sebenernya ini buat temen-temen yang suka main epic bareng ._.
gak terlalu berbentuk cerpen sih, lebih ke dialog cerita gitu
oh iya, satu lagi, hal yang mungkin agak aneh disini adalah, tokohnya yang pakai nama ._.
biasanya gayaku kan kebarat-baratan + cuma "aku." "temanku." "dia." dan sebagainya XD
tapi semoga alurnya menarik. ._.
__________________________________________________
***
1 Juni 2012 07:00
Aku bangun dari mimpiku yang baru kualami, rasanya seperti deja vu, terlihat nyata, tapi akhirnya aku berkata dalam hati.
’ini semua hanya mimpi, tenanglah.’Masih kuingat darah yang berceceran dimana-mana dalam mimpiku. Aku, memang seorang pengambil nyawa, ya, mungkin dengan kata lain seorang pembunuh. Aku tergabung dalam sebuah kelompok antagonis masyarakat, tapi biarpun disebut antagonis, jika kau masuk kedalamnya, tentu saja kau menganggap dirimu protagonis. Hahaha.
Sudah hampir tiga tahun aku menggeluti karirku, diriku dianggap sebagai
Lightbringer. Mungkin karena ketepatanku dalam hal menembak. Ya, itu sering menjadi titik utama dalam kesuksesan rencana pembunuhan. Tapi aku rasa daripada Lightbringer, mungkin lebih tepat disebut Darkbringer, hahaha.
Aku sering mendapat kecaman-kecaman dari masyarakat luas, tapi tak kupedulikan, toh mereka hanya mengecam, tidak tahu siapa yang melakukannya. Jika tahu, pasti sekarang aku sudah ada dalam sel penjara untuk seumur hidupku, kan? Hahaha.
Oke, pekerjaan menungguku, yang harus kulakukan hanyalah, santai dan, tunggu.
”Eh?” kupastikan sekali lagi. ”Mati aku!” apakah ini benar? ”Mati aku! Mati aku!” Pukul tujuh! Aku harus berada di tempat pertemuan pukul delapan! Yang benar saja!? Dua puluh kilometer dan satu jam!?
Segera kus
starter mobilku dan segera menginjak kopling untuk memindahkannya ke gigi satu. Pedal gas yang berada paling kanan segera kuinjak untuk menghasilkan kecepatan yang maksimal.
Aku hanya bisa berharap bahwa aku bisa sampai ke tempat pertemuan lima menit sebelum jam delapan. Itu bisa membuat ketepatan waktuku terus menjadi 100% dan bisa mengambil hati atasanku.
yeah, dengan kata lain, aku bisa ikut terus dalam rencana pembunuhan. Kau tahu? Semakin banyak orang yang kubunuh, seolah jiwaku terpacu untuk hidup dan terus hidup. Mungkin itu juga efek samping dari uang yang diberikan atasanku jika aksiku sempurna dan tidak ketahuan? Entahlah.
Akhirnya, Dua puluh kilometer dan hanya memakan waktu empat puluh enam menit, waktuku masih tersisa untuk menyapa teman-temanku yang lain, hahaha.
Kubuka perlahan pintu gedung tua yang sudah tak terpakai. Sesaat terdengar decitan pintu kayu yang khas, berdecit layaknya tempat pada film-film horor.
”Baru datang?” Kulihat itu, oh, Haner, juga satu orang lainnya, Fachrul.
”Aku ada pekerjaan tadi.” Bohongku, biarlah, toh mereka tidak tahu, hahaha.
”Tinggal tunggu A...” Ucapannya terhenti, tepat setelah melihat Chevrolet hitam parkir dekat dengan mobilku yang juga tepat terparkir di depan gedung kosong ini. Gedung kosong yang kami tentukan untuk lokasi pertemuan. Dengannya, itu berarti semua orang telah berkumpul. Aku, Agus, Fachrul, dan Haner.
