Aldi Hermawan
CINTA MASA MUDA YANG
POSITIF
1
Suasana malam itu sangatlah riang, mengasyikan dan sangatlah ramai. Di tengah-tengah kerumunan pengunjung pasar malam. Ilham, Roni dan Andri bercanda gurau bersama dengan riang dan gembira. Lalu mereka bertiga berjalan menyusuri setiap sudut pasar malam dan tempat-tempat permainan. Tiba-tiba Ilham berkata kepada Roni,
“Yuk kita lihat tong stan yuk, Ron?”
dengan wajah sedikit bingung karena berpikir, Roni lalu menjawab, “Tapi waktunya kan sudah larut malam, Ham?” Andri pun menyahut perkataan Roni.
“Idih, anak mami ya, Ron?” sambil meringis, seakan meledek Roni yang wajahnya mulai kemerahan. Di tegah-tengah perbincangan mereka bertiga, Roni lalu angkat bicara “Ya udah
dech kalau begitu, kita lihat tong stan aja, daripada kita Cuma diam di sini.”
“Gitu donk, itu baru namanya Roni.” Sahut Andri.
Tanpa pikir panjang mereka bertiga lalu membeli karcis untuk nonton tong stan.
Seusainya, Ilham dan kawan-kawan nonton tong stan, mereka masih mondar-mandir mencari hiburan di sana. Lagian kan malam minggu banyak cewek-cewek cantik.
Tiba-tiba Roni terkejut saat tahu bahwa Tri ada di sana. Roni langsung berkata pada Ilham dengan wajah agak panik.
“coy, ada Tri di situ.”
Ilham pun melihat kanan-kiri mencari Tri. Setelah tahu kalau Tri ada di situ, Ilham dan kawan-kawan lalu menghampiri Tri yang sedang berjalan dengan seorang wanita cantik berjilbab merah, dan memakai jaket merah pula. Jarak mereka pun semakin dekat, Ilham lalu memanggil Tri. Saat itu pula Tri lalu berhenti saat mengetahui kalau yang memanggil adalah teman akrabnya, yang tak lain adalah Ilham.
“Ternyata kamu Ham!” tanya Tri dengan wajah yang berseri-seri.
Ilham yang berdiri di samping Roni hanya memandang wanita yang ada di samping Tri. Dengan penuh penasaran Ilham pun bertanya pada Tri siapa wanita yang cantik itu.
“Tri, siapa nama temanmu itu?”
“Ooo... Ini ya ham?” Tri menjawab sambil melirik ke arah teman wanitanya itu.
Karena tidak puas dengan jawaban Tri, Ilham pun bertanya lagi pada Tri, “Siapa nama temanmu itu Tri?”
“Kamu naksir ya? Hehe.. goda Tri pada Ilham. Tri lalu menjelaskan semua pada Ilham. “Dia Setia Rina Ham, Dia tetanggaku.”
“Ooo... Setia Rina ya?” dengan wajah senang karena jawaban dari Tri tadi Ilham berkata pada Tri, “Aku minta nomer HPnya donk? Nanti kamu kirim ke nomerku ya?”
Dengan wajah ceria Tri lalu menjawab “Ya oke, nanti aku kirim ke nomer kamu Ham, Udah dulu ya Ham, dah malam aku mau pulang dulu.”
“Ya udah kalau begitu, tap jangan lupa nomernya lho?” Ilham sambil berkedip-kedip matanya ke arah Tri.
Lalu Tri dan temannya itu beranjak pergi dari hadapan Ilham.
“Ham pulang yuk? Kan udah malam,” Ajak Roni teman Ilham.
“Iya udah ayuk kita pulang,” jawab Ilham. Mereka bertiga lalu berjalan ke arah parkiran untuk mengambil sepeda motor lalu pulang ke rumah bersama-sama.
Di tengah perjalanan pulang Ilham dan teman-temannya masih sibuk membahas teman Tri yang ada di Pasar Malam tadi.
Sesampainya di rumah, Ilham lalu masuk ke dalam kamarnya. Dia lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia hanya bisa melihat ke araah plavon kamarnya dan memikirkan sosok wanita cantik tadi, yang tak lain adalah Setia Rina teman Tri tadi.
