Kami adalah penulis, dan kami tidak butuh persetujuan dari siapa pun! |
"Jika ada buku yang benar-benar ingin kamu baca, tapi buku tersebut belum ditulis, maka kamu yang harus menuliskannya." ~ Toni Morrison |
|
| people ~ mohon kritikannya | |
|
+2ilhammenulis khairani mukhlis 6 posters | Pengirim | Message |
---|
khairani mukhlis Penulis Senior
Jumlah posting : 1250 Points : 1309 Reputation : 32 Join date : 13.10.11 Age : 30 Lokasi : padang
| Subyek: people ~ mohon kritikannya Sun 1 Jan 2012 - 0:42 | |
| 1 a call that leads to a new fate Incheon International Airport. South Korea. 11.21am Seorang pemuda dengan dengan kaus berwarna cerah keluar dari terminal kedatangan bandara dengan tergesa. Wajahnya terlihat kesal. Kalau bukan telepon penting nomor ini akan kublacklist, janjinya pada diri sendiri. “Selamat Siang,”, sapanya ramah ketika telepon yang sudah berdering nyaring diangkatnya. “Selamat Siang, kami dari Wood Entertainment, bisa kami meminta anda datang ke kantor kami besok?”, penelpon yang mengaku berasal dari Wood Entertainment menyapanya. Kini, pemuda itu tengah berpikir keras. Apa yang membuatnya diundang datang ke Wood Entertainment segera setelah hari pertama kembalinya ke Korea? Haruskah dia menyuarakan ketidaktahuannya? “Besok? Ah, maaf ingatan saya cepat sekali lupanya, kalau boleh tau untuk apa ya?”, pemuda itu berinisiatif memancing penelponya. “Anda akan tahu besok. Untuk apa anda diundang ke kantor pusat Wood Entertainment, jadi bisa kan besok jam dua siang?”, penelpon itu ternyata tak memberitahukan maksudnya. “Ya, saya akan berusaha untuk datang! Terimakasih!”, Fian menjawab setengah kesal. “Terimakasih, selamat siang!”, penelpon itu memutuskan sambungan. Meninggalkan Fian yang gondok karena kesal. Memutuskan untuk melupakan rasa kesalnya. Fian mendorong trolley yang sedari tadi berada di hadapannya. Sekarang Fian harus memikirkan cara agar dia bisa sampai ke Apartemen. Ya, apartemen yang sudah dijanjikan Ayahnya. Sebelum besok kunjungannya menuju Wood Entertainment. *
Inha University, Incheon, South Korea. 2.12pm. “Ko Sung Hyun..”, bisikan dan gerakan yang berulangkali berusaha dibuat oleh Yoon Ha Yeong agar pemuda yang sedang tertidur lelap di bangkunya terbangun. Ha Yeong gemas melihat pemuda di hadapannya masih saja tertidur lelap. Sementara handphone di hadapan pemuda itu berbunyi nyaring. “Yoon Ha Yeong, apa yang sedang kau lakukan?”, Kim Sa Rang bertanya pada Ha Yeong pelan. Karena dosen mereka baru saja masuk. “Bangungkan temanmu itu sana! Handphonenya berbunyi sedari tadi!”, Ha Yeong mendengus kesal dan membalikkan bangkunya. “Sung Hyun-a, hpmu!”, Sa Rang menunjuk hp milik Ko Sung Hyun dengan matanya. Ketika Sung Hyun bangun dengan gelagapan. “Ada apa?”, tanya pemuda itu setengah sadar. Kim Sa Rang hanya mengangkat bahu. Pertanda tak tahu ada apa dengan hp Sung Hyun yang sedari tadi berdering. Ko Sung Hyun segera keluar pintu melewati pintu belakang. Mengabaikan dosennya yang mulai menerangkan teori-teori tak jelas. Telepon ini jauh lebih penting bagi Sung Hyun. Benar saja, telepon itu mengabarkan kalau dia harus menuju kantor Wood Entertainment besok siang. Impiannya akan menjadi nyata sebentar lagi. Seingat Sung Hyun, hatinya belum pernah sebahagia ini sebelumnya. Rasa kantuk yang tadi menyerangnya menguap entah kemana. * Suwon Samsung Bluewings Stadium, South Korea, 4.10pm. Hujan gerimis baru saja mereda. Pemuda dengan postur tinggi sekitar 180cm bergerak mengambil posisi pemanasan. Kedua telinganya disumpal oleh earset yang sedang mendendangkan lagu dalam beat cepat. Dalam balutan jaket berwarna oranye, pemuda itu menutupkan capuchon jaketnya. Kemudian memulai aktivitas rutinnya. Lari mengelilingi stadium yang menjadi homeground salah satu klub sepakbola terbaik asal negeri ginseng. Kakinya bergerak menyusuri trek lari yang terdapat di pinggir lapangan bola. Belum ada satupun kesibukan yang tampak. Karena pemuda itu tahu pasti jam latihan baru saja berakhir lima belas menit yang lalu. Sesekali kakinya menambah kecepatan. Memacu adrenalinnya untuk terus berusaha berlari sekencangnya. Karena saat itulah ada rasa kepuasan yang menelusup dalam hatinya. Sayangnya, handphone yang berada dalam saku jaketnya bergetar. Membuat langkah kakinya tersendat dan hampir terjatuh. Terpaksa pemuda itu menepi dan memilih untuk mengangkat teleponnya. “Selamat Sore, Kim Jung Woo ssi”, suara ramah yang terlatih menyapa indra pendengarannya. “Ya selamat sore, ada apa?”, Jung Woo heran melihat nomor yang tak dikenali phonebooknya tertera di layar. “Maaf menganggu apapun aktivitas anda, tapi bisakah kami meminta anda datang menuju kantor Wood Management besok jam 2 siang?”, suara ramah perempuan itu memberitahukannya. Ada rasa senang yang tak bisa disembunyikan Jung Woo dalam suaranya. “Besok? Tapi saat ini saya sedang di Suwon. Tapi saya akan berusaha ada disana besok! Terimakasih pemberitahuannya!”, Jung Woo berkata setengah berteriak kesenangan. “Maaf, kami bahkan belum memberitahukan apa-apa kepada anda! Tapi terserahlah, sampai jumpa besok Kim Jung Woo ssi!”, suara ramah itu kemudian memutuskan sambungan. * Choi Residence, Seoul, South Korea. 4.30pm “Ya, ayo.. ayo sedikit lagi. Aahh, meleset!”, Choi Ji Wook membanting stick yang tadi digunakannya untuk bermain PS. Rasa kesalnya ditambah lagi dengan suara ketukan di pintu kamarnya. “Apa?”, teriaknya dari dalam kamar. “Ada telepon tuan, katanya tuan disuruh datang ke Wood Entertainment besok siang jam 2!”, suara seorang pelayan rumahnya memberitahukan informasi kepadanya. “Ya, terimakasih!”, Ji Wook membuka pintu dan membungkuk sedikit demi memberikan ucapan terimakasihnya. “Aku mau bolos sekolah besok, jangan beritahukan Papa!”, teriaknya dari lantai atas. Sementara pelayan tadi sudah sampai di tangga terakhir. Ji Wook mengedipkan sebelah matanya dan mengacungkan jempol. Pelayan itu hanya mengelenggkan kepalanya melihat kelakuan putra bungsu keluarga Choi. Namun kepalanya dianggukkan juga pertanda dia akan menyanggupi permintaan tuan muda yang terkenal suka seenaknya itu | |
| | | khairani mukhlis Penulis Senior
Jumlah posting : 1250 Points : 1309 Reputation : 32 Join date : 13.10.11 Age : 30 Lokasi : padang
| Subyek: Re: people ~ mohon kritikannya Sun 1 Jan 2012 - 0:43 | |
| ini karya saya dan Arin utk ngisi liburan mohon kritikannya semua | |
| | | ilhammenulis Penulis Senior
Jumlah posting : 1114 Points : 1203 Reputation : 18 Join date : 23.07.11 Age : 34 Lokasi : Bandung
| Subyek: Re: people ~ mohon kritikannya Sun 1 Jan 2012 - 16:32 | |
| temanya korea ya.. nyimak yang lain dulu deh | |
| | | khairani mukhlis Penulis Senior
Jumlah posting : 1250 Points : 1309 Reputation : 32 Join date : 13.10.11 Age : 30 Lokasi : padang
| Subyek: Re: people ~ mohon kritikannya Sun 1 Jan 2012 - 19:48 | |
