SINDIKAT PENULIS
Silakan login dahulu, biar lebih asyik.
Kalau belum bisa login, silakan daftar dahulu.
Setelah itu, selamat bersenang-senang...
SINDIKAT PENULIS
Silakan login dahulu, biar lebih asyik.
Kalau belum bisa login, silakan daftar dahulu.
Setelah itu, selamat bersenang-senang...
SINDIKAT PENULIS
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.


Kami adalah penulis, dan kami tidak butuh persetujuan dari siapa pun!
 
IndeksLatest imagesPencarianPendaftaranLogin
"Jika ada buku yang benar-benar ingin kamu baca, tapi buku tersebut belum ditulis, maka kamu yang harus menuliskannya." ~ Toni Morrison

 

 Gak tau judulnya aja, kasih sendiri aja deh ._.

Go down 
4 posters
PengirimMessage
Andri
Penulis Muda
Penulis Muda
Andri


Jumlah posting : 264
Points : 311
Reputation : 13
Join date : 19.02.12
Lokasi : Sewer Speedway

Gak tau judulnya aja, kasih sendiri aja deh ._. Empty
PostSubyek: Gak tau judulnya aja, kasih sendiri aja deh ._.   Gak tau judulnya aja, kasih sendiri aja deh ._. EmptySat 4 Aug 2012 - 8:26

Satu benang berhasil kutarik.

Dan, sekarang benang terakhir yang harus kumasukkan ke lubang jarum yang sangat kecil ini untuk memenangkan sebuah taruhan, sebuah makanan yang sangat kuperlukan untuk mengisi perutku di tengah siang ini.

Kucoba untuk menenangkan diriku. Kucoba perlahan-lahan, dan...

”GAGAL!! Ayo pergi!!” Tiba-tiba mereka, ya, mereka, anak-anak yang selalu mempermainkanku dan termasuk yang membuat taruhan aneh ini segera berlari sambil membawa bungkusan hitam berisi makanan yang sebenarnya milikku.

”Tunggu! Hei! Tunggu!” Aku mencoba mengejar mereka walaupun aku tahu bahwa itu percuma, semakin jauh dan semakin jauh, hingga akhirnya aku terjebak sendiri di tengah keramaian pasar.

”Cih.” Kutendang sebuah kaki meja untuk mendampingi gerutuanku, kaki meja yang rapuh yang bahkan ketika kutendang dia langsung membuat sebuah kegaduhan dengan retakannya yang dilanjutkan sebuah ambrukkan.

Aku melihat menuju alas kakiku, benda-benda yang sebenarnya bisa terjual sekarang tercecer di dekat kakiku. Kucoba untuk memberanikan diri melihat pemilik meja ini, dan tentu saja tampang paman itu sangatlah tidak ramah, mukanya memerah, tangannya mengelap, dan dia menggertakkan giginya, seolah-olah ingin berbicara, tetapi terhalang oleh kemarahan yang sedang menderanya.

Tapi tampangnya malah membuatku semakin takut untuk melihatnya lebih lama.

”Nak?” Akhirnya paman itu mengeluarkan suaranya yang malah membuatku semakin ketakutan dari sebelumnya.

”Nak?” Nadanya sedikit ia naikkan, mungkin karena tidak melihat responku yang dapat memuaskannya. Kembali kucoba untuk memberanikan diri menatapnya. Dia tersenyum, tapi senyuman kesal, Kuperhatikan juga paman itu menarik nafasnya dalam-dalam dan mengayunkan kepalan tangannya padaku.

***

Diriku kini sudah menginjak usia 23 tahun, dan tetap tak mengerti apa itu tujuan hidup yang sebenarnya, yang kuketahui sekarang ini hanyalah aku seorang laki-laki yang berprofesi sebagai pandai besi dengan masa lalunya yang menyedihkan dan mengesalkan. Menetap di ”World of Gaia”, dunia yang penuh dengan perang antar wilayah. Ya, perang dingin antar wilayah yang terkadang membuatku kesal sendiri pada dunia ini.

Memangnya kenapa harus dengan perang?

”Haloo?” Aku berteriak mencoba mencari seseorang di dalam rumahku, atau tepatnya rumah kedua orang tuaku yang sederhana ini. Berharap ada yang menjawab teriakanku, aku mencoba mengulanginya lagi.

”Haloooo??” Dan tetap tak ada jawaban.