Kita berempat merupakan bagian inti dari sebuah perkumpulan kelompok pembunuh. Aku yang menguasai senjata api, Agus yang mempunyai
intelijensi yang sangat tinggi, Fachrul dengan kecepatannya, dan Haner dengan kekuatannya. Mungkin itulah yang menyebabkan kami dipilih untuk melakukan rencana pembunuhan kali ini, membunuh seorang direktur sebuah bank swasta, ya, direktur, terdengar cukup berbahaya, bukan?”
”Oke, jam sebelas kita akan kesini.” Fachrul menempelkan jari telunjuknya diatas peta.
”tiga jam lagi?” Aku bertanya.
”iya, tiga jam lagi.”
Sebenarnya ada rasa enggan dariku, yang benar saja? Tiga jam dari sekarang menempuh perjalanan sampai 50 kilometer?
”Oke, aku duluan.” Agus segera keluar ruangan, menuju pintu utama yang tadi ia lewati.
”Dasar, dia selalu saja begitu, datang paling akhir dan pergi paling cepat.” Aku memandang dua teman lainku dan seolah berkata.
’tunggu apa lagi?’...
...
...
...
”Kau siap?” Kataku sambil sedikit tertawa pada radio yang sudah dihubungkan frekuensinya dengan teman-temanku.
”Hei, hei, kan kau yang akan menembak, kenapa tanya aku?” kudengar Fachrul pun sedikit tertawa.
”Aku kan tidak bekerja sendiri, bodoh.” Hahaha, yang benar saja.
Tempatku berada pada sebuah gedung tinggi tepat disamping jembatan. Info mengatakan bahwa kedua targetku akan melewati jembatan itu, ya, biarpun untung-untungan.
”Pelurumu ada, kan?” Kudengar Fachrul bertanya lagi.
”Kalau tidak ada buat apa aku tanya kau tadi.”
”Oke, aku akan mengikuti mobilnya, kau tinggal tung...” huh? Permainan kata? Kenapa kata-katanya terputus?
”Fachrul?” kucoba untuk meneriakinya. ”hei, hei!?” kenapa tidak ada jawaban!? Apa yang terjadi padanya? Apakah aku harus berbalik? Tempatnya memang tidak terlalu jauh, tapi jika targetku lepas dari pengawasanku?
Bodoh, pernyataan terakhirmu itu benar, lebih baik kau tunggu saja daripada harus menyesal. Toh aku yakin dia bisa jaga diri.
”Hai.” tiba-tiba terdengar suara dari belakang, dan itu, apa maksudnya? Kenapa dia ada disini?
***
1 Juni 2012 07:00
”Oke, aku akan memimpin aksi ini.” Aku segera mengambil kembali jasnku dan menuju tempat gedung tua yang sudah tak terpakai. Aku hanya tinggal mengatakan pada tiga teman lainku bahwa aku sudah ditugaskan untuk menjadi seorang pemimpin.
Segera aku menuju tempat itu, tentu saja aku tak ingin pandangan pimpinanku hilang begitu saja, kan? Hahaha. Menjadi seorang
leader memang sesuatu yang sangat berharga, biarpun itu demi kejahatan atau kebaikan.
Telah sampai pada tempat yang dituju, segera memasuki ruangan dan berkeliling sebentar, tak perlu pertanyaan untuk mengatakan kemana yang lainnya. Ini masih empat puluh lima menit sebelum waktu yang dijanjikan, terang saja belum ada siapa-siapa.
...
...
...
”Fachul?” Tiba-tiba suara pintu yang terbuka dilanjutkan dengan panggilan menuju namaku.
”Haner?”
”Yang lain? mereka belum datang?”
”Tidak, aku sudah datang.”
”Jika kau datang lebih dulu, berarti kau ketuanya kali ini, kan? Hahaha.”
”hahaha, tahu juga kau.” Terdengar kembali suara pintu yang terbuka. Itu, Andri
”Baru datang?” Haner memulai menyapanya lebih dulu daripadaku.