| ia bg, soalnya kan lagi ngehits gtu K pop hehehe insiprasinya bukan dari boyband korea, tp boyband inggris | |
| | | de_wind Penulis Sejati
Jumlah posting : 3494 Points : 3669 Reputation : 52 Join date : 29.03.11 Age : 39 Lokasi : Bekasi
| Subyek: Re: people ~ mohon kritikannya Mon 2 Jan 2012 - 12:50 | |
| ini setting ny di korea? tokoh2ny jg orang korea? klo mnurutku sih bagusny djelasin klo mreka itu lg pake bhs korea... ayooo lanjutkan, raniii.......... | |
| | | khairani mukhlis Penulis Senior
Jumlah posting : 1250 Points : 1309 Reputation : 32 Join date : 13.10.11 Age : 30 Lokasi : padang
| Subyek: Re: people ~ mohon kritikannya Mon 2 Jan 2012 - 14:03 | |
| | |
| | | khairani mukhlis Penulis Senior
Jumlah posting : 1250 Points : 1309 Reputation : 32 Join date : 13.10.11 Age : 30 Lokasi : padang
| Subyek: Re: people ~ mohon kritikannya Mon 2 Jan 2012 - 14:05 | |
| ini part 2 nya - Spoiler:
2 Kesan pertama Wood Entertainment, Seoul, South Korea. 1.46pm Audi hitam tampak berhenti di depan gedung perkantoran berlantai 25. Choi Ji Wook melompat keluar dari mobil itu. “Terimakasih paman! Nanti kukabari lagi ya, ingat jangan beritahu Papa!”, Ji Wook mengedipkan sebelah matanya dan mengacungkan jempolnya. “Dasar anak itu ada-ada saja!”, gumam sopir keluarga Choi seraya menutup pintu mobil dan beranjak menjauh. Choi Ji Wook berjalan riang menuju pintu utama gedung besar di hadapannya yang menjadi pusat perkantoran. Sesekali tangan pemuda berusia enambelas tahun itu bergerak-gerak senada dengan irama yang terdengar di headsetnya. Ji Wook membaca papan pengumuman yang berada di sebelah kanan pintu utama. Memperlihatkan denah lengkap gedung perkantoran. Beserta semua perusahaaan yang bernaung di bawahnya. Matanya menjelajah mencari kumpulan huruf-huruf yang bertuliskan Wood Entertainment. “Lantai lima..”, Ji Wook menggumam sendirian. Kakinya bergerak menuju lantai lift dan kemudian menekan lantai lima. Segera saja lift bergerak menuju lantai lima. Ketika lift membuka di lantai lima, Ji Wook mendapati seseorang yang sudah berdiri di depannya. “Maaf, anda juga ingin mengunjungi Wood Entertainment?”, Ji Wook bertanya pada pemuda di depannya. Pemuda itu tersenyum. “Ya, kau juga ingin kesana? Namaku Ko Sung Hyun, kau?”, pemuda bertopi di hadapannya itu menyapa ramah. “Ah ya, namaku Ji Wook, Choi Ji Wook!”, Ji Wook memperkenalkan dirinya. Ji Wook kemudian mengikuti Ko Sung Hyun yang baru dikenalnya. Pemuda itu merasa kalau Sung Hyun mempunyai daya tarik sendiri. Ada kepercayaan diri dan rasa optimis yang tergambar dari senyum Sung Hyun. Akan sangat baik jika dia harus bekerjasama dengan orang seperti Sung Hyun, pikirnya sendiri. * 1.50pm “Permisi, kami mendapat telepon kalau kami harus datang kesini jam dua siang”, Ko Sung Hyun, memperkenalkan dirinya pada resepsionis yang berada di depan kantor Wood Entertainment. “Maaf nama anda siapa?”, resepsionis berambut pirang itu tersenyum ramah pada Ko Sung Hyun dan Ji Wook. “Ko Sung Hyun dan… tunggu sebentar,”, Sung Hyun melirik pada Ji Wook yang tengah mengamati interior kantor. “Hei namamu siapa? Dia menanyakan namamu!”, Sung Hyun bertanya pelan pada Ji Wook. “Apa?”, Ji Wook bertanya pelan. “Namamu siapa!!”, Sung Hyun mengulangi pertanyaannya dengan nada sedikit kesal. “Jongneun, Choi Ji Wook-imnida!”, Ji Wook yang terkejut mengulangi namanya lengkap-lengkap. Resepsionis di hadapan keduanya tersenyum-senyum. “Ya, baiklah silahkan masuk!”, Resepsionis itu mengeluarkan dua buah kartu nama bertuliskan visitor lalu membukakan pintu. Sung Hyun menerima kedua kartu itu dan memberikan satu pada Ji Wook yang berjalan di belakangnya. Sung Hyun melepas topinya. Memperlihatkan rambutnya yang dicat cokelat. “Ji Wook, kau mau kemana?”, Sung Hyun memperingati Ji Wook yang terus berjalan lurus menuju lorong yang seolah tak berujung tersebut. “Hyung, memangnya kita akan kemana?”, Ji Wook kembali bertanya dengan wajah polos. “Ikuti aku! Kita disuruh menunggu di ruang meeting!”, Sung Hyun menarik paksa tangan Ji Wook yang terlihat pasrah. Pemuda itu tak habis pikir dengan memori ingatan yang dimiliki Ji Wook. * 2.06pm Sialan gue telat. Fian membatin pada dirinya sendiri. Setengah berlari menuruni bus dan menuju kantor Wood Entertainment. Sebenarnya, pemuda itu tak ingin terlambat. Namun apadaya, hampir empat tahun lamanya tak pernah mengunjungi negara tempatnya dilahirkan membuatnya lupa jalan. Betapa cepat berubahnya negara yang terletak di semenanjung Korea ini. Fian menunggu lift dengan tak sabaran. Berulangkali matanya tertuju pada jarum jam tangannya yang berputar menunjukkan bukti autentik. Ya, bukti autentik keterlambatannya. Semoga saja, orang Korea ini masih mentolerir keterlambatan sepuluh menit, Fian kembali membatin pada dirinya sendiri. Kantor Wood Entertainment berada di kiri dari lift yang baru saja dinaikinya. Bersebelahan dengan beberapa law firm, Korea sekuritas, dan beberapa kantor perusahaan besar yang berbasis nirlaba. Fian tak ambil pusing dengan denah yang tertera di depan lift. Pemuda itu mempercepat larinya. “Maaf, saya terlambat!”, ucapnya dengan terengah-engah dan setengah badan membungkuk. Kartu visitor yang harusnya disematkan di bajunya. Malah diselipkan tangannya menuju kantong celana jeansnya. Kedatangannya tentu saja mengundang pandangan menyelidik dari ketiga pemuda lain yang sedang duduk di meja melingkar ruangan meeting. Fian tak ambil pusing. Namun tak ada reaksi yang diperlihatkan dari ketiga orang yang sepertinya berasal dari Wood Entertainment membuatnya ragu. “Silahkan duduk Alfian Pradana!”, seorang wanita berblazer krem dan berkacamata menyuruhnya duduk. Fian menghela napas lega. Fian menghempaskan badannya di sebuah kursi empuk. Tepat disebelah pemuda lain yang sedang memandang serius ketiga orang yang berada di hadapan mereka. Pemuda disebelahnya meliriknya sekilas. Fian hanya tersenyum sopan dan melanjutkan aktivitas yang ditirunya dari pemuda dengan kemeja bergaris itu. Memperhatikan dengan serius. * 2.12pm Alfian Pradana? Jung Woo mengernyitkan dahinya. Mendengar nama yang disebutkan oleh wanita berblazer krem yang memperkenalkan dirinya sebagai Camella Hwang itu. Bukan nama yang familiar oleh telingannya sebagai nama orang Korea maupun barat. Keingintahuannya tentu saja memuncak. Jung Woo menatap penuh selidik pemuda bernama Alfian Pradana yang ternyata memilih tempat duduk di sampingnya. Tepat ketika Jung Woo mulai menjalankan aksi pemuasan rasa ingin tahunya. Fian melirik ke arahnya. Membuat Jung Woo sedikit tepaku. Seperti terpergok akan melakukan sebuah kesalahan. Ketika Fian dengan cepat mengembalikan pandangannya kepada tiga orang yang sedang menerangkan sesuatu. Jung Woo tanpa sadar menghembuskan napas lega. Jung Woo puas mengamati penampilan luar Fian, mengambil kesimpulan singkatnya lalu kembali ke fokus perhatiannya.