Kujelajahi rumah orang tuaku ini sesaat untuk memastikan apa yang terjadi. Tak perlu waktu yang lama, bisa kulihat bahwa pintu belakang sedikit terbuka. Rumahku yang penuh dengan barang ini sedikit menghalauku untuk menuju pintu itu. Sempit dan sesak. Ya, tapi memang itu image rumah kami, penuh dengan barang-barang lama yang sudah tak terpakai.

Decitan pintu belakang yang terdengar karena hembusan angin menandakan bahwa pintu itu memang benar-benar terbuka dan aku tidaklah salah.

Tapi siapa yang membukanya? Bukankah pintu belakang itu langsung menembus sebuah hutan? Apakah mungkin orang tuaku yang membukanya? Rasanya mustahil.

”Haloooo???” Tetap tak ada jawaban biarpun aku berteriak ke arah hutan tersebut.

Rasa penasaran mulai muncul dalam benakku, segera kuambil mantel yang seperti biasanya terpapar di atas sofa tua dan kupakai sebagai baju lapisan kedua setelah kaosku. Ya, memang sebagai pandai besi kau akan merasakan hawa yang panas, atau mungkin sangat panas ketika kau bekerja, itu sebabnya aku tak pernah memakai dua lapis baju seperti saat-saat santaiku, atau malah tidak sama sekali.

Aku berlari kecil, menuju ke dalam hutan yang dikatakan orang bahwa hutan ini adalah tempat yang mengerikan.

Tapi mengerikan karena apa? Aku tak pernah tahu, lalu untuk apa aku takut? Yang kutakutkan adalah jika kepalan tangan yang kuat berada di depanku. Ya, aku takut itu karena aku sudah mengetahuinya.

Semakin kudalami hutan ini, maka dingin semakin menyelimuti. Benar-benar seperti rimba, cahaya matahari sangat sulit untuk menembus daun-daun yang berada di bagian atas, apakah ini juga termasuk salah satu faktor mengapa hutan ini disebut mengerikan? Apakah gelap dan dingin merupakan salah satu faktornya?

Ya, bisa kuakui memang hutan ini sedikit menakutkan, tapi tak cukup untuk membuktikan cerita-cerita di desa bahwa hutan ini tempat bersemayamnya makhluk legenda naga. Banyak cerita yang memuat bahwa hutan yang tepat berada di belakangku ini mengerikan karena dijaga oleh seekor naga besar yang akan menyerang siapa saja yang menurutnya akan mengganggunya.

Tapi sayangnya aku lebih menyukai hal-hal yang lebih bersifat realistis, semacam mesin mekanik yang dinamai catapult atau alat penerang saat gelap. Ya, entah kenapa aku sangatlah bertolak belakang dengan sifat dari warga-warga daerah sini, mungkin itu sebabnya aku merasa sering dikucilkan.

Aku terus melangkahkan kakiku ini tak tentu arah, sampai akhirnya...

Diam terpaku.

Di depanku, tepat di depanku, sesuatu yang tak bisa kupercaya, benar-benar ada di depanku.

Panorama yang indah, benar-benar berada di depanku. Sekarang aku malah semakin tak percaya bahwa hutan ini mengerikan, ternyata hutan ini menyimpan sesuatu yang sangat indah.

Hamparan savana yang luas, hembusan angin yang lembut, dengan pemandangan langit biru dan awan putih yang bergerak dengan perlahan. Membuat suasana yang sangat menenangkan hati. Rasanya tak dapat kupercaya, sedikitpun tidak.

Melangkah pelan dengan rasa kekaguman yang mendalam, aku mencoba untuk menghentakkan kakiku ke atas rumput yang halus ini. Ya, sangat halus karena ditambah hembusan angin yang tenang den sejuk.

Tiba-tiba kurasakan tanah ini bergetar.

Gempa?

Tidak, ini berbeda, gerakan ini tidak wajar, rasanya seperti gerakan memecah, bukan bergetar. Apa mungkin sesuatu yang asing akan keluar dari sini?

Semakin keras, dan semakin keras. Tubuhku terguncang, mencoba mengontrol kakiku dan tetap tak bisa!

Apa yang sebenarnya terjadi?

Ukh!

...

...

...

”Aku benar-benar melihatnya!”

Ukh,

”Dia melompat dengan sangat tinggi!”