”Aku ada pekerjaan tadi.” Dasar, sudah kelihatan dari gerak-gerikmu dengan memalingkan mata dan otot disekitar lehermu yang tegang itu bohong, hahaha, kau tetap amatiran.
”Tinggal tunggu A...” Ucapan Haner terhenti, tepat setelah melihat Chevrolet hitam parkir dekat dengan mobil Andri yang juga tepat terparkir di depan gedung kosong ini. Gedung kosong yang kami tentukan untuk lokasi pertemuan.
Segera kumulai dengan rencana tempat pembunuhan, dilanjutkan dengan waktu dan posisi masing-masing anggota, dan aku, ya, aku, aku memutuskan untuk membuntuti mobil target dari belakang, Pimpinan dan Direktur bank.
”Oke, jam sebelas kita akan kesini.” Aku menempelkan jari telunjukku diatas peta.
”tiga jam lagi?” Andri bertanya.
”iya, tiga jam lagi.”
”Oke, aku duluan.” Agus segera keluar ruangan, menuju pintu utama yang tadi ia lewati.
”Dasar, dia selalu saja begitu, datang paling akhir dan pergi paling cepat.” Andri memandangku dan Haner seolah berkata.
’tunggu apa lagi?’...
...
...
Aku sudah sampai pada tempatku, tempat parkir sebuah mall
basement 2. Kulihat Volkwagen berwarna putih yang menjadi ciri khas direktur bank itu. Tidak sulit, ya, tidak sulit.
.Hampir satu jam aku menunggu agar mobil itu segera pergi dari tempatnya, dan aku bisa segera melancarkan aksiku, menunggu memang sangat membosankan! Kau pasti tahu itu, kan?
”Kau siap?” Tiba-tiba radioku berbunyi, aku langsung tahu dari suaranya bahwa itu Andri.
”Hei, hei, kan kau yang akan menembak, kenapa tanya aku?” Kujawab sambil sedikit tertawa.
”Aku kan tidak bekerja sendiri, bodoh.” Hahaha, yang benar saja.
Kudiamkan sejenak untuk memikirkan pertanyaan apa yang akan kulontarkan, yah, setidaknya mungkin pertanyaan itu akan berguna nanti. ”Pelurumu ada, kan?”
”Kalau tidak ada buat apa aku tanya kau tadi.”
”Oke, aku akan mengikuti mobilnya, kau tinggal tung...” Eh? Itu? Apakah aku benar-benar melihat orang itu?
”hei!” Kucoba untuk menyautnya setelah kunonaktifkan pembicaraanku dengan Andri. ”Kenapa kau ada disi...” Dia menodongkan sebuah
handgun padaku.
”Coba tebak kenapa aku disini.” Senyum sombongnya keluar, mulutnya terlihat seperti memandangku dengan rendah. Sialan dia!
”Jangan bilang kau...”
”Tepat! Dadah!”
***
1 Juni 2012 07:00
Aku memandangnya dengan tajam, mencoba memantapkan hatinya untuk memilihku, tidak, bukan memilihku, tapi memilih pernyataan yang tepat.
”Benarkah itu?” Seorang pria dengan kisaran umur lima puluh tahun bangkit dari tempat duduknya.
”Benar, pak.”
”Oke, kalau begitu pergilah.”
”Baik, pak.”
”Terima kasih, A..”
”Agus, pak.”
”Oke, terimakasih.” Kukeluar dari kantor, kantor direktur bank swasta.
...
...
...
Apakah aku benar-benar harus mengkhianati kelompokku demi sejumlah uang yang lebih besar? Apakah itu tidak akan membuatmu diburu oleh pimpinanmu? Oh, yang benar saja! Hahaha, yang penting sekarang untukku adalah uang! Aku tidak peduli, toh aku yakin tanpaku mereka juga tak bisa melakukan ini.