| |
| | | de_wind Penulis Sejati
Jumlah posting : 3494 Points : 3669 Reputation : 52 Join date : 29.03.11 Age : 39 Lokasi : Bekasi
| Subyek: Re: people ~ mohon kritikannya Fri 20 Jan 2012 - 1:48 | |
| cuma ada sdikit janggal yg ini : "tepaku. Seperti terpergok akan melakukan sebuah kesalahan" kykny struktur kalimatny kurang pas. mgkin bisa dganti sama : "terpaku seakan sedang dipergoki sedang melakukan sebuah kesalahan." bener gak sih? hehe... sdkit masukan bwt sis rani dan temenny | |
| | | de_wind Penulis Sejati
Jumlah posting : 3494 Points : 3669 Reputation : 52 Join date : 29.03.11 Age : 39 Lokasi : Bekasi
| Subyek: Re: people ~ mohon kritikannya Fri 3 Feb 2012 - 22:59 | |
| mana nih lanjutanny | |
| | | khairani mukhlis Penulis Senior
Jumlah posting : 1250 Points : 1309 Reputation : 32 Join date : 13.10.11 Age : 30 Lokasi : padang
| Subyek: Re: people ~ mohon kritikannya Fri 3 Feb 2012 - 23:57 | |
| gak sabaran yah mba ni lanjutan ny P3 - Spoiler:
3 Tadaa.. PEOPLE is formed!
“Selamat Siang semuanya, Saya Camella Hwang kami dari Wood Entertainment sudah memutuskan,”, Camella menggantung kalimatnya. Membuat beberapa orang menahan napas penasaran. “Bahwa kalian Choi Ji Woo, Ko Sung Hyun, Kim Jung Woo dan Alfian Pradana akan bersama-sama dalam sebuah boyband!”, Camella Hwang tersenyum pada keempat pemuda yang tengah memperhatikannya dengan serius. “Kalian akan bersama-sama untuk ditraining selama beberapa bulan ke depan! Karena kami ingin menampilkan yang terbaik dari kalian sebelum kalian debut! Apakah ada yang merasa keberatan?”, Camella melemparkan pertanyaan kepada keempat pemuda di hadapannya. Fian mengacungkan tangannya. “Ada apa Alfian?”, Camella mempersilahkan Alfian untuk menyuarakan pendapatnya. “Saya, belum mengerti bagaimana saya bisa terpilih! Rasanya saya tak mengikuti audisi apapun untuk ini, kenapa tiba-tiba saya yang dipilih?”, Fian menyuarakan pikirannya. Giliran pria yang duduk di tengah mengambil mikrofon untuk menjawab pertanyaan Fian. “Kau mungkin tak sadar, tetapi kami menerima video yang kau kirimkan dulu! Berdasarkan itulah kami menyimpulkan kalau kau berhak diterima menjadi salah satu dari boyband ini!”, pria itu tersenyum pada Fian. “Nama saya Jang Jung Hyun, saya adalah pemimpin Wood Entertainment!”, tutupnya sambil tersenyum ramah. Fian hanya bisa terdiam mendengar kata-kata pemimpin Wood Entertainment. Pikirannya menerawang. Mengingat bagaimana dulu, hampir setahun yang lalu. Dia pernah mengirimkan sebuah video berdurasi dibawah sepuluh menit. Yang bercerita tentang dirinya, keunggulannya dan kemampuannya dalam bermusik. Lama tak ada kabar yang diterimanya, ternyata ini adalah kelanjutan dari video itu. Fian hanya bisa tersenyum simpul menanggapinya. Sesuatu yang telah dilupakannya ternyata menjelma menemuinya hari ini. * “Sekarang, kami memberikan kebebasan kepada kalian untuk menentukan nama grup yang akan kita bentuk ini!”, Jang Jung Hyun membuka mulut setelah menyesap teh hangat yang terhidang di depannya. “Nama grup?”, Ko Sung Hyun mengulang pelan. Ketiga temannya yang lain serempak menoleh ke arahnya. “Ko Sung Hyun ssi, kau ada usul?”, Camella Hwang tersenyum manis ke arahnya. Sung Hyun menggaruk kepalanya yang tak gatal. Tak ada usul yang berputar di benaknya saat ini. Informasi yang baru saja diterimanya ini membuat hatinya girang tak kepalang. Dengan berat hati Sung Hyun akhirnya menggelengkan kepalanya. Sung Hyun melirik ketiga temannya yang duduk di sisi kirinya. Choi Ji Wook hanya terdiam sambil sesekali berusaha memejamkan matanya. Kemungkinan besar pemuda itu sudah tertidur atau dalam perjalanan menuju tidurnya. Sementara Kim Jung Woo hanya diam dan manggut-manggut. Ada probabilitas dia sedang berpikir. Alfian Pradana yang duduk di paling kiri, hanya memandang gelas yang berisi cola dingin. Entah apa yang sedang berputar dalam otaknya. Intinya, mereka semua seperti tak punya ide tentang nama yang akan diberikan pada grup mereka. Jang Jung Hyun membiarkan keempat calon bintang barunya itu berpikir. Larut dalam dunia mereka sendiri sementara. Walau tampaknya tak peduli, mungkin saja ada ide segar yang tercetus dari benak keempat pemuda yang dipilih untuk direkrut oleh Wood Entertainment. Keempat pemuda beruntung yang telah menyisihkan beribu-ribu orang lain dengan pengharapan sama. * Ji Wook membuka matanya, kemudian bibirnya bergerak merapal sesuatu dalam volume sedang. “P-E-O-P-L-E”, sebutnya. Ketiga temannya sontak menoleh ke arahnya. Ji Wook yang terkejut hanya bisa tersenyum dan mengangkat dua tangannya membentuk huruf V. “Ada apa? Aku hanya memberikan usul, nama band kan?”, Ji Wook melontarkan pertanyaan tak yakin. Jang Jung Hyun bertepuk tangan. “Choi Ji Wook, sepertinya itu usul nama yang bagus!”, balasnya mengapresiasi usul Ji Wook. Ji Wook kembali tersenyum. Pemuda itu merasa senang karena usulnya diapresiasi. “People itu bahasa inggris, orang, masyarakat seperti itulah”, terangnya singkat. Perlahan kepala Ji Wook dijitak pelan oleh Sung Hyun yang duduk di sebelahnya. “Hyung, ada apa?”, Ji Wook bertanya pada Sung Hyun yang terlihat sedikit kesal. “Aku tahu artinya Ji Wook! Terimakasih! Dan sejak kapan aku menjadi Hyung-mu?”, Sung Hyun menggeram kesal. Ji Wook yang tak bisa membalas apa-apa hanya melipat kedua tangannya dan tak lagi menoleh ke arah Sung Hyun. Rasa kesal kini berbalik ada padanya, dan dia akan membalaskan rasa itu pada Sung Hyun. Harus. * Jung Woo terdiam mendengar usulan Ji Wook. Meskipun dia mempunyai usulan lain. Tapi tak ada salahnya usulan Ji Wook dicoba. Hanya saja sebuah filosofi tentu perlu mengiringi nama. Pemuda itu merasa kalau Ji Wook hanya memberitahukan apa yang terasa olehnya. Kata pertama yang melintas dalam pikirnya. Tanpa memikirkan filosofi dibalik nama yang dilontarkannya. Jadilah Jung Woo berusaha memeras otaknya sedikit demi menemukan filosofi PEOPLE. Ketimbang bersusah payah melontarkan nama Tazmania yang dikonversikannya menjadi tulisan pada kertas kecilnya. Tulisan yang diketahuinya dilirik Fian dengan pandangan ingin tahu. “PEOPLE, nama yang diusulkan Choi Ji Wook sangat bagus. Namun saya yakin tak ada filosofi yang bisa dilontarkan Ji Wook dari ide briliannya barusan!”, Jung Woo berbicara tiba-tiba. Menghentak ketiga petinggi Wood Entertainment di hadapannya. “Kim Jung Woo ssi? Kau punya usulan lain? Atau kau ingin melontarkan filosofinya?”, giliran Camilla Hwang yang angkat bicara. “PEOPLE, karena kita, kami semua adalah representasi dari semua orang. Bukan hanya diri sendiri, dengan karakter yang berbeda. Kami adalah representasi kehidupan masyarakat. Bukankah