Kubuka perlahan mataku ini. Aku mencoba menyadari apa yang terjadi, tapi aku tetap tak bisa menyadari apa yang sebenarnya sedang terjadi. Tapi tempat ini, tempat ini tidak asing bagiku, maksudku, ini depan rumahku, siapa yang tidak akan mengenal rumahnya sendiri?

Tapi kenapa aku bisa berada di depan rumahku sendiri?

Kulihat sekelilingku. Ya, memang tidak ada yang aneh, orang-orang menyebalkan dengan rupa yang sama, lingkungan membosankan yang sama, dan juga diriku yang sama. Lalu? Apa yang sebenarnya telah terjadi? Kenapa orang-orang sekitar sini membicarakan sesuatu dengan wajah tegang yang ketakutan seperti itu?

”Dia akan membunuh seseorang lagi malam ini!” Seorang wanita berteriak dengan ketakutan. Membunuh? Bukankah sebelumnya tak ada apa-apa?

Dengan kebingungan, aku mencoba mendekati salah satu warga yang berada di tengah kerumunan ini.

”Ada yang salah?” Aku bertanya.

Dia menengok padaku, gertakan giginya rasanya menandakan bahwa dia sulit untuk menjawab pertanyaanku, entah itu karena kedinginan atau ketakutan. ”Kau tidak tahu?”

Aku menggeleng.

”Kemana saja?”

”Ke dalam hutan, memangnya ada apa tadi?”

Dia mendongkakkan wajahnya dan menarik napas. ”Hutan?”

Aku mengangguk, Tetapi pria itu malah menjauhiku.

Yeah, dia malah membuatku semakin bingung, apakah seharusnya tadi aku tak bertanya padanya?

Sudah berpuluh-puluh orang yang kutanyakan, tetap dengan reaksi yang sama. Oke, setidaknya dengan ini aku bisa menyimpulkan sesuatu, Akulah sumber masalahnya. Tapi karena apa? Apa mungkin kau bisa menyalahkan seseorang yang baru saja bangun dari tidurnya dan bertanya. ”Hei! Tadi ada apa?”. Dan lagi dengan kata ’bunuh’ yang tadi sempat dilontarkan seseorang, kurasa bukan hal yang baik.

Lalu kenapa?

***

Malam sudah datang. Ya, tapi dengan datangnya malam ini, aku malah semakin takut. Satu pertanyaan yang tak bisa kumengerti. Aku telah lama hidup dalam dunia ini, termasuk kemarin malam, tapi tak ada pembunuhan sedikitpun. Tidak mungkin pembunuhan yang mereka maksud adalah korban perang, kan? Lalu apa artinya? Apakah benar akan ada seseorang yang akan mati malam ini?

Aku tak bisa menahan beban mataku ini, semakin malam dan semakin berat, terlelap.
...

...

...

Pagi telah datang, kucoba membuka mataku perlahan.

Dan, tepat setelah kubuka mataku ini, di depanku...

Pedang, lengkap dengan lumuran darah di sekitarnya.

Aku mendekati pedang itu. Benar-benar pedang buatanku, sangat mirip. Tapi kenapa berada di sini? Apakah ada seseorang yang meletakkannya, atau malah aku seorang sleepwalker yang bisa membunuh seseorang saat tertidur?

Kubalikkan pedang itu, dan rasanya semakin tak bersahabat. Ingin rasanya aku melempar pedang itu begitu melihat kalimat ’I am.’ yang tertulis dengan darah.

Kulempar pedang itu dan kuambrukkan diriku ke atas kasur, mengerutkan keningku dan mencoba menjernihkan pikiran.

Sekarang dua pertanyaan, siapa yang menulis itu? Jika seandainya orang lain, kenapa dia menulis itu? Seandainya aku yang menulis, lalu apa artinya? Mustahil sebuah tulisan tak memiliki arti sedikitpun, kan? Bahkan setiap kata memiliki arti tersendiri.

Aku menengok keluar. Ya, seperti yang dapat kuduga, hampir semua warga berhamburan keluar. Bisa kutebak, pasti memang ada pembunuhan yang terjadi. Dan bisa kutebak lagi, pedang itulah yang melakukannya, menembus jantung seseorang dan membuatnya tersungkur.

Tapi siapa yang mengendalikan pedang itu? Apakah benar-benar aku?

”Bagaimana?” Eh?

”Kau tidak ingin mencari tahu?” Mencari tahu? Mencari tahu apa?