Aku memarkirkan mobilku tepat di belakang mobil Andri, Aku yakin dengan melihat tiga mobil lain pasti aku sudah menjadi yang terakhir. Tapi itu wajar, kan? Aku tadi mencoba bernegosiasi dulu dengan targetku, hahaha. Maafkan aku, semuanya.
Aku segera masuk, seperti yang kuduga, aku pasti akan segera melihat tiga rekanku yang lain. Tapi bisa kupastikan juga, mereka tak ingin basa-basi dengan hal-hal yang aneh, dan ingin segera menunjukkan rencananya.
”Oke, jam sebelas kita akan kesini.” Fachrul menempelkan jari telunjuknya diatas peta.
”tiga jam lagi?” Andri bertanya.
”iya, tiga jam lagi.” hahaha,
’tiga jam lagi untuk kalian mati.”Oke, aku duluan.” Aku segera keluar ruangan, menuju pintu utama yang tadi aku lewati.
Tak ada masalah, aku pasti bisa membunuh mereka satu persatu demi uang yang bisa kudapatkan. Uang dalam jumlah besar! Hahaha.
...
...
...
Aku membuntuti Fachrul yang berkata ia akan berdiam dalam
basement sebuah mall. Ya, sudah hampir tiga puluh menit aku mengikutinya, tapi dia tidak curiga sama sekali, dasar bodoh. Hahaha.
Melihatnya memarkir mobil tepat bersebelahan dengan mobil direktur itu. Aku yakin aku bisa membunuhnya dengan mudah, dengan pistol yang biasanya direktur itu bawa untuk menjaga diri. Ya, dengan mudah, hahaha.
Kulihat dia berbicara lewat radio yang dibawanya, sedikit lama, tapi justru inilah kesempatanku, jika aku bisa membunuhnya ketika dia berbicara lewat radio, berarti aku bisa tahu siapa yang terakhir ia kontak, dan aku bisa membunuh tiga rekanku dengan mudah, sangat mudah.
Aku mendekatinya perlahan, ya, sesuai dugaan, dia melihatku dengan heran. Hahaha.
”hei!” dia berteriak padaku. ”Kenapa kau ada disi...” Aku menodongkan sebuah
handgun padanya. Untuk mengatakan
’berhati-hatilah dalam berucap, atau kau akan mati. ”Coba tebak kenapa aku disini.” Aku tersenyum melihatnya, senyum meremehkan, ya, merendahkan.
”Jangan bilang kau...” padahal sudah kukatakan lewat todonganku, hati-hati dalam berucap, hahaha.
”Tepat! Dadah!” Aku melihat darahnya keluar melalui kepalanya, bermuncratan kemana-mana, memenuhi lantai parkir disekitar tubuhnya yang tergeletak. Aku yakin dia pasti sudah mati, mungkin sudah di neraka, atau di surga mungkin? Hahaha.
Baiklah, terakhir dia menghubungi seseorang adalah, Andri.
...
...
...
Aku mendatangi sebuah gedung tinggi sebelah jembatan, persis tempat yang tadi kita tentukan. Benar-benar beruntung! Aku bisa melihatnya! Dengan bodoh dia belum melepaskan kekerannya dari matanya, hahaha!
”Hai.” Aku menyapanya untuk membuatnya berbalik, dia terlihat kaget melihatku, ya, memang itu yang kuinginkan.
”Kenapa kau ada disini?”
”Membunuhmu.” Kukeluarkan senyumanku lagi.
”Membunuhku?”
”Ya, membunuh...” Uh! Apa ini? Rasa ini!?
***
1 Juni 2012 07:00
Aku berkemas, tepat hari ini aku akan segera melancarkan aksi pembunuhan.
Yeah aku harap itu bisa berjalan sesuai rencana, rencana kelompokku.
Aku sudah tahu bahwa kami semua akan berkumpul jam delapan, tapi aku hanya ingin bermalas-malasan sebentar, toh aku sudah menyiapkan semuanya, semua yang kubutuhkan nanti. Tak ada masalah untuk bersantai sebentar, kan?