Detik demi detik berlalu, tapi Ilham masih memikirkan wanita tadi. Dia tidak tahu, mengapa hatinya merasa berbunga-bunga ketika bertemu dengan wanita itu, “Apakah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama? Apakah aku jatuh cinta pada wanita itu ya?” Pikir Ilham dengan wajah bingung.
Tak terasa waktu sudah pukul 01.00 WIB. Ilham pun lalu mematikan lampu kamarnya dan Ilham pun tidur dengan ditemani sebuah guling di sampingnya.
2
Jam bekker pun telah berdering, menunjukkan pukul 05.00 WIB. Ilham pun bergegas bangun lalu sholat subuh. Setelah subuh Ilham dikagetkan dengan suara HPnya yang berbunyi, Ternyata ada SMS dari Tri, “Selamat pagi Ham, ini nomer HPnya Setia Rina.”
Dengan cekatan jari-jemari Ilham mengotak-atik kiypet HPnya, untuk membalas SMS Tri, “Selamat pagi juga Tri, ini benar nomenya Setia Rina kan?”
“Iya Ham, masa aku bohong sama kamu sich! Kamu kan temen aku.”
“ya udah kalau begitu, aku percaya sama kamu kok Tri, makasih ya Tri nomernya?”
“Iya sama-sama Ham.”
Tanpa basa-basi Ilham lalu mengirim SMS pada Setia Rina, “Met pagi, lagi apa nih?”
Mendengar Hpnya berbunyi Rina lalu membuka SMS itu, karena Rina belum tahu nomor siapa yang mengirim pesan pada dia, Rina pun membalas pesan itu, “Pagi juga, nih siapa ya?”
Masa kamu lupa sich sama aku?”
“Emangnya kamu siapa? Aku belum punya nomor kamu kok,” jawaban Rina dengan penuh penasaran.
Ilham pun tak mau berlama-lama membuat Rina penasaran, “Aku Ilham Rin, aku temenya Tri. Aku yang minta nomor kamu di pasar malam itu lho!”
“Ooo... ilham ya?” jawaban Rina dengan menghela napas panjang.”
Hari demi hari berlalu, Ilham terus mengirim pesan pada Rina karena sosok wanita itu adalah sosok wanita idaman Ilham. Wanita yang dicari Ilham adalah wanita yang sholehah, taat beribadah, berjilbab, dan apa adanya, yang pasti gak neko-neko.
Ilham lalu mencoba cari tahu lebih jauh tentang Rina. Dia menanyakan semua itu pada temannya, yang gak lain adalah Tri.
“Tri aku mau tanya nih,”
“Tanya aja Ham.” Jawab Tri sambil melihat Ilham yang berwajah sedikit bingung.
“Apa Rina udah punya pacar Tri? Kan kamu temannya, kamu pasti tahu tentang dia.”
Tri lalu menjawab semua pertanyaan Ilham, “Sepertinya Rina udah punya pacar Ham, tapi kabar-kabarnya dia baru ada masalah sama pacarnya.”
“Wah bagus donk kalau begitu!”
“Kok malah bagus? Bagus gimana? Kamu suka sama Rina ya Ham?”
Ilham pun terdiam sebentar, dia lalu menjawab pertanyaan Tri tadi, “Yaa Tri, aku suka sama Rina, menurut kamu gimana Tri?”
Sambil tersenyum, Tri menjawab pertanyaan Ilham, “kalau menurutku sih bagus Ham, ku dukung keputusanmu, ku doakan supaya kamu bisa jadian sama Rina Ham. Tapi nanti kalau kamu jadian sama Rina, jangan lupa teraktir aku lho?” Goda Tri pada Ilham.
“Tenang aja Tri, nanti kalau aku udah jadian sama Rina pasti aku teraktir makan-makan.” Jawab Ilham seolah meyakinkan Tri.
Suasana berubah menjadi tambah ramai, karena pembicaraan mereka berdua. Setelah puas dengan penjelasan Tri tentang Rina, Ilham lalu pamit pulang, “Ku pulang dulu ya Tri? Kapan-kapan kita ngobrol lagi, atau di sambung lewat telepon aja.”