”Siapa itu?” Aku berteriak, suaranya seperti seorang laki-laki, tapi jelas bukan ayahku, suaranya terlalu berat, dan dingin. Mengerikan dan seperti menantang.

”Aku?” Kulihat seseorang mendekatiku dari ruangan sebelah.

”Siapa kau?” Aku mencoba menenangkan diri biarpun aku tahu bahwa aku ketakutan.

”Aku?” Semakin dia mendekatiku. ”Aku adalah kau.” Dan semakin mendekat. ”Keinginanmu.” Terus mendekat. "Impianmu." Dua langkah mendekatiku ”Dan harapanmu.” Sampai akhirnya kami bertatapan dalam jarak satu meter.

”Kau adalah aku?” Aku bertanya.

Dia tersungging, ”Ya, aku adalah kau, dan kau adalah aku, aku yang akan mewujudkan impianmu selama ini, dunia yang tenang dan damai.” Dan dia melangkah sekali lagi, sehingga jarak kami terpaut setengah meter.

”Kau akan mewujudkan impianku?”

Dia mengangguk.

”Bisa kau beritahu aku siapa yang memberikanku pedang itu?” Kataku, sambil menunjuk pedang yang berada di kanannya.

”Ya, akulah yang mengirimnya.”

”Berarti kau yang membunuh seseorang?”

Lagi-lagi dia tersungging, ”Memang.” Jeda sesaat. ”Tapi aku membunuh seorang pembunuh.” Dia mengambil pedang itu. ”Dan mencoba menciptakan perdamaian.

Aku terdiam, sunyi tanpa kata sedikitpun. ”Pembunuh?”

”Ya, tak akan ada kesakitan tanpa pembunuhan, bukan?”

Kucoba untuk mencerna kata-katanya.

”Jadi, kau ingin dunia yang damai? Atau kau akan biarkan apa adanya?”

Lagi-lagi kucoba untuk berpikir dan mengolah kata-katanya untuk kucari dalam kamusku.

”Bagaimana?”

...

...

***

”Satu orang lagi, kan?” Aku bertanya dan dia mengangguk, perjuangan kami sekitar satu minggu ini telah dilalui tanpa sedikitpun masalah, kalaupun ada paling hanya ketahuan bahwa ada dua bayangan yang berhasil membunuh seseorang, sisanya tak ada masalah.

Adrenalin yang kurasakan untuk mencoba mencapai perdamaian sangat kurasakan, bisa kurasakan kesenangan, dan kekuatan untuk mencapainya. Apalagi ada seseorang yang bisa membantuku, semua bisa kurasakan dengan mudah, sangat mudah!

”Sebentar lagi dia datang.” Dia berkata sambil tetap bersembunyi di samping dinding.

Terdengar suara langkah.

...

Terus mendekat.

...

Dan, mendekat.

...

Kutusukkan pedangku yang sudah kugunakan selama satu minggu ini pada jantung orang yang sudah kutargetkan, begitu tepat bahkan hanya dalam satu tusukkan. Ya, sangatlah mudah bagiku untuk melakukan ini.

Darah yang berceceran dimana-mana sudah biasa untukku, aku ingat hari pertama aku sempat muntah ketika melihat darah yang berceceran. Dan hari keduanya aku terus merasa mual semalaman. Lalu hari ketiga aku masih ingat aku merasa panas dingin melihat darah berceceran. Hari keempat aku sudah mulai terbiasa dan hanya merasa enggan untuk melihat mayat yang sudah kubunuh. Hari kelima aku hanya merasa ’bodoh’ merasa ketakutan, toh mereka tak mungkin gentayangan. Dan hari keenam aku bisa merasakan kenikmatan untuk mencapai tujuanku.

Tujuan perdamaian dengan membunuh seorang pembunuh.

”Dengan begini semua sudah selesai?” Aku bertanya dan dia mengangguk.

”Tapi,” Dia menepuk bahuku. ”Aku ingin membawamu ke suatu tempat.”

Eh? Suatu tempat?

Tiba-tiba tangannya bercahaya, kurasakan kecepatan yang luar biasa dan aku tidak tahu apa itu. Bahu kiriku yang tadi disentuhnya terasa sakit, entah karena apa. Mungkin karena efek cahaya tadi? Tapi entahlah, yang pasti dunia ini terasa aneh.

Kuberteriak sekerasnya, sampai...

...

...

...

Ruangan kecil? Penuh dengan dinding putih. Tempat apa ini?

