebuah wajah yang menjijikkan karena aku tidak pernah lagi bercermin dan berkata, "Hei! inilah aku!". Tapi yang kulakukan ketika menatap cermin hanyalah terdiam lalu berlalu dari hadapan cermin itu. Dan kembali pada sekumpulan orang yang memuja berbagai hal yang munafik!

Dan ketika kubuka sedikit kedok yang kupakai, orang-orang akan menatapku heran. Tanpa berkata mereka menjauhi sebuah badan yang penuh dengan kejujuran dan tertawa ketika ia menginginkannya serta menangis ketika tiada orang meneteskan air mata lalu ia akan berkata, "Inilah aku! Lihatlah aku!"

Dan tahukah kalian? Aku itu sangat banyak! Mereka yang terpaku pada sebuah dunia yang menuntut mereka untuk mengenakan topeng, dunia yang munafik, dunia yang penuh dengan kepalsuan!

Jadi, mengapa kita tak hanya tersenyum lalu menertawakan dunia ini? Berkata TIDAK! ketika kita tidak menginginkannya, berkata IYA! ketika kita menyukainya, Berkata JANGAN! ketika hal yang tak kita inginkan dimulai, berkata TENTU! ketika kita menginginkannya. Dan tertawa sekeras-kerasnya ketika semua orang menatap kita dan menganggap bahwa kita adlah orang bodoh yang terjebak pada sebuah dunia.

Lalu, mengapa kita harus terjebak pada arus kehidupan yang sama dengan para pengena topeng itu?

Quote :

Benci!!

Benci! Sendiri dalam kegelapan hutan yang menyesatkan. Tidak terperi sebuah kepedihan yang terasa. Tangis menjadi sebuah kegiatan yang tak berarti dan membuang waktu. Ya.. Padahal waktu adalah sebuah pisau tajam yang menghujam tepat di jantungmu.

Benci! Aku membencinya! Asa yang begitu penuh dengan penderitaan! Rasa yang tak pernah bersatu karena rasa itu tidak jauh dengan sifat manusia yang begitu egois.

Benci! Terdiam dengan malam yang pekat. Begitu menjijikkan sehingga membuatmu ingin muntah. Begitu dalam seperti sebuah kejatuhan yang begitu menyakitkan dan membuatmu terluka sedangkan ia hanya tersenyum kecil.

Benci! Benci! Benci! Menghujat, menghujam, membunuh, menyudutkan, menangis, menyulut, membenci. Ya! Aku membenci!

ini salah satu dua puisi yang saya suka dari semua puisi dan sajak2 saya.
mohon kritikannya

nadhiakhairunnisa wrote:

maaf newbie datang, mau mencoba berbaur dan belajar lebih banyak di forum ini


karya yg prtama, klo mnurutku lebih ke prosa, malah kupikir ini lebih ke esai, soalnya ada nada opini dan kritik di dalamnya, walaupun gak pake fakta2 umum sih...soal rima juga, aku berpendapat klo rima itu "melodi" puisi, jd klo gak pake rima, kayakny tuh ada yg kurang aja... pemilihan kata juga lebih ke tulisan biasa ya...cmiiw

klo karya yg kedua... yg kdua ini berasa rimany, pmilihan katanya pun lebih cocok buat puisi. tp knp sis mino lebih suka pake format prosa ya? kan biasany puisi itu ditulisnya ke bawah bukan ke samping... :cyclops:

Quote :

