Seorang wanita.
Nafasku memburu terasa sesak. Sesak oleh kebahagiaan yang menyentuh setiap paru-paruku. Jantungku berdenyut keras, berdebar-debar namun setiap debarannya menyenandungkan nada-nada kebahagiaan. Darah dalam diriku bergulir perlahan melemahkan setiap bagian tubuhku, hangat dan panas oleh aliran surgawi.
Bibirku tersenyum penuh dan mataku mulai basah oleh keharuan yang mengundang setiap butir air mata untuk mewujudkan bentuknya dalam kehangatan dan syukur. Seorang lelaki kasar menyandarkan kepalanya di atas kedua pahaku dan tertidur dengan wajah menghadap ke atas langit biru. Wajah yang sudah kuimpikan dan mempermainkan jantungku hanya dengan senyumannya. Wajah yang sama yang selalu kulihat dari ujung jendelaku saat ia berteriak keras untuk membangun impiannya di atas kedua tangannya dan kerja keras. Mata yang meneteskan air mata di malam saat ia kehilangan sahabat terkasihnya akibat kehidupan yang liar. Wajah yang menajam dan mengeras saat menghadapi gelombang badai masalah di dalam hidupnya namun selalu dengan dua bola mata yang seperti mercusuar terus menyorot impiannya di kejauhan.
Aku mencintainya, wajah yang sudah kukenal bertahun-tahun, yang kulihat lebih sering daripada aku melihat wajahku, dan bibirnya, bibir kasar yang tidak pernah gagal untuk menyenangkan telinga dan jiwaku, yang selalu mengetarkan setiap selku saat ia mengecupku. Kini wajah dari pemilik bibir itu tertidur penuh kenyamanan di atas kedua pahaku. Tangan kiriku mengapai lembut telapak tangan kanannya, menyentuh setiap kekasaran dan setiap lekuk-lekukannya.
Aku dapat membaca sejarah yang terukir di atasnya, apa yang sudah dibangun oleh kedua tangan ini, apa yang sedang diperjuangkannya dan apa yang ingin digapai olehnya. Aku mengenal tangan ini lebih dari apapun di dunia ini, tangan yang selalu menyentuh lembut pipi dan bibirku, tangan yang selalu menghapus air mata yang jatuh dari mataku. Tangan yang selalu melambai tinggi saat meninggalkanku, tangan yang perkasa yang selalu bergerak, bekerja untuk membangun impiannya, tangan yang diandalkannya untuk menantang arus dunia, tangan yang bekerja keras membangun setiap dinding kokoh sebuah rumah di atas badai dunia dan menempatkan aku di dalamnya, di dalam ketenangan dan kehangatan. Tangan yang membelai setiap kulitku dan mendatangkan rasa aman.
Tanganku bergerak naik meninggalkan tangannya dan naik menuju ke atas dadanya, merasakan detakan halus yang berjuang di dalamnya. Hangat dan tidak pernah kenal lelah.
Yah Tuhan, air mataku mengalir oleh kebahagiaan.
Engkau telah memberikan sebuah kehidupan pada orang yang kucintai ini, setiap detak jantungnya mengalirkan kehangatan pada diriku, setiap detakannya membuatku memimpikan hal-hal yang tidak berani kukatakan tapi aku yakin bersamanya aku dapat melakukannya.
Yah Tuhan jika pada suatu saat aku yang lemah dan bodoh ini dapat berguna baginya bisikkanlah ke dalam telingaku karena aku telah banyak menerima kebahagiaan darinya tanpa pernah memberi, meski tubuhku lemah aku tidak akan ragu untuk menerima setiap cobaan yang akan diberikan padanya, aku tidak akan pernah menyesalinya meski nyawaku taruhannya.
Yah Tuhan Jika diriku ini memiliki keberuntungan apapun, berikanlah padanya karena aku tidak butuh hal apapun selain dirinya, dia yang diutus olehMu untuk membahagiakanku.
Jika aku memiliki ketakutan, maka ketakutan terbesarku bukanlah kematian diriku tapi dirinya yang tidak berbahagia. Oleh karenanya aku tidak akan ragu menukarkan kebahagiannya pada apapun yang kumiliki.
Yah Tuhan dengarkanlah permintaan jiwaku ini, bukan untuknya tapi untuk diriku yang hina dan tiada arti ini.