...
...
...
Benar, tidak masalah, tepat pukul setengah delapan aku sudah sampai pada tempat tujuan, dan baru ada satu mobil yang terparkir, itu artinya aku bukan yang terakhir.
Kubuka sedikit pintu ini dan langsung kulihat Fachrul ”Fachul?”
”Haner?”
”Yang lain? mereka belum datang?” aku bertanya.
”Tidak, aku sudah datang.” Dasar, dia tetap saja seperti itu, hahaha.
”Jika kau datang lebih dulu, berarti kau ketuanya kali ini, kan? Hahaha.”
”hahaha, tahu juga kau.” Terdengar kembali suara pintu yang terbuka. Itu, Andri
”Baru datang?” Aku memulai menyapanya lebih dulu dari Fachrul.
”Aku ada pekerjaan tadi.” Dasar, sudah kelihatan dari gerak-gerikmu dengan memalingkan mata dan otot disekitar lehermu yang tegang itu bohong, hahaha, kau tetap amatiran.
”Tinggal tunggu A...” Ucapanku terhenti, tepat setelah melihat Chevrolet hitam parkir dekat dengan mobil Andri yang juga tepat terparkir di depan gedung kosong ini. Gedung kosong yang kami tentukan untuk lokasi pertemuan.
Segera Fachrul mengeluarkan sebuah peta dan memandang kami semua. ”Oke, jam sebelas kita akan kesini.” Aku menempelkan jari telunjukku diatas peta.
”tiga jam lagi?” Andri bertanya.
”iya, tiga jam lagi.”
”Oke, aku duluan.” Agus segera keluar ruangan, menuju pintu utama yang tadi ia lewati.
”Dasar, dia selalu saja begitu, datang paling akhir dan pergi paling cepat.” Andri memandangku dan Fachrul seolah berkata.
’tunggu apa lagi?’...
...
...
Kami semua menuju mobil masing-masing dan bergegas mencapai lokasi masing-masing. Ya, lokasi masing-masing, sampai aku melihat sebuah chevrolet hitam yang tiba-tiba datang dari arah belakang, apakah itu, Haner? Geraknya sangat mencurigakan, aku thau sekali dia membuntuti Fachrul, tapi jika itu benar Haner, apa yang dilakukannya?
Terpaksa aku mengikuti Fachrul dan Haner demi memuaskan keingintahuanku. Setidaknya aku hanya ingin tahu apakah itu benar-benar Haner? Nah, jika itu benar-benar Haner, baru aku ingin tahu apa yang akan dilakukannya.
...
...
...
Ini tidak mungkin, ternyata memang benar-benar Haner, apa yang dilakukannya!?
”hei!” Kulihat Fachrul mencoba bertanya pada Agus. ”Kenapa kau ada disi...” Agus menodongnya dengan sebuah
handgun”Coba tebak kenapa aku disini.”
”Jangan bilang kau...”
”Tepat! Dadah!” dan, dor.
Astaga, ini bohong! Jangan katakan bahwa Haner berkhianat! Jangan katakan! Tapi, melihat senyumnya yang keluar, apakah dia memang sudah membunuh Fachrul? Yang benar? Yang benar saja! Sialan dia! Dia benar-benar mengacaukan rencana!? Apa yang membuatnya bisa membunuh temannya yang sudah bekerja selama sekitar dua tahun!?
Aku melihatnya pergi dengan chevroletnya, sedetik kemudian kucoba untuk melihat Fachrul dan, memang benar. Apa yang kutakutkan benar. Sialan dia! Aku harus mencoba memberitahu Andri!
...
...
...
Aku masih bisa mengejarnya, beberapa langkah sebelum ia sampai ke puncak gedung, gedung—
Oke, aku rasa, aku tahu apa yang akan dia lakukan, dia benar-benar serius akan menghabisi kami, kami semua, kecuali dia. ya, dia yang sialan itu! Apa yang menyebabkannya bisa seperti ini?