”Selamat datang di ruanganku.” Dengan masih kebingungan aku mencoba melihat seisi ruangan ini, tapi benar-benar kecil dan kosong.

”Ruangan apa ini?”

”Mau langsung masuk inti pembicaraan, kenapa aku mengajakmu ke ruanganku?” Aku menatapnya, entah mengapa tatapan matanya menjadi sangat tajam dan menakutkan.

”Oke, kau ingat aku siapa, kan?”

”Kau adalah impianku?” Dia bertepuk tangan kecil.

Well, berarti kau masih ingat.”

Aku masih belum mengerti apa maksudnya.

”Lalu bagaimana dengan orang ini?”

Tiba-tiba salah satu dinding putih berubah menjadi hitam, dan mengeluarkan seseorang. orang tua dengan pakaian putih.

Dia...

Paman yang memukulku sepuluh tahun lalu karena dagangannya tak sengaja kuhancurkan.

”Bagaimana?” Aku menatap paman itu, benar-benar ketakutan melihatku.

”Kenapa kau membawanya kemari?” Aku bertanya pada impianku.

”Dia telah membuatmu sakit, bukan?”

...

”Dia menghajarmu karena ketidaksengajaanmu, bukan?”

...

”Dan dia melakukannya dengan sengaja.”

...

”Kau ingin memaafkannya? Kau membencinya selama ini, bukan? Dia juga salah satu orang yang membuatmu sakit, bukan?” kata-katanya berdengung di telingaku.

”Tapi dia bukan pembunuh.” Aku mencoba mencegah amarahku yang sedikit dikenalikan oleh kalimat-kalimatnya, dan memang itu semua benar!

”Tapi dia adalah dendammu, dan harapanmu selama ini adalah kedamaian, apakah kedamaian mungkin tercipta jika ada seseorang seperti dia?”

...

”Bisa kau jawab?”

...

”Aku siap menunggu, tapi kurasa dia tidak.”

Apakah dia benar? Memang selama ini aku membenci paman itu, dan selalu ingin orang seperti itu tidak pernah ada di dunia ini.

Kuhunuskan pedang yang berada pada pinggang kiriku, berlari mendekati paman itu, menusuknya, dan darah yang bermuncratan seolah menjadi film tiga dimensi.

Kuterengah-engah, menatap mayat yang sekarang sudah terbaring, lengkap dengan darah yang berada dimana-mana. Matanya terbelalak, seolah mengatakan. ”kenapa!?”, mulutnya tertutup oleh lakban, membuatnya terlihat benar-benar mati dalam keadaan yang tragis.

”Bagus.” impianku mendekatiku. ”Dan, sebenarnya.” terus mendekatiku. ”Dua korban pertama yang kau tidak ketahui.” mendekat. ”Sebenarnya kedua orang tuamu, dan aku membunuhnya agar kita tidak terganggu.”

Tiba-tiba dia menusukku dengan pisau kecil yang sudah disiapkannya.

”Kenapa?” Aku berteriak, dan dia tersenyum. Tepat pada perutku, dapat kurasakan darah mengalir keluar, kesakitan yang kini kurasakan benar-benar nyata. Semakin lama mataku terasa semakin terpejam, dan terjatuh, semua terasa begitu pelan, nafasku tersengal-sengal, dan kucoba untuk menahan aliran darah dari perutku.

”Kau kalah dalam emosimu sendiri.” Kudengar sayup-sayup suara yang lemah dari telingaku, tapi dengan mataku yang benar-benar terasa berat ini, kurasa orang yang menusukkulah yang mengatakan itu.

Benar-benar semakin berat, seolah ingin terlelap dan tidur, aliran darah yang kutahan sekarang kurasa percuma, karena tenaga pada lenganku sudah mulai terkuras.

Ternyata dia memang impianku, tapi juga sisi gelapku.
Impianku selama ini ternyata didasarkan oleh balas dendam.
Sekarang aku bisa membalasnya, tapi aku kehilangan segalanya.
Setiap orang yang melakukan kejahatan lambat laun pasti akan menyadarinya.
Seburuk apapun itu.

Kecuali orang itu sudah dikuasai oleh sisi gelap dari impiannya.
Mereka hanya akan menyesal saat mendekati kematian.

Siapa yang mengendalikan dirimu selama ini? Dirimu atau nafsumu?