itu makna PEOPLE?”, Jung Woo menjawab tuntas pertanyaan Camilla seulas senyum puas menghiasi wajahnya. Jung Woo melirik Ji Wook yang terdiam mendengar usulan filosofinya. “Keren Hyung!”, hanya itu yang kemudian terlontar dari bibir Ji Wook. * “Okay, karena saya masih punya acara lain, bersama Camilla dan Mr. Park! Jadi, untuk saya setuju usulan Choi Ji Wook!”, Jang Jung Hyun tersenyum sekilas kemudian melanjutkan, “Untuk hari ini kalian bisa pulang atau ingin berkenalan dulu silahkan! Beberapa hari lagi kami akan mengontak kalian untuk tinggal bersama dan memulai training”, Jang Jung Hyun mengakhiri penjelasannya. “Mr. Park, Park Eun Byul akan bertanggung jawab terhadap kalian. Dia yang akan menjadi manajer kalian!”, Jang Jung Hyun menambahkan. Menunjuk pria yang berada disebelahnya. “Saya Park Eun Byul, senang bertemu dengan kalian!”, sapanya ramah. Keempatnya menjawab hampir bersamaan. “Annyeonghaseyo Park Eun Byul ssi, mohon kerjasamanya!”, kemudian serentak menundukkan kepala pertanda hormat. “Terimakasih atas kehadiran kalian siang ini! Semoga kita bisa bekerjasama dengan baik! Ya, satu lagi. Kalian tidak hanya akan berempat. Ada satu lagi yang akan bergabung ke dalam PEOPLE!”, Camilla memberitahukan dan kemudian meninggalkan ruangan diikuti oleh kedua rekannya yang lain. * Keempatnya mencari kesibukan sendiri karena tak tahu apa yang harus dilakukan. Ji Wook mulai mengeluarkan Samsung tab miliknya dan memilih satu game kesukaanya. Jung Woo berdiri dan membuka jendela. Memandangi jalan besar di depannya dari lantai lima gedung bertingkat dua puluh ini. Sung Hyun menaikkan kakinya ke atas meja. Menurunkan sandaran kursinya, menopangkan kedua tangannya untuk menjadi bantal dan bersiap memejamkan mata. Fian mengotak-atik handphonenya dengan tujuan yang tak jelas. “Aww!!”, Sung Hyun menjerit ketika kepalanya jatuh menghantam lantai. Ketiga temannya sontak tertawa bercampur terkejut. Sung Hyun bangkit sambil mengelus-elus bagian belakang kepalanya. Firasatnya mengatakan kalau Choi Ji Wook adalah tersangka yang harus dicurigainya. “Ji Wook, kau benar-benar berandalan kecil!”, Sung Hyun berujar kesal. Sementara Ji Wook berdiri mendekat ke arah Jung Woo dan memeletkan lidahnya. “Kita impas Hyung!”, balasnya kemudian. \ *
| |
| | | de_wind Penulis Sejati
Jumlah posting : 3494 Points : 3669 Reputation : 52 Join date : 29.03.11 Age : 39 Lokasi : Bekasi
| Subyek: Re: people ~ mohon kritikannya Sun 5 Feb 2012 - 2:35 | |
| - Quote :
- Ada probabilitas dia sedang berpikir
klo mnurutku kata "probabilitas" di sini kurang cocok deh ran..soalny trlalu "sci-fi" trus, ada bagusny klo istilah2 itu ditandain trus dijelasin dbagian akhir bab... soalny aku gak ngerti sm istilah2 korea... pling2 nebak kyk ssi : tuan/pak/mas ( ) hyung apa artiny? | |
| | | aden Penulis Pemula
Jumlah posting : 91 Points : 108 Reputation : 1 Join date : 01.12.11 Age : 33 Lokasi : Yogyakarta
| Subyek: Re: people ~ mohon kritikannya Sun 5 Feb 2012 - 5:30 | |
| Lebih enak dikasih footnote nggak sih? Tentang arti kata Korea gitu. Saya juga nggak terlalu paham ttg Korea jeh...
@khairani: next-nya mana? mau baca lagi dooong boleh g? | |
| | | khairani mukhlis Penulis Senior
Jumlah posting : 1250 Points : 1309 Reputation : 32 Join date : 13.10.11 Age : 30 Lokasi : padang
| Subyek: Re: people ~ mohon kritikannya Sun 5 Feb 2012 - 19:14 | |
| | |
| | | khairani mukhlis Penulis Senior
Jumlah posting : 1250 Points : 1309 Reputation : 32 Join date : 13.10.11 Age : 30 Lokasi : padang
| Subyek: Re: people ~ mohon kritikannya Sun 5 Feb 2012 - 19:18 | |
| tks buat kritikan ni masih dlm bntuk asli tanpa edit sana- sini buat mba aden, hehehe - Spoiler:
4 Our Home
Gyeonggi-do, Seoul district. South Korea. 11.10pm “Hyung, ini kamarku!”, suara Ji Wook jelas membahana ke seluruh rumah kecil dengan enam buah kamar. Rumah yang berlantai dua, dengan disain minimalis. Dilengkapi fasilitas lengkap adalah fasilitas yang diberikan oleh Wood Entertainment kepada para pesonil PEOPLE. Keempatnya baru saja datang dengan barang bawaan yang berbeda-beda. Choi Ji Wook datang dengan barang bawaan yang hampir menyamai barang yang ada di rumah itu sendiri. Diantarkan oleh beberapa mobil dan diiringi omelan panjang lebar via telepon oleh Ayahnya. Ji Wook tak peduli dengan omongan Ayahnya. Satu hal yang membuatnya senang adalah dia akan hari-hari penuh penantian itu akan segera berakhir. Ji Wook sudah terlalu muak menunggu setiap waktu makan agar bisa bersama dengan kedua orang tuanya. “Terserah kau!”, balas Sung Hyun dari bawah. * 2.10pm Pembagian kamar akhirnya selesai juga. Melalui perdebatan panjang antara Sung Hyun dan Fian yang sama-sama menginginkan kamar di arah barat lantai dua. Namun Sung Hyun akhirnya mengalah, karena melihat potensi bahaya disana. Kamar yang diperebutkan itu bersebelahan dengan kamar milik Ji Wook yang sedari tadi sudah memberikan sinyal bahaya miliknya. Sung Hyun tak ingin terlibat keusilan ala Ji Wook yang tak terduga. Sung Hyun bergerak ke arah dapur. Mencari sesuatu yang bisa dimakan. Perutnya sudah keroncongan sedari tadi. Ternyata bukan hanya dirinya yang berpikiran sama. Jung Woo terlebih dahulu ada disana. Wajah tampannya sudah terlihat segar, bau shampoo menguar dari rambutnya yang basah. Tentulah pemuda itu baru saja mandi, kesimpulan yang berhasil ditarik Sung Hyun. “Jung Woo, kau sedang masak apa? Kenapa tak gandakan porsinya untukku sebelum kedua pengacau itu datang kemari!”, Sung Hyun bergerak mendekati panci yang sedang digunakan Jung Woo untuk memasak. “Boleh saja, asal kau membantuku!”, sahut Jung Woo mengajukan syarat. “Okay, lets cook, we’re cook now!”, Sung Hyun berteriak keras. “Kau hanya akan mengundang perhatian Fian dan Ji Wook, dan Sung Hyun bahasa inggrismu parah!”, balas Jung Woo terkikik pelan. “Apa katamulah! Perutku lapar, dan sejak kapan aku dan kau berumur sama?”, Sung Hyun berkacak pinggang. “Jadi aku harus ikut memanggilmu Hyung seperti Ji Wook dan Fian, Ko Sung Hyun ssi?”, Jung Woo bertanya pada Sung Hyun yang masih berkacak pinggang. “Jelas! Kau harus memanggilku Hyung, karena aku takut kalau kau memanggilku Oppa, atau Nuna! Sudah-sudah, lanjutkan saja masakmu!”, Sung Hyun mengakhiri gurauan singkat mereka. “Ah, Hyung, padahal aku berencana akan memanggilmu Onni! Jauh lebih baik kan?”, gurau Jung Woo. “Seingatku aku masih Pria Kim Jung Woo ssi!”, Sung Hyun membalas tajam. Sung Hyun kemudian melanjutkan acara masak-memasak yang dimulai oleh Jung Woo. Sebenarnya Jung Woo hanya merebus ramen dan kini bersiap memakannya. Sung Hyun memulai aktivitas pencarian kimchi disegala