Hari-hari begitu pendek buat Gilang. Setiap hari 24 jam penuh terasa hanya beberapa menit saja yang dapat diisi dengan keceriaan dan kedamain di hati Gilang sekarang. nggak semua orang yang beruntung seperti Gilang mempunyai wajah yang ganteng dan paling keren di SMA 45 Jakarta. Dia juga mascot yang sering direbuti oleh cewek-cewek disekolahnya. Bukan hanya diarea sekolah, bahkan cewek-cewek di mall atau disebrang jalan kalo liat Kegantenganya Gilang, tuh cewek bakal nemplok dan nggak mau jauh dari Gilang. Emang Gilang gula apa, kalo ada semut lewat tuh semut langsung nemplok di gula. Emang sih kegantengan Gilang dengan sifatnya yang super baik di mata teman-temannya membuat Gilang merasa perfeck dimata mereka. yah kadang sifat cueknya kerap sekali ditayangkan di wajah cowok mirip Brad Pit ini. tapi ketara banget dengan semua anak-anak di sekitarnya sangat ngefans banget dengan dirinya. Bukan hanya cewek-ceweknya saja, bahkan semua cowok juga rata-rata iri dengan ketampanannya dan juga talenta yang ada didalam dirinya. Baru beberapa bulan terakhir dia menjadi sang master silat di SMA 45 ini, kemudian dia juga pararel 2 selama 3 tahun di sekolah disini. Ada satu lagi yang bikin Gilang benar-benar cowok sempurna dijagat raya ini. dia berhasil ngegandeng cewek yang di anggap Cinderella di sekolahnya, namanya Putri. Cewek paling cantik di seluruh penghuni SMA 45 ini. bukan hanya cantik dia juga baik hati dan juga rebutan cowok-cowok lain. Sehingga Gilang dan Putri selalu menang menjadi pasangan terfaforit di SMA ini.
Namun, nggak semua apa yang diirikan orang-orang dari dirinya membuat Gilang merasa terhormat dan nomor satu. Ada satu rahasia yang terpendam jauh dari dirinya. Rahasia yang bahkan tak mau diketahui oleh Gilang sendiri. Keberuntungan Gilang memang sangat banyak didapatnya. Tapi bukan berarti Gilang nggak mempunyai satu permasalahan di hidupnya yang selalu membuat Gilang merasa mundur. Seseorang sahabatnya pernah bilang bahwa ‘orang yang perfeck adalah seseorang yang memang perfeck dimata orang lain’. Namun, semua itu belum pernah di buktikan oleh Gilang yang hidupnya kini semakin lama semakin rentan. Gilang memang perfeck dimata orang lain tapi dimatanya sendiri dia bahkan seperti sampah yang nggak ada artinya. Gilang memang orang kaya. Jika dia membutuhkan uang dia tinggal meminta orang tuanya, dan kemudian orang tuanya akan memberikannya semua permintaan Gilang. Namun semakin lama dan semakin hari Gilang baru sadar akan satu hal. Bukan uang atau materi yang dia butuhkan sekarang melainkan keluarga. Orang tua Gilang jarang banget pulang dan tinggal dirumah berssama dirinya. Kasih sayang keluarganya kini terpecah dan mereka mengutamakan pekerjaann mereka masing-masing, nggak peduli dengan apa yang terjadi pada anak semata wayangnya. Walau banyak yang ada disisi Gilang tetap saja Gilang merasa kesepian.Nggak seperti biasa hari ini Gilang nggak ada dikelasnya pas pelajaran Pak Doni dengan fisikanya. Padahal biasanya Gilang yang jarang absen dengan pelajaran ini. Putri cewek Gilang yang juga sekelas dengannya merasa khawatir, karena jelas-jelas tadi pagi dia liat Gilang nongrong dengan temen temen lainya. Kekhawatiran Putri bertambah ketika HP Gilang nggak bisa dihubungi, sekarang dia pasrah. Bel istirahat berbunyi, Putri yang kecemasannya mulai menjadi-jadi berlari keluar kelas dan mencari Gilang. Bahkan dia bertekat tidak mau kembali ke kelasnya sebelum menemukan Gilang.
dear
Nggak semua apa yang gue harapkan selalu ada diposisi gue. Perjalanan ini begitu singkat, apakah mungkin gue harus kehilangan semua yang sudah gue miliki bahkan semua temen-temen gue yang merasa iri dengan apa yang ada dalam diri gue. Gue hanya bisa berharap jika dunia gue masih panjang, gue mau lakuin apa saja demi kesenangan orang disekitar. Namun, mungkin kah itu terjadi sebelum jiwa aku terenggut dengan sukma dalam cahaya yang kian meredup. Namun cahaya putih masih adakah setelah gue pergi. Apakah dia akan menangis atau malah senang. semakin hari semuanya semakin dekat. Apa yang haru gue lakuin agar semuanya tidak menangis?.