“Kok buru-buru? Ya udah kalau begitu Ham.” Jawab Tri.
Ilham lalu menyalakan mesin motornya, ia lalu melesat meninggalkan rumah Tri.
Sesampainya di rumah, Ilham lalu mengirim SMS kepada Rina, “Selamat siang Rin, lagi apa?” Sambil tiduran dan mengotak-atik HP, Ilham menunggu balasan dari Rina.
Dan akhirnya balasan SMS dari Rina datang juga, “Siang juga Ham, nih lagi nyantai aja kok, kalau kamu lagi apa Ham?”
“Lagi tiduran sama ngotak-atik HP aja kok,” karena Ilham penasaran dengan cerita Tri, Ilham lalu menanyakan pada Rina, “Aku boleh tanya sesuatu gak Rin? Tapi jawab jujur ya?”
“Iya Ham, insyaAllah aku jawab kalau aku bisa.”
“Apa kamu udah punya pacar Rin?”
Rina pun menjawab jujur apa adanya. “Udah kok, tapi aku mau putus sama dia, aku merasa gak cocok sama dia, dia udah berubah, dia selalu buat aku sakit hati Ham.”
“Ooo... Gitu??? Kalau sekiranya udah gak cocok dan kamu sering sakit hati, ya lebih baik putus aja.” Jawab Ilham seakan meyakinkan keputusan Rina.
“Iya Ham, makasih ya buat sarannya.”
“Iya sama-sama Rin.”
Sejak saat itu Ilham punya harapan besar bisa mendapatkan cinta Rina yang selama ini ia impi-impikan. Waktu terus bergulir seperti roda berputar. Dan Rina pun benar putus dengan pacarnya. Ilham pun bisa bebas PDKT dengan Rina. Sejak saat itu Ilham selalu mengirim SMS pada Rina bahkan sering menelepon Rina juga. Harapan Ilham tidak banyak, dia hanya ingin menjadi kekasih Rina dan Rina bisa merubah Ilham menjadi seseorang yang lebih baik.
3
Sudah hampir satu minggu berlalu Ilham mengenal Rina, dan Ilham pun rencana untuk mengutarakan isi hatinya pada Rina. Tapi Ilham belum ada waktu yang tepat/
Tiba-tiba HP Ilham berbunyi, ternyata ada SMS dari Tri, “Apa kamu benar-benar sayang sama Rina Ham? Kalau benar sayang, cepat kamu utarakan isi hati kamu pada Rina Ham, sebelum Rina balikan lagi sama mantannya.”
Tanpa berpikir panjang Iham lalu membalas pesan Tri, “Aku benar sayang Tri, sayang banget. Aku mau bilang tapi belum ada waktu yang tepat.”
“Ya sudah, serahkan sama aku aja, kapan kita ketemuan, aku akan ajak Rina lalu nanti kamu langsung sama dia apa isi hatimu sebenarnya.”
“Siap Tri, makasih bantuannya,” jawab Ilham dengan penuh semangat.
“Sama-sama Ham.” Balas Tri.
Setiap hari Ilham selalu mengirim pesan singkat kepada Rina. Dan sampai suatu saat Ilham meminta fotonya Rina yang memakai jilbab dan yang tidak memakai jilbab. Ilham hanya ingin merasa dekat dengan Rina walau sebenarnya jarak Rumah mereka berdua lumayan jauh.
Sore itu udara sangat dingin, karena habis turun hujan. Tri memberi tahu pada Ilham karena sebentar lagi Tri mau keluar dengan Rina. Dan Ilham nanti disuruh menemui mereka berdua.
Mereka berdua, Tri dan Rina menunggu kedatangan Ilham di rumah makan yang telah mereka bicarakan tadi. Dan akhirnya Ilham pun datang, dengan tergesa-gesa Ilham lalu masuk ke rumah makan itu.
“Maaf ya, aku terlambat.”
“Iya gak pa-apa kok.” Jawab Tri tenang.
