sebelumnya salam kenal sahabat-sahabat sindikat penulis..
ajari saya menjadi author yaaa...
Indah, gadis berkerudung coklat itu bernama, mengelilingi ibukota dengan jubah coklat tak lupa kaus kaki yang berwarna sama, sehari – hari ia tinggal hanya dengan seorang ibu yang mengabdikan dirinya di sekolah dasar pinggiran kota, pagi hari, ia sudah tak lihat ibunya karena sang ibu sudah berangkat memenuhi amanahnya sebagai guru.
Pagi itu aku juga tak melihat indah keluar dari rumah tua peninggalan nenek moyangnya yang berhasil merebut tanah beserta rumah tersebut dari penjajah belanda, dindingnya masih dihiasi cat hijau yang sebagian besar sudah memutih seiring waktu yang menenggelamkan cahaya hijau dirumah tersebut, kayu – kayu rumah indah masih terlihat kuat, konon para penjajah dulu sangat pintar memilih kayu yang kuat, setiap pojok dan pintu kayu itu berdiri tegak, ia tak layu dimakan usia.
Harus ku akui kalau aku sering kali memerhatikan indah, bukan karena gadis itu pintar dan hebat, bukan juga karena rumah yang terkesan aneh, kubilang aneh karena dikompleks perumahan kami hanya rumahnyalah yang masih menggunakan arsitektur kolonial belanda, bukan juga karena ketabahannya yang tak pernah mengeluh karena hidup hanya dengan ibu semata tanpa ayah, dan ibunya hanyalah guru honorer meski sudah mengajar 47 tahun, tapi karena kerudung cokat beserta jubahnya yang membuatku seakan berada dalam dunia yang diisi hanya aku dan indah.
Aku terkenal berandal di kompleks ini, kehidupanku sehari – hari hanyalah bermain, bagiku kebahagiaanku adalah inti utama hidupku, tak peduli orang mau berkata apa, tak peduli disampingku ada yang kurugikan, tak peduli dengan tetanggaku yang sudah bosan memarahiku karena menyetel musik begitu kerasnya, bagiku yang penting aku bahagia.
Aku tinggal disini berempat, bukan bersama keluargaku, tapi bersama para pembantuku, orang tuaku sudah tiga tahun lalu pergi ke chicago amerika bekerja dan menetap disana, aku dikirimkan uang puluhan juta tiap bulannya, aku termasuk anak perlente dikompleks ini, teman – temanku setiap hari ku ajak tinggal dirumahku menemani hariku.
Indah ia membuat keanehan dalam diriku, setiap menatapnya, hatiku merasa damai dan tentram, entah pesona apa yang terpancar dari dirinya beserta kerudung coklatnya, aku baru mengenalnya tiga tahun lalu, semenjak kepindahanku dari jakarta menuju bandung tempat Indah tinggal, Indah sekolah di SMA Negri unggulan di kabupatenku, sementara aku sekolah di sekolah swasta berstandar internasional yang terletak dipegunungan, walau disana ada asrama, aku enggan tinggal disana, karena aku masih ingin menatap Indah yang telah mendamaikan hatiku.
Hari ini adalah hari terakhir aku berada disekolah itu, karena aku sebentar lagi lulus dan orang tuaku menyuruhku untuk meneruskan sekolah di Amerika bersama mereka, aku sesungguhnya sangat sulit menerima keputusan itu, karena aku masih ingin melihat Indah dengan kerudung coklatnya, selesai menerima ijazah dari sekolahku, aku langsung bergegas kerumah untuk segera berangkat ke bandara.
Ku menutup pintu rumahku, keluar menggunakan mobil bersama supirku, tak sengaja ku melihat Indah berjalan melewati gerbang rumahku, ia melemparkan senyum indahnya yang menambahku semakin merasa tenang dan tentram, detik – detik itu adalah detik terlama yang ada dalam hidupku, baru kali ini ku melihat senyumnya, sehabis itu dia pergi seperti orang yang tak merasa bersalah karena telah membuatku semakin sulit meninggalkan kompleks ini.
Sesampai di Amerika aku telah ditunggu orang tuaku dibandara, aku dijemput dan diperlakukan laksana raja yang lama meninggalkan negrinya tuk berjuang, sementara diriku masih teringat dengan bayang senyuman Indah yang sangat menyesakkan ruang fikiran dan hatiku.