Malu diri ini yang tak mampu melangkah tegak menuju mimpi
Diri ini terseok seok karena hati
Diri ini tersayat kerena jiwa
Jiwa ini berantakan
Hati ini bertaburan
Tertahan diriku dibawah penantian
Letih jiwa ini selalu membandingkan
Tak pernah kutemui titik terang dari cerita jiwa
Lagu rindu membuat ini terasa mengerikan
Aku tak dapat menangis
Tak dapat tertawa
Tak dapat bercanda
Semua tertahan dalam rasa asing yang tak ku kenal

wah bagus karyanya, sis...
rimanya berasa...tapi aku rada ragu sama temanya
kayak ada tumpang-tindih ya...
gara2 kata2 ini sih : penantian
mohon pencerahan

sebenernya ituu..
ceritanya lagi menunggu seseorang, tapi seseorangnya udah punya 'seseorang', dan 'seseorang' nya itu nampak lebih baik dari aku, tapi masih aja aku menanti, jadi----> tertahan diriku dibawah penantian

oooo iya ya...
dari awal persepsiku udah beda, kupikir mksdny kegalauan soal menggapai cita2... :oops:

de_wind wrote:

oooo iya ya...
dari awal persepsiku udah beda, kupikir mksdny kegalauan soal menggapai cita2... :oops:

terasa dejavu... wkakakakwkakaka

jadi timbul pertanyaan di jidat gw nih

wajar gak sih kalo ada kesalahan (ato malah ketidakmengertian) dalam menafsir puisi??
apa puisi yg sulit dimengerti ini jelek?? ato justru bagus??

(soalnya gw rasa blom ada yg prnah salah mengartikan puisi2 chairil anwar secara ekstrim)

Senandungjalan wrote:

de_wind wrote:

oooo iya ya...
dari awal persepsiku udah beda, kupikir mksdny kegalauan soal menggapai cita2... :oops:

terasa dejavu... wkakakakwkakaka

jadi timbul pertanyaan di jidat gw nih

wajar gak sih kalo ada kesalahan (ato malah ketidakmengertian) dalam menafsir puisi??
apa puisi yg sulit dimengerti ini jelek?? ato justru bagus??

(soalnya gw rasa blom ada yg prnah salah mengartikan puisi2 chairil anwar secara ekstrim)

kan nanya nya yang 'penantian' nya, sebenernya ceritanya memang tentang target untuk mencapai cita cita, yang seharusnya fokus, eh.. malah masih aja keganggu sama perasaan menanti
maaf yaa.. memang masih harus banyak belajar terimakasih keritiknya kakak

Senandungjalan wrote:

terasa dejavu... wkakakakwkakaka

jadi timbul pertanyaan di jidat gw nih

wajar gak sih kalo ada kesalahan (ato malah ketidakmengertian) dalam menafsir puisi??
apa puisi yg sulit dimengerti ini jelek?? ato justru bagus??

(soalnya gw rasa blom ada yg prnah salah mengartikan puisi2 chairil anwar secara ekstrim)

seni itu subjektif (ah lama2 jd signature ku jg nih..hehe...)
klo mnurutku ya, puisi itu dibuat lebih pada keindahan kata2, jadi gak sekedar deskripsi
makany rata2 puisi sulit buat dimengerti gara2 pilihan kata ny itu beda dari kata2 umum...

kita contohin puisi karya chairil anwar, aku baca sih ada 2 pndapat yg malah jauh bedany
pndapat prtama, bilang klo puisi "Aku" karya Chairil Anwar itu bertema perjuangan, tentang kisah ttg org yg dijajah ("Aku ini binatang jalang, dari kumpulannya terbuang")
trnyata ada lagi pndapat lain kalo gak ada hubunganny sm perjuangan, itu adalah kegelisahan si Chairil Anwar secara pribadi...di situs itu dijelasin gmna lifestyle ny Chairil Anwar... (maaf gak bisa ngasi link, cari sdri aja y di mbah gugle)

jd sah2 aja ah klo beda persepsi soal puisi...

nadhiakhairunnisa wrote:

kan nanya nya yang 'penantian' nya, sebenernya ceritanya memang tentang target untuk mencapai cita cita, yang seharusnya fokus, eh.. malah masih aja keganggu sama perasaan menanti
maaf yaa.. memang masih harus banyak belajar terimakasih keritiknya kakak

kok minta maaf? emg salah apa?
yg namany puisi itu emg pada dasarny bakalan bnyk menuai pndapat yg beda2, jd bukan brarti tuh si pnulis yg salah ngerangkai kata...sekali lagi, seni itu subjektif...