sudut dapur. Dia bergerak memeriksa satu laci ke laci lain demi menemukan kimchi yang dicarinya. Karena baginya kimchi adalah salah satu hidangan wajib. Untuk dihidangkan bersama mi ramen panas. “Jung Woo-hyung! Terimakasih ramennya, enaakk”, Ji Wook mengacungkan jempolnya pada Jung Woo yang membalas dengan anggukan. “Sung Hyun-hyung itu kimchinya!”, Ji Wook menunjuk kotak makanan berisi kimchi diatas meja. “Jung Woo, kenapa ramenku dimakan Ji Wook?”, Sung Hyun protes pada Jung Woo yang diketahuinya adalah sia-sia. “Masak sendiri sana!”, Jung Woo menyuruh Sung Hyun yang hanya bisa mengumpat pelan. Kelakuan Ji Wook terlalu berharga untuk tidak dibalas. “Hyung, aku masih lapar!”, teriak Ji Wook dari ruang tamu. Hampir saja Sung Hyun menyiapkan spatula. Kalau-kalau bocah dengan embel tuan muda keluarga Choi itu bergerak menuju dapur. * 4.50pm Fian memperhatikan Jung Woo yang sedang berlari mengelilingi halaman belakang. Meski tak luas. Sepertinya Jung Woo menikmati pemandangan yang disuguhkan halaman belakang rumah. Apalagi dengan trek lari yang disiapkan seadanya. Tentu saja hati sportsman yang sedang diperhatikan Fian itu senang tak kepalang. “Fian lari!”, ajak Jung Woo disela-sela desahan napasnya. Fian memilih untuk mengikuti ajakan Jung Woo. Menutupkan capuchon jaket putih yang sedang dipakainya dan berlari disamping Jung Woo. Ketika hitungan sampai pada putaran keduabelas untuk Fian. Pemuda itu menyerah. Napasnya sudah satu-dua. Kerongkonganya kering. Jung Woo tentu saja tergelak puas. Karena Fian tak sanggup untuk melanjutkan putaran berikutnya. “Jung Woo-hyung besok-besok pikirkan cara lain untuk menyiksa kakiku ya!”, ucap Fian dengan napas terbata. Mengumpulkan segenap tenaga yang masih tersisa, Fian berjalan menuju dapur mencari air. Sebuah gelas besar diisi Fian penuh-penuh dengan air putih. Meminumnya dengan kecepatan yang bisa disamakan dengan kecepatan cahaya. Kerongkongannya sudah menuntut untuk diisi oleh siraman air berikutnya. Rumah ini benar-benar penuh orang gila. Fian mengira Sung Hyun-hyung, dan Ji Wook saja yang kewarasannya terganggu. Ternyata Jung Woo-hyung jauh lebih psikopat dari keduanya. * 6.47pm Jung Woo menutup pintu belakang. Senja perlahan menua. Membuat gelap kini melingkupi langit di halaman belakang sepenuhnya. Jung Woo bergerak menuju ruang musik yang berada di lantai dua. Sudah lama tangannya tak memainkan alat musik. Ada dorongan kuat dalam hatinya untuk bermain musik. Ruang musik itu masih kosong ketika Jung Woo masuk. Lampunya saja bahkan belum dinyalakan. Jung Woo menyalakan lampu dan duduk mengambil sebuah gitar. Memilih duduk di ujung ruangan yang mengarah ke jendela. Dan mulai bernyanyi. Suara bass Jung Woo memenuhi ruangan. Menyanyikan beberapa lagu yang hatinya ingin dinyanyikan. Jung Woo tak peduli, karena hanya dengan bernyanyilah suasana hatinya bisa membaik. Jung Woo ingin sekali memberitahukan apa yang telah dicapainya pada Ibunya. Tapi sepertinya wanita itu lebih peduli dengan dering telepon dari rekan bisnisnya ketimbang anak sulungnya. “Hyung… aku sudah mencarimu kemana-mana! Ternyata kau disini! Cepat kebawah, ada makanan dan anggota baru!”, Ji Wook melongokkan kepalanya dari pintu, mendapati siluet Jung Woo yang tengah bersandar di dinding. “Anggota baru?”, Jung Woo mengernyitkan dahinya. Tak yakin kalau akan ada lagi yang bergabung bersama mereka. “Ayo turun Hyung, Park Eun Byul ssi sudah berencana akan naik dan menyusulmu kalau kau tak turun!”, Ji Wook berkata kemudian menghilang dari depan pintu. Jung Woo perlahan bangkit dari duduknya, meletakkan gitar di tempatnya semula, mematikan lampu dan bergerak turun. Perutnya sudah lapar lagi, berlari tadi menguras staminanya. Jung Woo hanya berharap kalau apapun makanan yang terhidang di bawah terhidang dalam porsi besar. * 7.20pm Pemuda dengan tinggi 185cm berdiri tegak disebelah Park Eun Byul. Pemuda itu mengenakan kemeja tebal dengan kaus di dalamnya. Wajah eropanya terlihat jelas dan mencolok, namun dalam wajah eropa itu ada percampuran Asia dalam gurat wajahnya. Pandangannya tajam, bola matanya berwarna kebiruan. “My name is Rhysen Summer I’m from Germany!”, kenalnya pada ketiga pemuda yang kini sedang menatapnya penuh selidik. “I can’t speak Korean at all, but I can speak German, English and Japanese well!”, tambah Rhysen sambil tersenyum. Rhysen melihat seseorang turun dari tangga dan segera duduk disebelah pemuda berkaus putih. “Sorry, Mr. Park!”, ucap pemuda itu pada Park Eun Byul yang masih berdiri di sebelahnya. “No problem at all! Kids kalian semua harus bantu Rhysen untuk menyesuaikan diri! Ini ada pizza dan beberapa minuman! Jangan lupa besok latihan sudah dimulai, Ji Wook kau bisa ke sekolah dulu!”, Park Eun Byul memberikan pengarahan pada kelima pemuda yang kini tergabung dalam PEOPLE itu. “Wah, Gamsahabnida Park Eun Byul ssi!”, Ji Wook menjawab kegirangan. “Ya, Ada mobil yang saya tinggalkan di garasi untuk kalian pakai ke tempat training, Jung Woo kau saja yang bawa! Saya permisi dulu, nanti kalau ada masalah silahkan saja hubungi saya lagi! Selamat bersenang-senang!”, Park Eun Byul menutup pengarahannya dan beranjak keluar rumah. Rhysen memandangi keempat pemuda yang kini duduk di hadapannya. “My name is Jung-Woo Kim! Nice to meet you Rhysen Summer! Hope you can adapt well with us!”, Jung Woo membuka pembicaraan. Mengenalkan diri secara formal pada Rhysen. “Sung-Hyun Ko, call me Sung Hyun-hyung!”, Sung Hyun mengambil alih pembicaraan mengenalkan dirinya. Dengan bahasa Inggris sesedikit mungkin. “Alfian Pradana, call me Fian! Im eighteen! Nice to meet you Rhys!”, Fian mengenalkan dirinya setelah Sung Hyun. Rhysen tersenyum. “Ji Wook!”, sebut Ji Wook keras-keras. Hanya itu yang disebutnya. “Let’s eat!”, tambahnya kemudian dan menyerbu pizza. “Makan Rhys!”, tawar Jung Woo padanya. Rhysen menggeleng. Satu hal yang diinginkannya hanyalah tidur. Perjalanan dari Frankfurt menuju Seoul bukanlah perjalanan singkat. *
| |
| | | de_wind Penulis Sejati
Jumlah posting : 3494 Points : 3669 Reputation : 52 Join date : 29.03.11 Age : 39 Lokasi : Bekasi
| Subyek: Re: people ~ mohon kritikannya Tue 7 Feb 2012 - 7:38 | |
| - Spoiler:
Dilengkapi fasilitas lengkap adalah fasilitas yang diberikan oleh Wood Entertainment kepada para pesonil PEOPLE
Satu hal yang membuatnya senang adalah dia akan hari-hari penuh penantian itu akan segera berakhir
klo mnurutku dua kalimat di atas rada janggal...kurang pas struktur kalimatny...CMIIW - aden wrote:
- Lebih enak dikasih footnote nggak sih? Tentang arti kata Korea gitu. Saya juga nggak terlalu paham ttg Korea jeh...