Aku kuliah di chicago, tinggal bersama kedua orang tuaku yang sangat baik terhadapku, kehidupanku mulai berubah disini, entah apa yang telah membuatku sampai berubah, disini di negri yang liberal aku tak lagi bersemangat memenuhi hasrat diriku, walau minuman keras, narkoba, wanita berada disekitarku, namun diriku malah merasa jijik dengan itu semua, disuatu saat di Negri Paman Sam tersebut aku menemui masjid yang terletak ditengah kota, masjid yang jarang sekali ku sentuh ketika kuberada di Bandung, masjid megah itu seakan memanggilku untuk masuk kedalamnya, ku beranjak memasuki masjid tersebut, aku merasakan ketenangan yang begitu mendalam, aku sholat yang selama dibandung aku sangat jarang sekali mengerjakannya, bahkan aku hanya solat jum’at yang terkadang dan solat hari besar ku pun sering meninggalkannya karena kantukku setelah malam takbiran ku berkeliling kota semalan penuh.
Aku merasakan seperti orang yang baru tersentuh Islam, didalam masjid itu aku melihat pria – pria memakai jas yang sedang solat, membuka lembaran mushaf atau yang sedang beristirahat dirumah Alloh tersebut, melihat juga wanita – wanita kulit putih dan hitam yang sedang solat bersama – sama, aku melihat mereka namun aku tak menemui damai yang melebihi penglihatanku pada Indah, Indah wanita tiada duanya, kau gadis berkerudung coklat yang terus merasuki setiap ruang kosong difikiran dan hatiku.
Dua tahun berlalu, terdapat kabar dari Bandung bahwa nenekku meninggal, hari itu aku beserta orang tuaku berangkat menuju bandung kediaman nenekku, setelah mengantarkan nenekku ke rumah barunya di makam dan semoga menuju pada JannahNya, aku langsung pergi ke rumah lamaku, sebenarnya bukan ingin kerumah lamaku, tapi kuingin melihat Indah, aku ingin membenamkan rasa kangen yang teramat sangat ini.
Sampai dikediaman lamaku aku disambut kawan – kawanku, aku bertanya pada mereka perihal Indah, tak ada seorangpun yang bisa menjawab, aku semakin merasa kangen yang sangat sangat ini, ku melewati rumahnya dan berdiam diri didepan rumahnya yang terlihat sangat kosong itu, terlintas senyum indah yang mengalir bagai air tenang, senyum itu datang dari gadis yang berada didepan rumah Indah, akupun terbangun dari lamunan dan segera berangkat lagi karena orang tuaku sudah menanti untuk berangkat kembali ke Amerika.
Hari – hariku kulewati dengan senang walau ku harus terus berada dalam lamunanku pada Indah, tak terasa lima tahun kuberada di Amerika dan ku telah selesai dari wisuda yang teramat megah ini, aku lulus dengan nilai cum laude, orang tuaku menangis bahagia, aku langsung diberi tugas oleh orangtuaku untuk mengembangkan usaha mereka di Jakarta, dan esok hari ku berangkat ke Jakarta.
Sampai dijakarta lamunan ku tentang Indah tak pernah hilang, entah karena ku memang tak merasa terganggu dengan senyum yang menyejukkan itu atau mungkin ku menikmati sangat senyumnya itu, malam hari setelah kerja ku mengambil kertas untuk menuliskan betapa indahnya senyummu wahai Indah, tetapi aku tak berhasil menuliskan itu semua.
Aku melanjutkan studi S2 ku di Universitas Indonesia depok, setiap hari kujalani usahaku dan kuliahku dengan semangat, sampai suatu saat ku menemukan sesosok gadis berkerudung coklat dan berjubah coklat di UI tersebut, aku memandangnya dalam, ia sangat mirip dengan apa yang aku lamunkan selama ini, ya dia adalah Indah yang selama ini membuatku tentram dengan senyumnya.
Ku dekati dia dan bertanya.
“ Assalamu’alakum Indah... “. Kataku mengawali pembicaraan walau takut itu bukan Indah.
“ Wa’alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh ... “. Jawabnya sambil melempar senyum dan mungkin ia terkejut.
“ kamu kuliah disini gus? “. Tanyanya sambil menundukan penglihatannya.
“ ia, kamu disini juga dah..? aku menimpali.
Tak lama ku bercakap dengannya, selidik demi selidik ku mendapatkan bahwa Indah juga mahasiswi yang mendapatkan beasiswa dari kampus melanjutkan studinya ke S2 di UI, tentunya hatiku berbunga – bunga, tak bisa ku bayangkan, gadis berkerudung coklat itu dapat jua kutemui, indah bagaikan ku berada di air terjun yang mengalir tenang walau dari ketinggian yang sangat, bagaikan matahari yang memberikan sinar tanpa rasa panas, bagaikan bulan dan bintang yang selalu memadu kasih menceriakan bumi.