“Ya sudah kalau begitu, kalian ngobrol aja dulu, aku mau pindah ke meja yang lain aja biar gak ganggu kalian berdua.” Kata Tri dengan sedikit menggoda Ilham dan Rina.
Ilham dan Rina tidak bisa berbicara apa-apa, mereka hanya bisa melihat Tri yang duduk agak jauh dengan meja mereka berdua. Datang seorang pelayan menghampiri meja Ilham dan Rina.
“Mau pesan apa Mas?” tanya pelayan pada Ilham.
Ilham pun bertanya terlebih dahulu kepada Rina, “Kamu mau pesan apa Rin?”
“Emm... aku mau pesan nasi goreng spesial sama es jeruk aja.” Jawab Rina pada Ilham.
Ilham pun kembali bicara dengan seseorang pelayan yang berdiri di sampingnya. “Saya pesan 2 nasi goreng spesial dan 2 es jeruk ya.”
“Ya mas, tunggu sebentar ya.” Jawab pelayan dengan ramah.
Sambil menunggu pesanan datang, Ilham ngobrol-ngobrol dengan Rina dan meminta foto yang telah dibicarakan lewat SMS tempo hari. Tidak lama menunggu, pesanan pun datang. Setelah mereka makan-makan, Ilham pun tidak mau menyia-nyiakan waktu yang ada.
“Rin, aku mau bilang sesuatu sama kamu,”
“Mau bilang apa Ham? Bilang aja.” Jawab Rina dengan lirih.
Mereka berdua terdiam dan saling memandang. Ilham pun melanjutkan pembicaraannya.
“Aku mau bilang, sebenarnya aku suka sama kamu Rin, aku sayang sama kamu, aku ingin jadi pacar kamu. Apakah kamu mau menjadi kekasihku Rin?”
Rina pun hanya menundukkan kepala tanpa bicara sedikitpun.
Ilham pun bertanya pada Rina kembali, “Bagaimana Rin? Apakah kamu mau menjadi kekasihku? Kalau kamu gak bisa jawab sekarang gak apa-apa Rin.”
Rina lalu menjawab semua pertanyaan Ilham, “Maaf Ham, aku belum bisa jawab sekarang. Aku butuh waktu untuk berpikir.”
Ilham menjawab dengan tenang, “Berapa lama kamu harus berpikir Rin?”
“Aku minta waktu satu minggu.”
“Haa! Satu minggu?” jwaban Ilham dengan kata tegas.
“Iya satu minggu Ham.”
Lalu Ilham menawarkan waktu untuk berpikir Rina, “Aku kasih waktu kamu 3 hari ya Rin?”
“Ya sudah, kalau begitu, 3 hari. Pokoknya sebelum 3 hari aku gak mau bilang dulu lho?”
“Iya siapa takut.”
Waktu terus berjalan. Hari demi hari telah dilalui. Tiba saatnya Rina harus menjawab pertanyaan Ilham 3 hari yang lalu. Pada malam itu, Ilham tidak sabar karena menunggu jawaban Rina lewat telepon. Saat itu pula Ilham mengirim pesan pada Rina.
“Gimana Rin? Ini udah 3 hari, kamu mau nerima aku apa gak?”
“Maaf ya Ham, tapi kamu jangan kecewa ya dengan jawabanku.” Jawab Rina dengan tenang.
“Ya Rin, aku akan terima apapun jawaban kamu.” Kata Ilham dengan penuh penasaran.
“Akuu... Aku gak bisa Ham,”
“Berarti kamu gak bisa terima aku Rin? Kalau aku gak bisa jadi pacar kamu gak apa-apa Rin, yang penting aku masih bisa jadi teman kamu.” Jawab Ilham dengan pasrah.
“Kok gitu sih Ham, aku kan belum selesai ngomong. Maksud aku tuh aku gak bisa nolak kamu jadi pacar aku Ham..”
Melihat jawaban Rina, Ilham pun tidak menyangka bahwa Rina menerima cintanya. Ilham pun sangat gembira karena bisa mendapatkan wanita pujaan hatinya.