________________________________________________________________

Original : Andri
4 Agustus 2012
08:16 WIB

Inspirasi : Grandia – Disc 2 battle theme.
Kembali Ke Atas Go down
junxiong
Pendatang Baru
Pendatang Baru
junxiong


Jumlah posting : 14
Points : 18
Reputation : 0
Join date : 23.07.12

Gak tau judulnya aja, kasih sendiri aja deh ._. Empty
PostSubyek: Re: Gak tau judulnya aja, kasih sendiri aja deh ._.   Gak tau judulnya aja, kasih sendiri aja deh ._. EmptySun 5 Aug 2012 - 14:15

Ceritanya fantasi medieval yah? Keren...

Btw, ane rada bingung dengan adegan ketika dia masuk hutan. Kan tiba-tiba gempa, dia pingsan, lalu berada di depan rumah. Saya kurang ngerti tujuan dari adegan itu untuk keseluruhan ceritanya.

Soalnya sang Aku masuk hutan ataupun nggak, bukankan sang Impian sudah ada. Buktinya pas pulang rumah, orang tuanya hilang (asumsi sudah terbunuh). Bener gak yah?
Kembali Ke Atas Go down
http://www.computesta.com
vera astanti
Penulis Senior
Penulis Senior
vera astanti


Jumlah posting : 1658
Points : 1715
Reputation : 3
Join date : 14.05.12
Age : 33
Lokasi : Bojonegoro

Gak tau judulnya aja, kasih sendiri aja deh ._. Empty
PostSubyek: Re: Gak tau judulnya aja, kasih sendiri aja deh ._.   Gak tau judulnya aja, kasih sendiri aja deh ._. EmptySun 12 Aug 2012 - 10:08

bagus mas Andri,,,,

cerpen fantasi..
tapia ku gak tahu jenisnya apaan ya...


sukaaa

yipi yipi yipi
Kembali Ke Atas Go down
pantsman
Penulis Pemula
Penulis Pemula
pantsman


Jumlah posting : 72
Points : 84
Reputation : 0
Join date : 08.12.11
Lokasi : Jawa Tengah

Gak tau judulnya aja, kasih sendiri aja deh ._. Empty
PostSubyek: Re: Gak tau judulnya aja, kasih sendiri aja deh ._.   Gak tau judulnya aja, kasih sendiri aja deh ._. EmptyWed 15 Aug 2012 - 7:45

Sama dengan Junxiong, saya juga agak bingung dengan urutan kejadiannya. Jujur saja, agak bingung bacanya. Tapi bahasanya beneran bagus.

Ohya ngomong2 ini settingnya kan medieval, kokk ada 'film 3 dimensi'?
Kembali Ke Atas Go down
http://sudutalamsemesta.blogspot.com/
Andri
Penulis Muda
Penulis Muda
Andri


Jumlah posting : 264
Points : 311
Reputation : 13
Join date : 19.02.12
Lokasi : Sewer Speedway

Gak tau judulnya aja, kasih sendiri aja deh ._. Empty
PostSubyek: Re: Gak tau judulnya aja, kasih sendiri aja deh ._.   Gak tau judulnya aja, kasih sendiri aja deh ._. EmptySun 2 Sep 2012 - 9:47

Baru bales setelah 2 minggu ._.

tadinya mau dibuat gini : jadi dia kembali ke masa lalu, tapi dengan latar belakang yang berbeda.

Jadi kalau sebelumnya dia di rumah itu, bisa aja orang tuanya cuma kemanaaa gitu, tapi waktu dia mengulang waktu yang kedua, latar orang tuanya gak balik itu karena dibunuh.

Salah juga sih ya, lupa gak dijelasin kemana orang tuanya :|
Jadi di dalem hutan itu ada bayangan kegelapan gitu.

Medieval campur Urban gimana tuh? bisa gak ya? ._.
Kembali Ke Atas Go down
Sponsored content





Gak tau judulnya aja, kasih sendiri aja deh ._. Empty
PostSubyek: Re: Gak tau judulnya aja, kasih sendiri aja deh ._.   Gak tau judulnya aja, kasih sendiri aja deh ._. Empty

Kembali Ke Atas Go down
 
Gak tau judulnya aja, kasih sendiri aja deh ._.
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1
 Similar topics
-
» Kasih Sayang
» Kasih terpendam
» Belum ada judulnya.. :I
» Belum Tau judulnya apa?
» Belum tau judulnya apa

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
SINDIKAT PENULIS :: Arena Diskusi :: Cerpen-
Navigasi: