de_wind Penulis Sejati
Jumlah posting : 3494 Points : 3669 Reputation : 52 Join date : 29.03.11 Age : 39 Lokasi : Bekasi
| Subyek: [CERPEN] Sekolah di Hati Koko Fri 7 Sep 2012 - 15:47 | |
| SEKOLAH DI HATI KOKO by De_Wind Dengan malas, Koko mengambil sebuah plastik besar di tempat sampah dan memasukkannya ke gerobak besar yang dibawa oleh ayahnya. Tengkuknya sudah panas sedari tadi terbakar matahari. Keringatnya pun bercucuran. Dia masih tak mengerti kenapa dia harus di luar pada hari sepanas ini.
Sang ayah melirik kepadanya. Dia melihat anaknya cemberut dan terlihat tidak senang. Dia mendengus kesal. Entah kenapa tiba-tiba merasa kesal. Baginya, sangat wajar seorang anak membantu orangtuanya. Namun, anaknya tampak tidak ikhlas membantunya.
Mereka terus berjalan di sepanjang trotoar jalan. Di sebelah mereka mobil-mobil berbagai jenis dan warna berlalu-lalang meninggalkan mereka. Mereka terus berjalan dalam diam.
Koko mengenal jalan ini, jalan yang sering sekali dilaluinya. Hatinya terasa sesak, dia mencoba untuk terus menunduk. Tapi, dia tidak tahan. Akhirnya dia mendongak dan melihat sebuah bangunan tanpa tingkat yang sederhana, berbentuk huruf U. Saat ayahnya sedang mengambil sampah dari tempat sampah yang lain, dia menghampiri bangunan itu. Baru beberapa hari yang lalu, dia masih bersenda gurau dengan teman-temannya di situ. Sekarangpun dia masih melihat teman-temannya sedang bermain, istirahat siang.
“Ko!” panggil ayahnya, yang akhirnya menyadari ketidakhadiran anaknya di sampingnya. “Ngapain kamu?!”
“Bentar, Pak!” sahut Koko, sedikit sengit. Dia kesal karena ayahnya tidak mengerti perasaannya. Ayahnya membuka topi yang dipakainya dan mengipas-ngipasi dirinya dengan topi itu. Dia duduk di atas tempat sampah yang tertutup dengan seng itu.
Dia mendekati pagar sekolah dasar negeri itu, tapi tidak berani melangkah masuk. Seorang temannya menyadari kehadirannya. Temannya itu menunjuk-nunjuk Koko sambil berkata sesuatu pada temannya yang lain.
“Koko!” serunya gembira, sambil berlari menghampirinya. Teman-temannya yang lain mengikutinya. Koko mundur selangkah, sebenarnya dia malah ingin lari dari tempat dia berdiri sekarang ini. Tapi, ada keinginan untuk tetap di situ. Akhirnya, dia hanya bisa menunduk saat temannya mendatanginya.
“Kok kamu gak masuk-masuk, sih?” sahut teman laki-lakinya yang bernama Adam itu.
Koko hanya mengedikkan bahu.
“Ayo dong, masuk. Biar kita bisa maen bareng lagi.” Kali ini teman perempuannya yang bernama Sinta yang menegurnya. Hatinya semakin sakit mendengar kalimat itu.
“Aku udh gak sekolah lagi,” sahut Koko lirih. Wajahnya terasa panas.
“Lho, kenapa gak?”
“Bapak gak bisa bayar uang sekolah.”
“Lho, kata di TV sekolah itu gratis, kok…”
“Ada uang bangkunya kata bapak,” sahut Koko lagi. Mereka terdiam, mulai merasa tidak enak hati. Tiba-tiba Sinta berlari ke arah kelas. Dia masuk ke dalam kelasnya. Teman-temannya yang lain hanya menatap kebingungan. Dia keluar lagi dengan beberapa buah buku catatan. Dia menyodorkannya kepada Koko.
“Apa nih, Sin?” sahut Koko kebingungan.
“Buku catetan tadi pagi. Salin aja di rumah, tapi besok balikin, ya.”
Koko terdiam sambil membolak-balik halaman buku catatan yang rapi itu. Lalu, dia menggeleng. Dia memberikan lagi buku itu ke Sinta.
“Buat apa? Percuma,” geleng Koko sedih.
“Kok percuma? Kan kamu jadi bisa belajar sendiri,” sahut Adam.
“Iya, tuh…,” sahut teman-temannya yang lain berbarengan. Koko hanya tersenyum kecut.
“Gak percuma, kok, Ko…”
Koko kaget mendengar suara lembut itu. Dia guru bahasa Indonesia yang paling dia sukai. Orangnya baik dan ramah. Ditambah lagi, dia bisa menjelaskan pelajaran dengan mudah. Koko tersenyum senang. Dia sadar beberapa hari ini, dia memang merindukan gurunya itu.
“Bu guru!” sahutnya, sambil tersenyum cerah. Guru perempuan itu balas tersenyum lembut.
“Sinta kan udah minjemin bukunya, kamu pakai baik-baik buat belajar di rumah.”
“Buat apa, bu? Nanti juga gak bisa ikut ujian di sekolah…”
“Kamu bisa ikut ujian sendiri, kok. Anak-anak yang home-schooling juga begitu. Nanti ibu pasti bakalan bantu Koko kalau Koko udah siap ujian."
"Bener, bu?" tanya Koko terkesima. Wanita itu mengangguk lagi sembari tersenyum lembut, meyakinkan Koko.
"Nah, gimana kalo kita belajar bersama minggu ini? Koko ikut juga… Nanti ibu ikut bantu kalian belajar?” Guru wanita itu menjentikkan jarinya. Dia berbicara tidak hanya dengan Koko, tetapi dengan teman-teman Koko yang lainnya.
“Bener, bu?” seru Sinta antusias.
“Mauuu…,” seru yang lainnya.
Koko tercengang, mukanya memerah. “Gak usah bu, aku jadi ngerepotin ibu.” Dia menunduk malu. Wanita muda itu menatap Koko dengan pandangan sedih. Dia menyentuh pundak Koko dengan lembut.
“Gak, Ko… Lagipula, ibu juga ngerasa bersalah gak bisa bantuin kamu buat tetep sekolah di sini…,” sahutnya sedih. “Mungkin malah Koko yang marah sama ibu?”
Koko tersentak. “Gak kok, bu! Kan bukan ibu yang ngeluarin Koko. Masa Koko marah sama ibu?”
“Kalo Koko gak marah, mau dong belajar bareng temen-temen dan ibu guru?” Koko tersenyum lebar. Diapun mengangguk dengan antusias diikuti seruan senang teman-teman sekelasnya itu.
“Asiiiik belajar bareng, sama ibu guru…”
“Iya, asiiik… Dimana nih, bu?”
“Nanti ketemuan di sini dulu aja, hari Minggu, ya…”
“Iyaaaa…”
“Nah, itu bel masuk, kalian masuk kelas sekarang, ya…”
“Iyaaaa…”
Teman-temannya berlarian masuk ke dalam kelas. Koko megikuti gerakan mereka dengan pandangan sedih. Bagaimanapun, dia merindukan saat-saat dia bersekolah dengan teman-temannya. Saat dia upacara bendera setiap hari Senin, saat dia dimarahi guru karena ketauan mengobrol, saat bermain sewaktu istirahat siang. Gurunya melihat wajah Koko berubah menjadi sedih.
“Semangat ya, Ko… Sekolah itu bukan satu-satunya pilihan. Kamu bisa belajar dimana aja, kapan aja. Kamu justru bisa lebih bebas nentuin waktu belajar kamu sendiri.”
“Apa bisa, bu?”
“Ibu yakin Koko pasti bisa. Koko juga harus semangat biar bisa lebih pinter daripada temen-temen Koko yang sekolah.”
Koko tersenyum malu. Semangatnya seketika itu bangkit. Dia mengangguk antusias. “Makasih, bu…”
“Ibu masuk dulu, ya. Jangan lupa lho, balikin bukunya Sinta, bisa-bisa dia kerepotan nanti…”
Koko mengangguk dengan bersemangat. Dia melambai ke arah gurunya yang masuk kembali ke sekolah sampai dia menghilang di balik ruang guru. Ruang guru itu adalah tempat yang dulu paling ditakutinya, tetapi sekarang tidak lagi. Karena Koko sudah bisa belajar sendiri di rumah. Dia tidak sabar untuk pulang ke rumah dan menyaln semua catatan milik Sinta.
Dia berlari ke arah ayahnya. Muka beliau tampak kurang senang. Dia menunduk di depan hadapan beliau.
“Maaf, Pak…”
“Ayo, jalan lagi…” Ayahnya sama sekali tidak berkomentar tentang kejadian yang baru saja terjadi. Koko memegang buku catatan Sinta di belakang tubuhnya, memandang ayahnya takut-takut.
“Maaf ya, Ko…” Koko tersentak mendengar ucapan ayahnya yang tiba-tiba itu. Dia menatapnya dengan kebingungan. Ayahnya menunduk. Koko bisa melihat mata beliau memerah. “Harusnya Bapak kan biayain kamu sekolah, tapi malah gak bisa… Bapak udah gagal, Ko…”
“Pak…,” geleng Koko dengan panik mendengar kata-kata itu. “Bapak gak salah, kok! Beneran!” sahutnya sambil menggamit lengan baju ayahnya yang menjuntai. “Kata ibu guru, Koko masih bisa belajar di rumah. Lihat, nih.” Koko memperlihatkan buku milik Sinta.
Ayahnya menatap buku itu dengan sedih.
“Nanti Koko bakalan belajar keras, biar bisa lebih pinter dari temen-temen Koko! Lihat aja!” sahut Koko antusias. Ayahnya tersenyum kecut.
“Tadinya sih Koko kesel karena gak bisa sekolah, tapi kan Koko juga gak bisa maksain bapak. Lagian bener kata bu guru, belajar aja sendiri. Trus kata bu guru, nanti Koko bisa ikut ujian juga.”
“Iya, Ko, iya… Kalo gitu mulai besok belajar aja di rumah, gak usah ikut Bapak…”
“Bener nih, Pak?!” seru Koko gembira. Dia bersorak senang. Ayahnya mengangguk sembari tersenyum. Ternyata memang anaknya tidak suka pekerjaan ini. Biarlah dia suatu saat merasakan pekerjaan di dalam ruangan yang ber-AC itu. Biar kulitnya halus dan putih, tidak terbakar matahari. Dia akan banyak berpikir daripada bekerja kasar. Mungkin impiannya itu belum pupus. Impian Koko justru baru saja dimulai. Koko menari di bawah terik matahari siang itu. ditunggu komentarnya... | |
|
de_wind Penulis Sejati
Jumlah posting : 3494 Points : 3669 Reputation : 52 Join date : 29.03.11 Age : 39 Lokasi : Bekasi
| Subyek: Re: [CERPEN] Sekolah di Hati Koko Tue 23 Oct 2012 - 2:46 | |
| parah gak ada yg komen.... | |
|
sagitany Penulis Sejati
Jumlah posting : 4863 Points : 4905 Reputation : 8 Join date : 06.04.12 Age : 32 Lokasi : medan
| Subyek: Re: [CERPEN] Sekolah di Hati Koko Tue 23 Oct 2012 - 22:37 | |
| hehehee.. aku komen nih kak.. sarat nilai ya, kan emang buat anak2 harus yg baik2 manis2 gini, cuma opini rany pribadi.. terlalu berat ini mah, kak.. si Koko apa kelas 6 SD, ya? bawaannya sama temen2 sama guru2nya kayak udah mau SMP gitu deh, kak.. masih terlalu 'berat' kayaknya dari segi cara penceritaannya kalo mau masuk ke anak2..perlu dibuat agak 'ringan' dikit kayaknya.. menurutku, loh.. | |
|
m0nd0 Penulis Senior
Jumlah posting : 1446 Points : 1487 Reputation : 17 Join date : 11.07.12 Age : 35 Lokasi : Jakarta-Bandung
| Subyek: Re: [CERPEN] Sekolah di Hati Koko Tue 23 Oct 2012 - 23:51 | |
| mm kalo dari sisi logisnya ada beberapa yang belum tepat wind. 1. Kalo sekolah gratis setau aku yang tetap bermasalah dengan biaya adalah buku-buku, peralatan sekolah, dan iuran. Iuran itu sendiri dibuat untuk bantuan silang kepada anak yang tidak mampu. Posisi Koko yang masih SD di Indonesia dengan program dan sistem pendidikan saat ini, terlebih lagi posisinya yang bisa dianggap di sebuah daerah kota (karena ada pekerjaan tukang sampah) yang memiliki fasilitas SD (bukan di pulau terpencil/pelosok yang bahkan sekitar 2010 sudah di mulai program2 mengajar non konvensional). Maka aku pikir situasi Koko yang putus sekolah di tingkat SD karena masalah biaya saat ini terlalu mengada-ada/kurang sesuai realita. Bisa di perkuat dengan alasan lain misal aturan sekolah yang terlalu ketat. Mungkin butuh riset yang lebih mendalam, atau setting jamannya yang dimundurkan 10-20 tahun kebelakang. Atau situasi Koko yang memang benar-benar dipaksa orang tuanya berhenti sekolah agar bisa punya waktu untuk bekerja. 2.Mengenai program home-schooling juga mungkin perlu riset lebih. Soalnya aku merasa kata itu terlalu di-'tempel'-kan begitu saja di sini. Yang aku tau saja home schooling sama belajar otodidak itu berbeda. Home schooling tidak semudah itu, karena tetap butuh keterlibatan guru bahkan keterlibatan orang tua dengan latar pendidikan yang cukup semakin besar. Home schooling pada umumnya lebih repot ketimbang menyekolahkan anak ke sekolah biasa. Coba deh cari cerita orang tua-orang tua yang berhasil menerapkan home schooling, ada keluarga yang perlu adaptasi berbulan-bulan agar bisa menerapkan home schooling dengan benar. Metode ini dilakukan umumnya karena sang anak yang sulit adaptasi dengan lingkungan sekolah (karena sering di bully, atau memiliki masalah mental, lumpuh, atau banyak juga karena mereka artis cilik yang tidak punya waktu untuk sekolah biasa). Sedangkan home schooling untuk anak jalanan memang dikembangkan oleh LSM dan tokoh masyarakat, memiliki tempat, anggaran, pengajar2 dan fasilitas tersendiri. sorry, kebawa semangat jadi kepanjangan deh... | |
|
de_wind Penulis Sejati
Jumlah posting : 3494 Points : 3669 Reputation : 52 Join date : 29.03.11 Age : 39 Lokasi : Bekasi
| Subyek: Re: [CERPEN] Sekolah di Hati Koko Sat 27 Oct 2012 - 16:24 | |
| makasih komenny @ sagi : masih keberatan ya? hmm bener jg ya, bahasanya juga ribet ya? oke, dicatet! nnt aku pikirin lagi klo pas bikin yg selanjutny trnyata bikin bahasa yg mudah dpahami anak2 ribet ya @ mondo : hmm...iya jg sih masuk akal. kayakny cerita keseluruhan jg standar cerita jaman dlu ya... #maklum dah pengaruh umur...xixixi... iya sih bener juga, gak mikir sampe ke situ soal home-schooling wah berarti ini gurunya kagak bener ini, ngasi saran yg mengada2 tokoh gurunya aja yg diganti... sip tenkyu bwt saran dan msukannya... mdh2n ke depannya ada insight lagi bwt bikin beginian dan harus dipikirin dgn lebih mateng lg... | |
|
sagitany Penulis Sejati
Jumlah posting : 4863 Points : 4905 Reputation : 8 Join date : 06.04.12 Age : 32 Lokasi : medan
| Subyek: Re: [CERPEN] Sekolah di Hati Koko Sun 28 Oct 2012 - 12:29 | |
| semangat kak wind~ | |
|
de_wind Penulis Sejati
Jumlah posting : 3494 Points : 3669 Reputation : 52 Join date : 29.03.11 Age : 39 Lokasi : Bekasi
| Subyek: Re: [CERPEN] Sekolah di Hati Koko Mon 29 Oct 2012 - 5:14 | |
| thank you, sagi.... | |
|
Sponsored content
| Subyek: Re: [CERPEN] Sekolah di Hati Koko | |
| |
|