4
Sejak saat itu Ilham dan Rina semakin dekat. Saling menyayangi, mengerti satu sama lain. Rina pun selalu mengingatkan Ilham saat waktu sholat tiba, Rina banyak mengubah Ilham menjadi laki-laki yang dewasa, sabar, dan tentunya beriman.
Setelah berminggu-minggu mereka menjalin hubungan, mereka masih saling menyayangi. Ilham pun mulai ada perubahan, yang tadinya dia pemarah, sholatnya masih kurang aktif, tapi sedikit demi sedikit dia berubah menjadi sabar, aktif dalam sholat. Awalnya Ilham memang susah berubah, tapi lama kelamaan dia sadar akan kata-kata Rina yang begitu bersahaja. Sejak saat itulah Ilham benar-benar berubah.
Setelah 3 bulan mereka menjalin hubungan, ada satu masalah yang mengguncang hubungan mereka berdua. Ilham diberi tahu semua itu oleh Ibunya Tri. Saat itu Iham sedang main ke rumah Tri, lalu ada Ibunya Tri. Ilham dan keluarga Tri sudah sangat akrab. Ibu Tri pun melontarkan sebuah pertanyaan pada Ilham.
“Apa kamu pacarnya Rina Ham?”
“Gak kok budhe, kok tanya begitu?” jawab Ilham sambil melihat Ibunya Tri yang sedang duduk di samping Tri.
“Jawab aja dengan jujur Ham, gak apa-apa. Budhe cuma tanya aja kok.”
“Iya budhe, aku memang pacaran sama Rina. Emang kenapa budhe?”
“Tuh benarkan? Kalau boleh budhe kasih saran kamu jangan pacaran sama Rina,”
“Emangnya kenapa kalau aku pacaran sama Rina budhe?”
“Begini Ham, tapi kamu jangan marah dulu. Budhe kasih tahu, Rina kan tetangga budhe, jadi budhe tahu tentang Rina. Sebenarnya Rina itu orangnya gak baik.”
Mendengar penjelasan Ibunya Tri, Ilham hanya bisa terdiam bagaikan patung. Setelah selesai mendengar penjelasan itu, tak tahu kenapa rasa cinta Ilham kepada Rina turun drastis, yang tadinya 100% kini hanya menjadi 25%. Ilham pun punya pikiran ingin mengakhiri hubungan itu. Tapi Ilham tak bisa meninggalkan Rina. Sejak saat itu, Ilham cuek kepada Rina. SMS yang dikirim Rina selalu diabaikan. Jarak mereka berdua pun semakin jauh.
5
Sudah 3 hari Ilham cuek pada Rina. Hati Rina pun sangat sedih. Dia lalu mengirim pesan kepada Ilham.
Assalamualaikum Wr.Wb
Aku bingung mau bicara apa lagi sama kamu Ham, apa salah aku Ham sehingga kamu memperlakukan aku seperti ini. Di saat kamu tahu aku, kamu langsung sembunyi, kamu seperti jijik untuk melihat aku. Aku merasa tersiksa Ham dengan semua ini. Setiap malam aku menangis, gak nafsu makan, apa kamu tahu sekarang perasaanku seperti apa? Apa aku harus mati lalu kamu baru tahu bahwa aku benar sayang sama kamu Ham? Aku terima semua ini, aku terima kamu mau bilang apa Ham. Sebenarnya aku mau bicara semua ini di depan kamu langsung, tapi aku takut kalau aku gak sanggup melihat wajahmu Ham. Makasih Ham udah mau baca SMS aku yang panjang ini. Hatiku lega udah bisa bicara seperti ini.
Setelah membaca pesan yang panjang itu, Ilham pun sadar, bahwa dia juga sangat mencintai kekasihnya itu. Ilham membalas pesan Rina yang panjang tadi.
Maafin aku Rin, aku udah bikin kamu sedih. Aku begini karena ada satu masalah yang tidak orang lain tahu.
“Masalah apa Ham?”
“Aku gak bisa kasih tahu ini sama kamu Rin. Ini menyangkut harga dirimu, biarkan semua ini aku pendam dalam hati sendiri. Maafin aku Rin.” Jawab Ilham tegas.