@khairani: next-nya mana? mau baca lagi dooong boleh g? bener...nnt klo udh publish anak2 SP minta satu buku gratisny ya...wkwkkk... [quote="khairani mukhlis"] - de_wind wrote:
sbenernya saya jg kurang paham mengenai korea, ttp krn punya teman K POP, jd sdikit2 ngerti plus sering2 nongkrong dpn tv nonton drama korea
hyung itu sebutan kakak buat anak laki2 | |
| | | khairani mukhlis Penulis Senior
Jumlah posting : 1250 Points : 1309 Reputation : 32 Join date : 13.10.11 Age : 30 Lokasi : padang
| Subyek: Re: people ~ mohon kritikannya Wed 8 Feb 2012 - 1:05 | |
| brebes deh mba
ngomong2 ga da yah anak SP yg nongol jam seginian??
Sepi | |
| | | de_wind Penulis Sejati
Jumlah posting : 3494 Points : 3669 Reputation : 52 Join date : 29.03.11 Age : 39 Lokasi : Bekasi
| Subyek: Re: people ~ mohon kritikannya Sat 11 Feb 2012 - 4:17 | |
| hmmm...biasany start jam2 pagi ran...tp kdng2 jam 12 jg udh nongol sih...wktu bebas tak terganggu... | |
| | | khairani mukhlis Penulis Senior
Jumlah posting : 1250 Points : 1309 Reputation : 32 Join date : 13.10.11 Age : 30 Lokasi : padang
| Subyek: Re: people ~ mohon kritikannya Sat 11 Feb 2012 - 16:01 | |
| - de_wind wrote:
- hmmm...biasany start jam2 pagi ran...tp kdng2 jam 12 jg udh nongol sih...wktu bebas tak terganggu...
hohoho | |
| | | arinrahadian Pendatang Baru
Jumlah posting : 15 Points : 17 Reputation : 0 Join date : 27.10.11 Age : 29 Lokasi : Padang, Indonesia
| Subyek: Re: people ~ mohon kritikannya Fri 24 Feb 2012 - 15:53 | |
| ah nge-post people disini. tapi bagus deh biar ada masukan. | |
| | | khairani mukhlis Penulis Senior
Jumlah posting : 1250 Points : 1309 Reputation : 32 Join date : 13.10.11 Age : 30 Lokasi : padang
| Subyek: Re: people ~ mohon kritikannya Fri 24 Feb 2012 - 15:57 | |
| - arinrahadian wrote:
- ah nge-post people disini. tapi bagus deh biar ada masukan.
hahahha begitulah, project yg masih baku, tannpa ada editan sana sini kacau mikirin circle | |
| | | arinrahadian Pendatang Baru
Jumlah posting : 15 Points : 17 Reputation : 0 Join date : 27.10.11 Age : 29 Lokasi : Padang, Indonesia
| | | | lika Penulis Muda
Jumlah posting : 203 Points : 217 Reputation : 4 Join date : 16.02.12
| Subyek: Re: people ~ mohon kritikannya Sat 25 Feb 2012 - 12:52 | |
| Keren... baru baca yg depannya, krna menggunakan nama2 korea hrs konsentrasi untk membacanya, aku mudah lupa nama2 yg asing, jd agak bingung | |
| | | khairani mukhlis Penulis Senior
Jumlah posting : 1250 Points : 1309 Reputation : 32 Join date : 13.10.11 Age : 30 Lokasi : padang
| Subyek: Re: people ~ mohon kritikannya Sat 25 Feb 2012 - 17:01 | |
| - lika wrote:
- Keren... baru baca yg depannya, krna menggunakan nama2 korea hrs konsentrasi untk membacanya, aku mudah lupa nama2 yg asing, jd agak bingung
tks sis lika sebenernya idenya krn aku dan penulis satunya terinsiprasi sama boyband inggris ia, krn ga da kerjaan, makanya bikin ginian | |
| | | khairani mukhlis Penulis Senior
Jumlah posting : 1250 Points : 1309 Reputation : 32 Join date : 13.10.11 Age : 30 Lokasi : padang
| Subyek: Re: people ~ mohon kritikannya Sat 25 Feb 2012 - 23:07 | |
| chapter selanjutnya - Spoiler:
5 When we’re together
Wood Entertainment, 5th floor. 04.21pm Fian mengelap keringat yang mengucur deras dari tubuhnya. Semua badannya sudah lengket dan basah. Pemuda itu ingin mandi dan membersihkan badannya. Tapi apa dayanya, latihan hari ini belum selesai. Fian mengambil sebotol air mineral dari dalam kardus yang tersedia. Menenggak separuhnya dan meletakkannya di ujung ruangan. Rhysen segera menghabiskan sisanya. Kemudian tersenyum padanya. “Miannhe..”, ucap Rhysen dalam aksen yang masih lucu. Fian mengangguk. Hampir lima bulan mereka bersama. Menikmati kegilaan dan menyelami personal masing-masing personil. Menjadi dekat dengan beragam perbedaan karakter yang ada. Fian menjadi senang tergabung dalam kelompok ini. Mengenal Sung Hyun-hyung yang ceria dan ceplas-ceplos. Ji Wook yang jail dan terkadang lemot. Jung Woo-hyung perfect guy yang dewasa. Dan Rhysen bule jepang nyasar yang terkadang keidiotannya melebihi mereka semua. Fian bangkit berdiri, trainer dance mereka sudah memulai aba-aba kalau latihan akan kembali berlanjut. Dalam hati Fian menghitung keempat temannya yang lain. Sung Hyun-hyung adalah satu-satunya personil yang belum ada. Ketiga temannya yang lain sudah lama memaklumi kelemahan Sung Hyun yang satu itu. Fian hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Sung Hyun yang belum juga berubah itu. “Fian, take Sung Hyun role this time!”, Jaz trainer dance mereka memberi perintah pada Fian. Pemuda itu mengangguk mengambil barisan nomor dua dari depan. Tepat dibelakang Jung Woo, dance machine mereka. Beat yang mengalun perlahan semakin cepat. Dengan gerakan yang sudah dihafalnya, Fian menggerakan badannya. Mengikuti irama yang mengalun. Membawa dirinya merasa bebas dan lepas. “Enough this time, you may rest!”, tutup Jaz tepat setelah lagu selesai dan dia bertepuk tangan. “Good job all!”, Jaz menambahkan senang. * 05.00pm Ko Sung Hyun masih mendekap mug yang kini sudah kosong. Pemuda itu tahu sudah hampir setengah jam yang lalu dance training berakhir. Sudah yang keberapakali pulalah dia menghilang dari training yang benar-benar menjadi kelemahannya itu. Pikirannya masih menerawang. Jauh dari Seoul. Menuju Hwasun, kota kelahirannya. Sung Hyun tahu, tak ada yang bisa menemukannya disini. Kecuali satu orang. Orang yang memberitahunya tempat seperti ini. Di lantai teratas gedung perkantoran ini. Sung Hyun merasa tenang, sekaligus khawatir. Handphonenya berdering ketika dia berada di ruangan dance tadi. Ayahnya