Senandungjalan wrote:

de_wind wrote:

oooo iya ya...
dari awal persepsiku udah beda, kupikir mksdny kegalauan soal menggapai cita2... :oops:

terasa dejavu... wkakakakwkakaka

jadi timbul pertanyaan di jidat gw nih

wajar gak sih kalo ada kesalahan (ato malah ketidakmengertian) dalam menafsir puisi??
apa puisi yg sulit dimengerti ini jelek?? ato justru bagus??

(soalnya gw rasa blom ada yg prnah salah mengartikan puisi2 chairil anwar secara ekstrim)

perbedaan dalam penafsiran puisi itu wajar. karena seni tullis itu lebih cenderung merupakan dunia untuk sang pencipta. sedangkan ngga semua orang bisa mengerti tentang dunia itu kan?
lagipula, persepsi tiap orang kan belum tentu sama. jadi kesalahan dalam penafsiran itu bisa terjadi. Wajar dan ga salah kok. justru kalau puisi kita susah ditebak, nggak akan asik :geek:

Spoiler:

nadhiakhairunnisa wrote:

kan nanya nya yang 'penantian' nya, sebenernya ceritanya memang tentang target untuk mencapai cita cita, yang seharusnya fokus, eh.. malah masih aja keganggu sama perasaan menanti
maaf yaa.. memang masih harus banyak belajar terimakasih keritiknya kakak

kok minta maaf? emg salah apa?
yg namany puisi itu emg pada dasarny bakalan bnyk menuai pndapat yg beda2, jd bukan brarti tuh si pnulis yg salah ngerangkai kata...sekali lagi, seni itu subjektif... [/quote]


jadi kak, mau tanya nih, mending puisinya mudah ditafsirkan atau perlu proses untuk menafsirkan itu? kok kalo saya lebih suka option ke -2 yaa.. tapi bagaimana kata master?? :o

kalo aku sih lebih suka yg k2, seni itu semakin misterius semakin indah...
tapi tetep subjektif kan? jadi gak masalah...hehe...
tp biasanya puisi semudah apapun, penafsirannya sulit, krena biasanya makna dibuat tersirat
krena ada pembatasan rima, jumlah suku kata, dll...

weiiitts....mulai sepi nih...
posting dulu ah atu...

Quote :

Ratapan Sang Saka


Pagiku begitu merah
Merekah menentang siang
Aku berdiri di tiang terpancang
Menunggu
Ia tak kunjung datang
Oh, damaiku

Siangku begitu terik
Menyengat dengan pelik
Aku tetap di sini
Berharap, berharap, berharap
Padanya yang tersenyum
Saling mendekap mesra

Malamku begitu kelam
Menguak tabir seram
Mengapa pula aku di sini?
Malam tak lagi kelam damai
Menyerah ia pada api hati
Membisu terperi

Wahai pujangga merah
Mengapa engkau menggoreskan penamu?
Di hatimu genderang bertalu
Mengibarkan panji perjuangan semu
Tidak adakah aku di hatimu?

Aku mengalir di nadimu
Mebalut belulangmu
Pun aku menyaksikanmu menghancurkannya

mnunggu kritikan...

de_wind wrote:

weiiitts....mulai sepi nih...
posting dulu ah atu...

Quote :

Ratapan Sang Saka


Pagiku begitu merah
Merekah menentang siang
Aku berdiri di tiang terpancang
Menunggu
Ia tak kunjung datang
Oh, damaiku

Siangku begitu terik
Menyengat dengan pelik
Aku tetap di sini
Berharap, berharap, berharap
Padanya yang tersenyum
Saling mendekap mesra

Malamku begitu kelam
Menguak tabir seram
Mengapa pula aku di sini?
Malam tak lagi kelam damai
Menyerah ia pada api hati
Membisu terperi

Wahai pujangga merah
Mengapa engkau menggoreskan penamu?
Di hatimu genderang bertalu
Mengibarkan panji perjuangan semu
Tidak adakah aku di hatimu?