”Hai.” Kulihat Agus menyapa pada Andri.
”Kenapa kau ada disini?”
”Membunuhmu.” Benar! Tepat seperti dugaanku! Tak perlu menunggu lagi!
”Membunuhku?”
”Ya, membunuh...” Kutembakkan melalui
handgunku sebelum ia berhasil mengakhiri kalimatnya itu.
“Haner? Kenapa kau ada disini?” Dia menatapku dengan kebingungan, kebodohan, keanehan. Terlihat semua itu tercampur, apakah dia masih belum mengerti apa yang terjadi? Apakah dia sebodoh itu!?
“Kita tak bisa melanjutkan misi ini, ayo pergi.”
”Lalu? Fachrul?”
”Dia sudah mati! Puas?” dia menatapku tak percaya. “Mati?”
“Ayolah, jangan buat ini semakin lama.”
”Kau belum menjawab pertanyaanku dengan menyeluruh.”
”Oke, Agus membunuhnya, dia ingin membunuhmu, kau pu..” eh? Apa tadi? Aku yakin melihat bayangan hitam, bayangan hitam tepat di pintu masuk untuk ke lantai bawah gedung ini.
***
1 Juni 2012 07:00
”Benarkah itu?” Aku bertanya pada lelaki yang baru saja mendobrak kantorku dan mengatakan bahwa ada yang ingin membunuhku.
”Benar, pak.”
”Oke, kalau begitu pergilah.”
”Baik, pak.”
”Terima kasih, A..”
”Agus, pak.”
”Oke, terimakasih.”
Dia sudah pergi, baguslah! Berarti tak akan ada yang mengganggu lagi. Bodohnya dia, tanpa dia beritahupun aku sudah tahu bahwa akan ada yang membunuhku, aku mendengarnya lewat pengawalku, bahkan bisa-bisanya dia akan mengkhianati temannya demi uang bohong yang kujanjikan, hahaha.
Kuangkat gagang telepon, jari telunjuk dan jari tengahku memencet beberapa tombol pada telepon genggamku.
”Sam?”
”Ada apa?”
”Kau ingin tahu apa yang akan kau lakukan?”
***
1 Juni 2012 07:00
Kutunggu telepon dari bosku, ya, aku seorang pengawal pribadinya sekarang sedang menunggu kontaknya untuk menunggu komandonya. Sudah cukup lama aku menunggunya, tapi itu aku harap bisa menjadi ketegangan yang sepadan dengan rasa malasku menunggunya, ya, aku sangat suka sesuatu yang menantang dan berbahaya, hahaha.
Tiba-tiba kudengar dering telepon dari ponselku, dan tentu saja itu pasti, dia.
”Sam?”
”Ada apa?”
”Kau ingin tahu apa yang akan kau lakukan?”
”Tentu, sangat.” jawabku sambil sedikit tersenyum.
”Oke, kau hanya perlu membereskan, tak perlu beraksi.” mula-mula dadaku terasa bergetar.
”Apa?”
”Kau dengar itu, kan?”
”Tapi, kenapa?”
”Sudah, bereskan saja.” Apa? Yang benar saja? Itu sangat tidak bisa kuterima. Oh persetan dengan kata-katamu! Sialan kau!
Tak kupedulikan lagi omongannya, segera kututup pembicaraan itu dan menancapkan pedal gas pada posisi yang paling maksimal, mencoba untuk melupakan apa yang tidak ingin kudengar. Maksudku, ini sudah saatnya untukku bekerja sendiri, kan? Buat apa menerima perintahnya lagi?
Oke, aku tidak tahu apa yang akan terjadi, biarlah dia marah atau memecatku, aku tidak peduli, sekarang ini aku hanya ingin melakukan apa yang ingin kulakukan, ya, kulakukan.
...
...
...