menelpon. Mempertanyakan nilai semesternya yang hancur. Tentu saja pemuda itu tak akan menjawab yang sebenarnya. Karena Ayahnya akan marah besar dan melarangnya untuk menggapai impiannya. Pilihan yang ditawarkan untuk berhenti kuliah dan fokus di dunia entertainment juga tak mungkin diambil Sung Hyun. Dia tak ingin Ayahnya marah besar dan membuat kondisi kesehatan Ibunya memburuk. Tidak, Sung Hyun tak berani melakukan hal seperti itu. Satu-satunya jalan sementara ini adalah berdiam diri. Mungkin dia harus mengatakan yang sebenarnya, tapi tidak sekarang. “Ko Sung Hyun-hyung”, suara bass yang dikenalnya milik Jung Woo menyapanya. “Ada apa Jung Woo?”, jawabnya setelah menarik napas panjang. “Latihan sudah berakhir, kau mau kursus singkat lagi malam ini?”, tawar Jung Woo berbaik hati. Sung Hyun tersenyum. “Terserah kau sajalah! Aku ingin mandi dulu!”, Sung Hyun melarikan pikirannya. Meninggalkan Kim Jung Woo sendirian di tempat yang hanya mereka berdua yang tahu. “Hyung… mugnyaa!”, Jung Woo berteriak sambil mempercepat gerak larinya. Mengejar Sung Hyun yang sudah menjauh. * Rhysen mendengarkan dengan seksama perdebatan kecil antara Ji Wook dan Fian. Keduanya berdebat karena pertanyaan Rhysen. Pemuda itu tak habis pikir kenapa Ji Wook suka sekali membawa perdebatan yang tak penting. Dan Fian malah meladeni Ji Wook. Padahal Rhysen sudah tak mengerti kemana mereka bawa jawaban dari pertanyaannya itu. Itulah sebabnya Rhysen lebih senang kalau Jung Woo-hyung yang mengajarinya. Ketimbang Ji Wook ataupun Fian yang suka berdebat dulu sebelum menjawab. Atau malah berkelahi tak jelas dan mengabaikannya yang sudah tak mengerti. Jung Woo seperti punya cara sendiri untuk mengajarkan bahasa Korea kepadanya. “I’m sick of it! You just debate by yourself!”, Rhysen berkata muak. Fian yang menyadari kelakuan childish miliknya dan Ji Wook segera terdiam. Debat keduanya ditutup dengan tidak selesai. “Miannhe, Rhys! Just ask Jung Woo-hyung!”, Fian mengambil sikap. Mengakui kesalahannya dan memberikan opsi lain. “Jung Woo-hyung, Sung Hyun-hyung! Ayo pulang!”, Ji Wook berujar ceria ketika melihat Sung Hyun dan Jung Woo muncul hampir bersamaan. “Mandi dulu!”, Sung Hyun menjawab permintaan Ji Wook. Membuat Rhysen yang sudah berdiri duduk kembali. Rhysen yang menghempaskan tubuhnya kembali di sofa, melirik Ji Wook yang kini sibuk dengan galaxy tab. Melakukan hal yang biasa dilakukannya ketika sedang bosan. Fian mengacak-acak rambutnya. Seperti sedang berusaha mengeringkan rambutnya yang masih basah. Rhysen merasa terlalu banyak yang berbeda. Asia dan Eropa, walau Rhysen tau hanya satu orang yang menangkap culture crash yang dirasanya. Karena yang lainnya selalu merasa kalau bocah eropa sepertinya mampu beradaptasi dengan baik disini, Korea Selatan. Hanya dia orang yang mampu menangkap betapa sulitnya bagi Rhysen untuk menyesuaikan diri, dan dia jugalah orang yang mampu membantu Rhysen menyesuaikan diri. Kim Jung Woo-hyung. * Ji Wook merasa beberapa bulan ini dirinya seperti menemukan keluarga baru. Meski dia tak pernah bermasalah dengan keluargannya. Tetapi melihat jadwal padat Ayah dan Ibunya kesana kemari tanpa pernah memperhatikan dirinya. Ji Wook merasa sendirian. Choi Ji Eun dan Choi Sang Joon kedua kakaknya sibuk dengan dunianya masing-masing. Ji Eun sibuk dengan urusan bisnis. Karena Ji Eun memang mengikuti jejak kedua orang tua mereka. Sementara Sang Joon sibuk dengan urusannya di rumah sakit. Karena hyungnya itu adalah seorang dokter. Ji Wook merasa para personil PEOPLE yang lain sebagai keluargannya. Sung Hyun-hyung yang ceria, santai, dan merupakan seteru abadinya. Jung Woo-hyung yang serius dan selalu punya cara sendiri untuk membantu personil yang lain. Fian yang seringkali berdebat dengannya tetapi paling hafal makanan kesukannya. Rhysen yang dingin, tapi sangat pandai menempatkan diri. Membuat Ji Wook merasa menemukan keluarga barunya. Rumah barunya, bukan lagi di Choi Residence namun di rumah PEOPLE. Ji Wook mematikan galaxy tabnya tak ada gunanya bermain permainan membosankan. Apalagi disaat dirinya ingin menggebuk drum sepuasnya. Menghentakkan tubuhnya dengan melodi drum yang lama tak dilakukannya. Ji Wook menuju ruangan musik yang terletak agak ke belakang. Membiarkan Fian dan Rhysen hanyut dalam pikirannya masing-masing. Ruangan musik tak terkunci. Ada beberapa kertas partitur yang berserakan disana. Beberapa lembar kertas seperti dirobek paksa dari buku partitur. Ji Wook meratakan kertas yang telah diremukkan tersebut. Kemudian hatinya tergerak mengkonversikan partitur yang telah bertulis tersebut ke dalam alunan piano. Perlahan-lahan Ji Wook meresapi nada yang telah ditulis oleh entah siapa itu. Lagu yang bagus, batinnya pada diri sendiri. Ji Wook mengambil stik drum yang tergantung di belakang pintu. Mengingat ingat melodi yang berada di kertas partitur tadi. Membiarkan refleks tangannya mengikuti apa yang dirasanya. Ji Wook menghentak drum pelan, mengikuti emosi yang coba disampaikan oleh nada-nada yang terangkai tanpa sempat diselesaikan itu. Ji Wook menyanyikan kata-kata yang dirasanya tepat merepresentasikan emosi yang dibawa oleh lagu itu. Tanpa disadari oleh Ji Wook, penulis nada penuh emosi yang dikaguminya itu memperhatikannya dari luar. * “Ji Wook, kami mencarimu kemana-mana. Ayo pulang!”, Jung Woo memanggil Ji Wook yang masih asyik dalam dunianya. “Yah, Hyung kau selalu saja merusak kesenanganku!”, Ji Wook berkata cemberut. “Sudah-sudah ayo pulang! Kita akan makan di luar dulu! Kau masih ingin menikmati kebebasanmu kan?”, Jung Woo menawarkan penawaran yang langsung disambut anggukan penuh semangat oleh Ji Wook.