Aku mengalir di nadimu
Mebalut belulangmu
Pun aku menyaksikanmu menghancurkannya

mnunggu kritikan...

haha... maaf2 bro
gw g gitu sering maen ke sini
jadi nge cek nya jarang2
kaget juga liat forum kita kebakaran (byk merah2nya.. hihihi)

lgsung to the poin..
cek yg gw tebelin
keliatannya kan lw nyoba bikin rima aaaa
sebisa mungkin saran jgn pake kata2 yg sama (d kasus ini mengacu pada kata "mu")
kedengeran monoton, seakan2 penulis buntu nyari kata2 lain

sekedar sotoy lagi2..
maaf kalo agak g berkenan, ga ada maksud jelek kok dari gw

ooooohh bgtu ya????
iya aku mau nyoba bikin rima, tp mngkin kebablasan ya, jd gak mikirin isi puisinya...
aku malah seneng bgt kali dpet kritikan, biar nambah ilmu...
mkny banyak2in postin...
(ada mauny)

dtunggu puisi agan senandungjalan... kan aturan posting dsini....

*kyknya penting dah??

de_wind wrote:

ooooohh bgtu ya????
iya aku mau nyoba bikin rima, tp mngkin kebablasan ya, jd gak mikirin isi puisinya...
aku malah seneng bgt kali dpet kritikan, biar nambah ilmu...
mkny banyak2in postin...
(ada mauny)

dtunggu puisi agan senandungjalan... kan aturan posting dsini....

oke bang..
nih ada satu puisi yg ane bikin pas jalan2 ke pantai
cekidot..

========================================================

Anak Nelayan

Di pinggir kubangan naga2 biru
Tempat seluruh dewa bumi semayam
Memunggungi lautnya
Seorang bocah bermata matahari

Menunggu laut
Berkawan angin
Bermain air

Sampai langit jadi merah pucat
Hingga sang ayah singgah dari rumahnya
Hilang sendu bersama ombak
yang hancur jua di ujung masa

Dan malam
Gelap mati oleh api
Hening mati dideru tawa
dan berdua bersenandung dengan laut

Maka tak setetes air berani menggubris

=======================================================

oke.. ditunggu kritiknya..

Dan malam
Gelap mati oleh api
Hening mati dideru tawa

suka banget kak sama baris yang itu )))

Senandungjalan wrote:

sebelumnya gw mau melakukan selebrasi oii...!!

setelah gw teliti dan telaah semua trit di sub-forum puisi ini
ternyata trit gw YANG PALING BANYAK REPLY nya..

untuk itu gw ucapkan selamat buat diri gw sendiri.. hahahaa...

*kyknya penting dah??




Anak Nelayan

Di pinggir kubangan naga2 biru
Tempat seluruh dewa bumi semayam
Memunggungi lautnya
Seorang bocah bermata matahari

Menunggu laut
Berkawan angin
Bermain air

Sampai langit jadi merah pucat
Hingga sang ayah singgah dari rumahnya
Hilang sendu bersama ombak
yang hancur jua di ujung masa

Dan malam
Gelap mati oleh api
Hening mati dideru tawa
dan berdua bersenandung dengan laut

Maka tak setetes air berani menggubris

=======================================================

oke.. ditunggu kritiknya..

aku suka puisiny dan pemilihan katany...
cuma kurang ngena ya maknany...
klo mnurutku sih lebih bagus klo ada deskripsi ttg perasaan si anak nelayan...

selamat ulang tahun bang senandung jalan

Senandungjalan wrote:

sebelumnya gw mau melakukan selebrasi oii...!!

setelah gw teliti dan telaah semua trit di sub-forum puisi ini
ternyata trit gw YANG PALING BANYAK REPLY nya..

untuk itu gw ucapkan selamat buat diri gw sendiri.. hahahaa...