“Ya sudah kalau begitu Ham. Gak apa-apa. Tapi kamu jangan buat aku sedih lagi ya?” Pinta Rina kepada Ilham.
Keesokan harinya, Ilham menemui Rina. Ilham meminta maaf kepada Rina. Dia menyesal telah membuat Rina sedih karena Ilham lebih percaya orang lain daripada kekasihnya sendiri, padahal belum tentu apa yang dikatakan oleh Ibunya Tri itu benar atau hanya omong kosong Ibunya Tri saja. Dan yang lebihnya lagi Ilham membuat Rina tidak konsen belajar untuk ujian nasional. Karena Rina masih duduk di bangku SMP sedangkan Ilham di bangku SMK kelas 1. Walaupun usia mereka masih muda, tapi mereka mempunyai pikiran yang dewasa untuk mengatasi sebuah masalah.
6
Sejak saat itu hubungan mereka menjadi lebih baik. Ilham semakin sayang kepada Rina. Lalu Rina pun juga demikian pada Ilham.
Waktu ujian nasional pun semakin dekat seperti sudah di depan mata Rina. Dia di sibukkan dengan tugas-tugas dari sekolahnya dan sibuk belajar untuk ujiannya. Jarang ada waktu untuk betemu dengan Ilham. Tapi Ilham pun juga bisa mengerti dan mendukung usaha Rina untuk belajar agar mendapat nilai yang bagus dan bisa lulus unutk melanjutkan ke sekolah impiannya.
“Kamu harus bisa lulus dengan nilai yang baik, kalau bisa nilai kamu diatas nilai aku.” Gumam Ilham kepada Rina.
“Insyaallah sayang ku.. do’ain aja aku agar bisa lulus dan mendapatkan nilai yang baik.”
“Amiiinn...” jawab Ilham.
Waktu ujian tinggal 2 hari lagi. Rina berkata kepada Ilham, “Ham, selama aku ujian nanti kita gak bisa SMSan atau telepon. Soalnya selama aku ujian, aku gak pegang HP sayang. Aku harap kamu bisa mengerti.”
“Iya gak apa-apa Rin. Aku bisa mengertik kok, tapi nanti kalau udah selesai semuanya kabarin aku lho?” jawaban Ilham dengan tegar.
Sejak saat itu, mereka berdua tidak ada kontak, jarang SMSan, telepon apalagi untuk bertemu.
Malam-malam Ilham sangat sepi, hambar, bagaikan sayur tanpa garam. Hati Ilham sangat rindu kepada Rina. Tapi apa boleh buat, semua itu juga demi masa depan Rina nanti. Satu hari tanpa kabar dari Rina bagaikan satu tahun bagi Ilham. Yang biasanya selalu SMSan atau telepon tapi sekarang tidak.
Waktu ujian nasional pun telah selesai. Sore itu Rina mengirim pesan pada Ilham, “Met Sore, lagi apa Ham?”
Melihat SMS dari Rina, hati Ilham pun gembira. Dia segera membalas SMS dari Rina, “Sore juga sayang, udah selesai ya?”
“Alhamdulillah udah kok.”
“Gimana sulit gak?” tanya Ilham ingin tahu.
“Iya lumayan Ham.”
Mereka berdua pun asyik SMSan. Maklum lama tidak SMSan.
Hati Rina berdebar-debar saat menunggu pengumuman hasil kelulusan. Dia takut bagaimana kalau dia tidak lulus. Tapi penantian itu terbayar sudah, ternyata dia lulus dengan nilai yanag cukup bagus, walau tak bisa melebihi nilai Ilham. Rina mendapatkan nilai 28,80.
Sejak dia lulus dari SMP, dia melanjutkan sekolah ke SMK. Tapi tidak satu sekolahan dengan Ilham. Rina mengambil jurusan Multimedia(MM), dan Ilham jurusan Audio Video(AV).
Usia mereka semakin dewasa, cinta mereka pun semakin kuat. Saling menjaga, memperhatikan satu sama lain. Dan tak terasa, hubungan mereka telah berjalan satu tahun lebih. Mereka telah menjalani hubungan dengan baik, telah merasakan susah senangnya hidup dalam masa muda.
***