*
Myeong-dong, Seoul. Kelima personil PEOPLE bergerak menuju tempat makan yang mereka sukai. Karena kelimanya menyukai jjajangmyeon maka tempat makan jjajangmyeon yang direkomendasikan oleh Jung Woo-lah yang akan mereka datangi. Tempat makan itu berada di Myeong-dong, jalanan yang terkenal sebagai Ginza-nya Seoul. Musim panas memang hampir memasuki puncaknya. Myeong-dong seperti tumpah ruah oleh lautan orang. Jung Woo yang takut keempat temannya tersesat memilih untuk membawa mobil mereka hingga ke tempat parkir terdekat dengan restoran jjajangmyeon langganannya itu. “Ayo turun! We’re already in!”, Jung Woo mengajak keempat personil PEOPLE yang lain untuk turun. “Jung Woo-a, lama tak bertemu! Kau sudah besar dan terlihat semakin tampan!”, puji seorang wanita berusia sekitar limapuluh tahunan menyapa Jung Woo ramah. Jung Woo tersenyum, mendengar pujian perempuan paruh baya itu. “Ahjumeonni bisa saja! Aku ingin makan jjajangmyeon buatan Ahjumeonni yang terkenal enak itu!”, Jung Woo balik memuji. “Masuk-masuk! Kau selalu pandai memuji Jung Woo!”, wanita paruh baya yang dipanggil Ahjumeonni oleh Jung Woo menyediakan bangku bagi kelimanya. Jung Woo tahu keempat temannya yang lain pasti bertanya-tanya kenapa pemilik restoran ini mengenalnya dengan sangat baik. Tapi Jung Woo membiarkan saja keempatnya menikmati pemandangan yang disuguhkan Myeong-dong yang tumpah ruah. “Pernahkah kau melihat pemandangan semacam ini?”, Jung Woo bertanya pada Rhysen yang membalik kursinya. Rhysen tersenyum-senyum dan menggeleng. “My first time! Aku pernah ke Ginza, tapi bukan saat peak season seperti ini! Daebak!”, ucap Rhysen terkagum-kagum. “Berubah banget, dan keren!!”, Fian tersenyum sendiri. Keempat lainnya memandang ke arahnya. Karena Fian baru saja menggunakan bahasa Indonesia dan keempat temannya tak mengerti. “Kau belum juga mau mengajarkan kami bahasa Indonesia?”, tuntut Ji Wook pada Fian. “Memangnya kenapa kau bersikeras ingin belajar bahasa Indonesia?”, Sung Hyun bertanya pada Ji Wook. Ji Wook mengangkat bahunya. “Hanya saja aku ingin tahu apa yang diucapkannya. Aku takut kalau dia mengumpatiku dengan bahasa yang tak kumengerti!”, jelas Ji Wook membeberkan alasannya. “Lain kali saja!”, Fian berujar pada Ji Wook. Perbincangan mereka terhenti ketika melihat Ahjumeonni yang menyapa Jung Woo tadi mendekat ke arah mereka, dengan membawa lima mangkuk besar. Ji Wook langsung mengusap perutnya. Rhysen dengan mata berbinar menantikan kedatangan jjajangmyeon yang sudah dipromosikan Jung Woo dengan penuh semangat itu. “Ini jjajangmyeonnya!”, Ahjumeonni itu menurunkan kelima mangkuk besar dari baki. Jung Woo membantunya. Namun Ahjumeonni itu menepiskan tangan Jung Woo. “Tak usah Jung Woo, kau cukup makan saja!” “Jung Woo bagaimana kabar Ibu dan Ayahmu? Mereka baik-baik saja?”, seorang pria paruh baya yang wajahnya tak asing dalam ingatan Jung Woo menyapanya. “Mereka baik-baik saja Paman!”, Jung Woo tak nyaman dengan pertanyaan itu. “Oh ya, Paman, Ahjumeonni. Kenalkan teman-temanku, Sung Hyun, Ji Wook, Rhysen dan Fian!”, Jung Woo mengenalkan semuanya pada kedua orang yang sudah dikenal baik olehnya itu. Teman-temannya yang lain tersenyum ramah, dengan jjajangmyeon yang hampir masuk ke dalam mulut mereka. “Sudah-sudah lanjutkan saja makanan kalian! Nanti kalau ada perlu lagi panggil saja bibi!”, Ahjumeonni itu mohon diri pada kelimannya. * Puas melahap jjajangmyeon, kelimanya berjalan sebentar menyusuri Myeong-dong. Ji Wook dan Fian terlihat senang sekali bisa menghabiskan malam di Myeong-dong. Keduanya berlari-lari menyusuri jalur pertokoan seperti anak kecil. Mereka benar-benar menikmati kesempatan berjalan santai seperti saat ini. Rhysen mengeluarkan SLR dari ranselnya. Memotret pemandangan yang membuatnya tersenyum menikmati sedari tadi. Jika Rhysen menuruti permintaan Ji Wook tentu saja orang tak tahu malu itu yang akan jadi objek kameranya terus menerus. Ko Sung Hyun yang sebenarnya jarang mengunjungi Seoul juga senang tak kepalang. Sebagai pemuda yang berasal dari kota kecil tentu saja dia belum pernah melihat hal ini secara langsung. Sejauh ini, Jung Woo memainkan perannya sebagai guide tour dengan baik. “Rhys, take this one!”, Fian menunjuk es krim raksasa dan kini Fian sudah berada di sampingnya. Rhysen tersenyum dan membidikkan kameranya. “What about karaoke tonite?”, Ji Wook menunjuk sebuah tempat karaoke dan disambut anggukan bersemangat. Rhysen menurunkan kameranya. Mengikuti Ji Wook dan Fian yang kini sibuk memilih lagu. Sementara Jung Woo mengambilkan minuman untuk mereka. Sung Hyun yang sudah menemukan lagunya terlebih dulu sedang bernyanyi riang. “Hyung, aku ingin bernyanyi lagu lain! Tak ada ya?”, Rhysen bertanya pada Jung Woo yang baru saja menutup pintu ruangan. “Lagu apa?”, tanya Jung Woo yang meletakkan minuman di atas meja. “Apa saja! Asal bukan lagu Korea, tak ada satupun yang kukenal!”, Rhysen tersenyum malu. Kelimanya bergantian memilih lagu dan bersama-sama menyanyikannya. Sesekali Jung Woo ataupun Rhysen memamerkan kebolehan mereka dalam dance. Hanya Sung Hyun yang bergoyang tak karuan. Tubuhnya memang terlalu kaku untuk diajak nge-dance. “Sung Hyun-hyung, kau harus mau dance kali ini!”, Rhysen berujar setelah Sung Hyun kalah dalam adu koin. Sung Hyun yang sudah berulang kali kalah, merasa kalau ini adalah waktu yang tepat untuk bertindak gentle. Memasukkan kode lagu yang biasa mereka pakai untuk dance, Sung Hyun mulai menunjukkan kebolehannya. Keempat temannya yang lain hanya menyemangati dan bernyanyi sesekali. Ji Wook bahkan sudah setengah jalan ke alam mimpinya. “When we’re together its gonna really crazy!”, teriak Rhysen ketika Sung Hyun menyelesaikan dance-nya. Pendapat Rhysen disambut anggukan setuju oleh Jung Woo dan Fian. Ketika Jung Woo ingin memasukkan satu kode lagu lagi, handphonenya berdering. Pemuda itu mengurungkan niatnya. Kemudian segera membuka pintu untuk menjawab telepon. “Kita pulang! Park Eun Byul sudah mencurigai kalau aku membawa kalian entah kemana!”, Jung Woo berkata kepada keempatnya ketika dia kembali masuk. “Haha, ya sudah hampir tengah malam! Hyung bagaimana harus membawa Ji Wook ini?”, Fian menunjuk Ji Wook yang sudah tertidur pulas. “Dasar tuan muda!”, Jung Woo mendesis pelan. Mengajak Rhysen untuk membantunya memapah Ji Wook.
| |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: people ~ mohon kritikannya | |
| |
| | | | people ~ mohon kritikannya | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| |
|