*kyknya penting dah??


oke bang..
nih ada satu puisi yg ane bikin pas jalan2 ke pantai
cekidot..

========================================================

Anak Nelayan

Di pinggir kubangan naga2 biru
Tempat seluruh dewa bumi semayam
Memunggungi lautnya
Seorang bocah bermata matahari

Menunggu laut
Berkawan angin
Bermain air

Sampai langit jadi merah pucat
Hingga sang ayah singgah dari rumahnya
Hilang sendu bersama ombak
yang hancur jua di ujung masa

Dan malam
Gelap mati oleh api
Hening mati dideru tawa
dan berdua bersenandung dengan laut

Maka tak setetes air berani menggubris

=======================================================

oke.. ditunggu kritiknya..

Puisinya keren euy. Laut dimetaforakan sebagai kubangan naga-naga biru. Sajaknya muram banget. Gloomy. Tapi keren. Tapi gue cuma mau mengomentari baris yang ini aja:
Hingga sang ayah singgah dari rumahnya.

Menurut KBBI: sing·gah v berhenti sebentar di suatu tempat ketika dl perjalanan; mampir.

Jadi kayaknya penggunaan kata "dari" setelah singgah kurang tepat ya. Harusnya "Singgah di" bukan "Singgah dari". Atau jangan-jangan bro senandung menganggap "singgah" itu sebagai "Pergi"?

nadhiakhairunnisa wrote:

Dan malam
Gelap mati oleh api
Hening mati dideru tawa

suka banget kak sama baris yang itu )))

oke.. mksih gan

de_wind wrote:

aku suka puisiny dan pemilihan katany...
cuma kurang ngena ya maknany...
klo mnurutku sih lebih bagus klo ada deskripsi ttg perasaan si anak nelayan...

mksih tipsnya gan..
sisi manusianya harus lebih difokuskan lagi brarti

tapi kendalanya gini...
brarti puisi dirubah jadi sudut pandang "serba tahu"??
mungkin gak ya klo itu dilakukan dgn tetap menjaga kondisi sudut pandang "orang ke 3" ??

tukangtidur wrote:

Puisinya keren euy. Laut dimetaforakan sebagai kubangan naga-naga biru. Sajaknya muram banget. Gloomy. Tapi keren. Tapi gue cuma mau mengomentari baris yang ini aja:
Hingga sang ayah singgah dari rumahnya.

Menurut KBBI: sing·gah v berhenti sebentar di suatu tempat ketika dl perjalanan; mampir.

Jadi kayaknya penggunaan kata "dari" setelah singgah kurang tepat ya. Harusnya "Singgah di" bukan "Singgah dari". Atau jangan-jangan bro senandung menganggap "singgah" itu sebagai "Pergi"?

oh iya....... !!!!
gw meleng gak liat....

mksudnya gw sbnernya rumah si bapak tuh di laut
trus dia mampir ke pantai
apa kata2 yg bisa menggantikan kira2... ??

eh. soal gloomy, apa di baris2 awal aja atau sampai akhir..??
soalnya gw pengennya di akhir itu yg kerasa kedamaian.. (klo di akhir masih gloomy brarti gagal gw.. )

ilhammenulis wrote:

selamat ulang tahun bang senandung jalan

wedehhh.. mksih bgt bro..

-----------------------------------------------------------------------

oi.. bro
buat smuanya nih
gmn cara masukin puisi ke majalah sih sbnernya..

gw dah ngirim 5 kali via email ke Horizon
per emailnya gw kasih skitar 5 - 10 puisi
kok gak tembus2 ya....

apa ada faktor lain yg bikin puisi gw gak tembus selain puisi gw jelek??
thx..

klo mnurutku sih bisa2 aja...anggep aja si penulis itu Tuhan, yg ngedeskripsiin mkhluknya... :ngaco:

gloomy? klo mnurutku sih akhiranny gak gloomy kok....malah cenderung ke "istirahat" kan??? bener gak?

Senandungjalan wrote:

nadhiakhairunnisa wrote:

Dan malam
Gelap mati oleh api
Hening mati dideru tawa

suka banget kak sama baris yang itu )))

oke.. mksih gan

de_wind wrote:

aku suka puisiny dan pemilihan katany...
cuma kurang ngena ya maknany...
klo mnurutku sih lebih bagus klo ada deskripsi ttg perasaan si anak nelayan...

mksih tipsnya gan..
sisi manusianya harus lebih difokuskan lagi brarti

tapi kendalanya gini...
brarti puisi dirubah jadi sudut pandang "serba tahu"??
mungkin gak ya klo itu dilakukan dgn tetap menjaga kondisi sudut pandang "orang ke 3" ??

tukangtidur wrote:

Puisinya keren euy. Laut dimetaforakan sebagai kubangan naga-naga biru. Sajaknya muram banget. Gloomy. Tapi keren. Tapi gue cuma mau mengomentari baris yang ini aja:
Hingga sang ayah singgah dari rumahnya.

Menurut KBBI: sing·gah v berhenti sebentar di suatu tempat ketika dl perjalanan; mampir.

Jadi kayaknya penggunaan kata "dari" setelah singgah kurang tepat ya. Harusnya "Singgah di" bukan "Singgah dari". Atau jangan-jangan bro senandung menganggap "singgah" itu sebagai "Pergi"?

oh iya....... !!!!
gw meleng gak liat....

mksudnya gw sbnernya rumah si bapak tuh di laut
trus dia mampir ke pantai
apa kata2 yg bisa menggantikan kira2... ??

eh. soal gloomy, apa di baris2 awal aja atau sampai akhir..??
soalnya gw pengennya di akhir itu yg kerasa kedamaian.. (klo di akhir masih gloomy brarti gagal gw.. )

ilhammenulis wrote:

selamat ulang tahun bang senandung jalan

wedehhh.. mksih bgt bro..

-----------------------------------------------------------------------

oi.. bro
buat smuanya nih
gmn cara masukin puisi ke majalah sih sbnernya..

gw dah ngirim 5 kali via email ke Horizon
per emailnya gw kasih skitar 5 - 10 puisi
kok gak tembus2 ya....

apa ada faktor lain yg bikin puisi gw gak tembus selain puisi gw jelek??
thx..

untuk pertanyaan ini mungkin lebih baik di post di sub curhat saja yaa..
agar tidak campur aduk isi dari thread ini

de_wind wrote:

klo mnurutku sih bisa2 aja...anggep aja si penulis itu Tuhan, yg ngedeskripsiin mkhluknya... :ngaco:

gloomy? klo mnurutku sih akhiranny gak gloomy kok....malah cenderung ke "istirahat" kan??? bener gak?

wkwk.. okelah,
dicoba di puisi berikutnya

sbenernya di akhirannya gw pngen gambarin bapak yg asik ngobrol sama bapaknya di antara api unggun, sambil makan ikan bakar (jadi laper.. wkwk), jadi cenderung ke suasana hangat antar bapak-anak..

i_ang minoyuki wrote:

untuk pertanyaan ini mungkin lebih baik di post di sub curhat saja yaa..
agar tidak campur aduk isi dari thread ini

sip lah, maafkan aku mbak momod

Senandungjalan wrote:

sbenernya di akhirannya gw pngen gambarin bapak yg asik ngobrol sama bapaknya di antara api unggun, sambil makan ikan bakar (jadi laper.. wkwk), jadi cenderung ke suasana hangat antar bapak-anak..

hmm...aku sih ngerasany kurang mewakili deh kata2ny...
coba tunggu pndpat para master yg laen...