Akhirnya kutemui targetku, seseorang dengan jaket kulit hitam yang sedang berjalan menuju tangga yang berada di ujung, bagus! Sekarang kesempatannya! Dan, tunggu. Satu orang lagi? Apakah dia juga membuntutinya sama sepertiku? Oh yang benar saja! Apakah itu artinya aku harus mengulur waktu lagi? Sialan!
Lebih baik daripada harus menanggung resiko, terpaksa aku membuntuti mereka berdua dari belakang, sampai...
”Hai.” Kulihat Targetku menyapa seseorang.
”Kenapa kau ada disini?”
”Membunuhmu.”
”Membunuhku?”
”Ya, membunuh...” Suara tembakkann?
“Haner? Kenapa kau ada disini?”
“Kita tak bisa melanjutkan misi ini, ayo pergi.”
”Lalu? Fachrul?”
”Dia sudah mati! Puas?”
“Mati?”
“Ayolah, jangan buat ini semakin lama.”
”Kau belum menjawab pertanyaanku dengan menyeluruh.”
”Oke, Agus membunuhnya, dia ingin membunuhmu, kau pu..” Dia terdiam sejenak. Bodohnya aku!! Dia pasti melihat bayanganku! Kenapa kau bisa seteledor ini tolol?
”Tunggu sebentar.”
Oke, kini saatnya, dia mulai mendekatiku, tak ada masalah. Aku sudah menyiapkan kepalan kedua tanganku untuk menghajarnya dan menunggu saat yang tepat.
Saat yang tepat.
Langkah demi langkah kudengarkan hingga akhirnya mencapai klimaks, melihat sepatu hitam yang siap melewati garis batas. Dan itu tentu saja artinya...
...
...
”Haner!?” Dia segera berteriak melihat temannya jatuh, atau mungkin melihat beberapa muncratan darah yang mengenaiku?
”Jangan bergerak.”
”Siapa kau?” Dia memegang sebuah senjata laras panjang dan mengarahkannya padaku.
”Aku...” Eh, tunggu? Itu?
***
Apa benar yang kulihat ini? Semuanya, telah hilang? Apakah ini, nyata? Apakah ini benar-benar nyata!? Bodoh! Yang benar saja!Kulihat Haner tersungkur jatuh dengan mulutnya yang berdarah-darah, sesaat setelah itu juga aku melihat seseorang dengan terengah-engah sama sepertiku, menatap Haner yang terjatuh. ”Haner!?”
”Jangan bergerak.” Orang itu mengancamku.
”Siapa kau?” Aku mencoba berbalik mengancamnya dengan menodongkan sebuah senjata.
”Aku...” hah? Ucapannya terhenti?
Dor! Terdengar sebuah tembakan yang menyertai jatuhnya orang itu. Apa? Siapa itu!? Siapa? Kucoba untuk melirik seluruh penjuru dari atap gedung ini, tak bisa kutemui apapun kecuali sesuatu yang berada tepat di belakang diriku.
”Dasar bodoh, sudah kubilang untuk membereskan.” Kudengar itu, ya, kudengar itu tapi bukan langsung, melainkan mendengar lewat radio yang kupegang, apa artinya!? ”Dengar aku? Aku menemukan radio ini disamping temanmu di
basement sebuah gedung.”
basement? Itu artinya? Fachrul!? ”Nah, kau ingin menghilangkan nyawaku, kan? Tapi maaf, semua berbalik.
the table has turn. ”
Aku melihat sekelilingku, tiga mayat dan dua diantaranya adalah temanku, apa yang sebenarnya terjadi!? Kenapa semua ini bisa terjadi? Betapa bodohnya aku! Kenapa tadi tak kuputuskan untuk pergi saja? Kenapa aku tetap bersikeras mencoba untuk memilih jalan bodoh ini!? Yang benar saja!
….
….
Original : Andri
Inspired by : On My Own Alone – Bloodsport Soundtrack
7 Juni 2012
20:45 WIB