***
Seorang Pria kasar.Aku tidak pernah mengerti keberuntungan apa yang kumiliki hingga aku dapat memiliki saat-saat seperti ini, saat kepalaku tidur di atas pelukan pahanya di mana aku selalu merasa begitu bahagia dan terlindungi, seperti seorang bayi yang tidur dengan nyenyak dalam rahim ibunya. Beban dan berat apapun di dalam pikiranku serasa lenyap pada nafas ketiga saat rambutku menyentuh pahanya, jika aku membuka mataku aku dapat melihat langit di atas dan wajahnya.
Wajah yang selalu tersenyum menyambutku dan membahagiakan diriku, membuatku merasa berarti sebagai seorang manusia. Matanya, kedua bola matanya yang selalu melihatku dengan penuh kasih sayang menerobos semua rasa rendah diriku ini dan semua rasa ketiada-artian hidupku, memberiku kekuatan untuk sanggup melakukan apa pun, membuatku merasa dibutuhkan, membuatku berarti sebagai seorang manusia.
Kini tangannya yang lembut menyentuh kasarnya kulit tanganku, aku dapat merasakan kelembutan kulit tangannya hingga air mataku mengalir merasa tidak pantas untuk mendapatkan hal yang selembut ini dalam kekasaran hidupku. Diriku yang hanya seekor kerbau dungu yang mengandalkan kekuatanku untuk menyelesaikan semua masalah, aku selalu bersyukur padaMu, Yah Tuhan betapa besar kebaikan yang telah Engkau limpahkan padaku untuk dapat berada di sisi wanita lembut ini.
Engkau dan aku sama-sama mengenal tangan ini. Tangan yang selalu berhasil membimbingku saat aku menyerah, kehilangan arah dan jatuh dalam penderitaan yang meremukan seluruh jiwa dan ragaku. Tangan yang selalu dapat membangkitkan kedua kakiku yang telah lelah bertarung dengan kehidupan penuh derita ini untuk terus melangkah. Tangan yang tidak pernah gagal menyentuhku, memelukku dan memberiku kekuatan sekali lagi untuk bermimpi dan terus membangun impianku.
Air mataku mengalir, Oh Tuhan tanganMu dan tangan ini yang sudah membawaku keluar dari kegelapan hidupku dan apapun yang dengan senang hati menghancurkanku, janganlah Engkau menjauhkannya dariku… Engkau tahu aku hanyalah seorang malang tanpa tangan ini.
Dan kini tangan itu menyentuh dadaku membuatku sesak oleh kasih sayang. Yah Tuhan, sekalipun aku tidak akan berbohong betapa tangan kecil ini sudah menghidupkan api kehidupan dalam jantungku, membuatnya ingin sekali lagi berdetak untuk yang terbaik di setiap kali ia remuk oleh banyak hal yang menyesakkan dan menyakitkan.
Yah Tuhan, Engaku yang Maha mengetahui, tubuhnya sangatlah lemah selalulah arahkan mata PengasihMu padanya jangan sekalipun Engkau luput menjaganya, aku akan memberikan waktuMu menjagaku untuknya dan Yah Tuhan jika Engkau hendak memberikannya cobaan biarlah Engkau melimpahkannya padaku, karena aku tidak memiliki apapun selain kebodohan, kekuatan dan tubuh serta jiwa tak berarti ini untuk ditukarkan padaMu demi kebahagiannya.
Yah Tuhan engkau tahu setiap kesedihanku dan sakit hatiku ketika aku melihatnya mengalirkan air mata, saat aku gagal membahagiakannya, aku tidak dapat melakukan apapun selain menghapus air matanya dengan jari-jariku dan memeluknya dengan lengan tidak berguna ini. Yah Tuhan, Engkau tahu betapa remuknya hatiku saat melihatnya meneteskan air mata. Engkau tahu betapa aku menginginkan kebahagiaannya lebih dari apapun dalam diriku.
Yah Tuhan dengarkanlah permintaan Jiwaku ini, bukan untuknya tapi untuk diriku yang hina dan tiada arti ini…
***
Karena setitik kebahagiaan bagi dirinya adalah sebuah sungai kebahagiaan bagiku.
***
Cerita yang sudah tersimpan dalam laptop 4 atau 5 tahun lalu... teringat kembali setelah membaca cerpen "Nyx and Jail"