Tak berfikir panjang aku mencari kontak Indah, dan akhirnya ku dapatkan dari teman kampusnya yang kebetulan adalah kawanku jua, akhirnya kuberanikan diri tuk memberikan pesan dari handphone ku menuju nomornya,
“ assalamu’alaikum Indah... bolehkah kau jawab pertanyaanku?. Apakah kau sudah punya seseorang yang Istimewa yang akan menemanimu setelah ibundamu?” smsku dengan beraninya walau sangat gemetaran.
“ wa’alaikumsalam wr wb. Alhamdulillah sudah “. Jawabnya, semakin membuatku gemetaran lemas.
Lama ku tak jawab lagi, malam itu bagai hujan kecaman dan makian bagiku membaca sms Indah menjawab iya, aku memastikan bahwa dia sudah mempunyai calon abi dari anaknya Indah, kacau sekali fikiranku, tak terbayang bagiku untuk menerima kenyataan ini.
“For the rest of my life, I`ll be with you, I`ll stay by your side honest and true, Till the end of my time, I`ll be loving you.loving you, For the rest of my life, Thru days and night, I`ll thank Allah for open my eyes, Now and forever I…I`ll be there for you” ringtone hp ku terus berdering tapi enggan ku membuka sms dari Indah, aku tak ingin lebih tercabik – cabik lagi.
Akhirnya ku tertidur lelap, dalam mimpiku, ku menikahi ia dengan gaunnya berwarna coklat, tamu – tamu ku dan tamu – tamunya mengantri berfoto dengan kami, hidup kami bahagia karena gadis berkerudung coklat itu telah menjadi teman duniaku, dia ada setiap saat.
Malam hari ku terbangun, tepat di sepertiga malam, ku beranjak menuju kamar mandi tuk mengambil wudhu, ku gelar sajadah cintaku, dan ku menikmati malamku bersama Tuhan, ku bermunajat memanjatkan do’a padanya .
ya Allah ya Tuhanku
ku bermunajat pada malam indahMu
ku memohon pada Mu pada malam di mana bulan dan bintang berpadu kasih
ku meminta pasrah padaMu pada malam dimana keheningan menjadikan indah malamMu
Ya Allah ya Tuhanku
Jika ia memang bukan milikku tolong jangan kau biarkan aku memikirkannya dalam
Aku sungguh tak ingin mengganggunya Tuhan
Berikan aku ummi untuk anakku yang terbaik menurutmu
Walau kenyataan masih berat untukku menerima jawabannya
Tak lama kemudian aku memberanikan diri membuka hp ku.
“ afwan gus, tadi salah kirim... sampai saat ini hidupku masih bersama ibuku saja, oia maksud pertanyaanmu itu apa gus?, aku tak mengerti, hehe ^_^ ”. hatiku makin campur aduk aneh rasanya.
“ maksudku sudah adakah orang yang kau cintai setelah ibumu tuk menjadi abi dari anakmu?”. Tanyaku melanjutkan .
“ aku sudah jatuh hati pada seseorang gus “. Jawabnya yang memakin membuatku gusar.
“ owh selamat yah, maaf ganggu malam, btw siapa gerangan orang itu ? “ . tanya ku lagi.
Dia tak menjawab lagi, akupun terus melanjutkan kegiatan rutinku sampai akhirnya aku sampai dikampus.
“ gus afwan yah semalem tak kubalas “ . sesosok gadis berkerudung coklat mengagetkanku, dia mengulurkan tangan dengan sepucuk surat, tak ragu aku mengambilnya.
Malam hari kubaca surat darinya.
“ aku sebenarnya takut mengucapkan ini, takut hatimu terganggu olehku, aku belum punya siapa –siapa selain ibuku, dan aku masih tinggal dirumah yang lalu. “ isi suratnya padaku singkat.
Esok hari ku berangkat ke rumahnya, ku beranikan diri untuk mengkhitbah Indah, karena menurutku ta’arufku sudah cukup, dan ketika sampai dirumahnya aku sudah di tunggu oleh ibunya, tanpa pikir panjang aku langsung bilang pada ibunya bahwa aku akan menghitbah anaknya, ibunya terdiam, seakan ingin menangis.
“ nak gus, ibu teh sebenarnya berat melepas anak ibu, tapi ibu harap dan yakin pada mu nak kalau kamu bisa menjaga anak ibu dengan baik.. “ ibunya menjawab .
Sepekan kemudian aku akad nikah dengan gadis berkerudung coklat..
Alhamdulillah, akhirnya Kau berikan gadis berkerudung coklat menjadi teman sejati menemani hidupku...
Yazid Qulbuddin ‘18
25 maret 2011
Menteng Raya 58