“Gilang!” suara itu benar-benar mengagetkan Gilang yang buru-buru menutup laptop yang sedang dipanggkuannya. Dia terkejut dan menoleh pada suara yang sudah dikenalnya, bahkan sebelum dia menoleh pasti dia tahu milik siapa suara itu.
“gue tuh nyariin lo, ternyata malah disini mojok!” omel Putri yang sudah duduk disamping Gilang. Gilang memang sering ngumpet taman ini, memang lokasinya mojok di area paling belakang sekolah. Disamping taman ini paling hanya perpustakaan dan jarang anak-anak pergi kesana, paling hanya anak-anak kutu buku saja.
Gilang nggak langsung menyahut dengan omelan Putri, dia hanya tersenyum dan menatap wajah Putri lama. Sampai-sampai Putri salah tingkah. “Gilang apa-apaan sih!” seru PUtri yang memukul lengan Gilang sesekali. Dia risih kalo dilihat terlalu lama, tapi sebenarnya dia sangat senang kalo Gilang menetapnya. Cewek juga senang kalo dirinya dianggap princess.
“gue sangat sayang banget sama lo!” ucap Gilang belepotan, nadanya seperti ketakutan dan cemas.“Gilang… lo kenapa sih.. gue juga sayang banget sama lo. Dan gue nggak mau kehilangan lo, lo kenapa sih. wajah lo pucat. Lo sakit?” Tanya Putri berturutan. Tangannya memegangi kepala Gilang.
Wajah Gilang memang pucat, tapi Putri baru sadar sekarang. tadi pagi memang dia nggak sempet memerhatiin cowoknya. “gue nggak apa-apa kok! Cuman pengen sendirian ajah.” Ucap Gilang. Tatapanya kini kempali pada taman didepannya sesekali dia menatap langit yang berawan putih.
“jadi lo nggak mau Putri lo ini datang menjeput pangerannya?” Tanya Putri dengan nada candanya. Nggak ada sahutan dari Gilang. Putri hampir berdiri. Namun, Gilang menarik tangannya dan membuat Putri terhenti dan kemudian kembali terduduk. Gilang berbaring dipangkuan Putri dan Putri hanya bisa mengusap-usap Rambut Gilang.
“jangan pergi… jangan pergi dariku.. janji kau nggak akan pergi?” Tanya Gilang lirih.Putri mendekatkan bibirnya kesamping terlinga Gilang, kemudian dia berbisik “janji!” dan tersenyum.Seperti yang diketahui Gilang sekarang. sepertinya putaran bumi ini semakin cepat sehingga waktu yang selalu diperlukannya sehari saja tidak pernah cukup. Namun, dia tidak pernah merasakan malam yang begitu panjang baginya. Malam ini dia tidak bisa tidur. Kepalanya seakan berputar cepat seperti bola yang ditendang. Tubuhnya bergetar dan kebas karena kedinginan tetapi yang dirasakannya adalah kepanasan. Selimut tebal tidak membantu untuk meredupkan suhu panas dinginnya. Walau kakinya terlalu berat untuk digerakan, dia tetap memaksanya bergerak dan beranjak dari tempat tidurnya. Lampu kamar masih menyalah terang. Gilang meraba-raba dengan tangannya karena matanya sangat redup. Tubuhnya sangat lemas dan lemah. Tangannya hampir mencapai gelas yang berisi air putih. namun, tiba-tiba kepalanya merasa sakit yang menyakitkan. Gelas yang berisi air putih jatuh dan pecah. Gilang terduduk lemas dan kedua tangannya memegangi kepala yang terasa sangat pening.
Mbok Mi datang kekamar Gilang setelah mendengar pecahan gelas dari kamarnya. Hari memang sudah larut. Namun, Mbok Mi senantiasa menjaga dan merawat Gilang dari kecil sampai sekarang apalagi orang tua Gilang nggak ada dirumah sekarang ini.
“Ya ampun den Gilang kenapa?” Tanya MBok Mi cemas yang kini membantu Gilang untuk barbaring keranjangnya dan meminumkan obat yang ada di laci lemari sampingnya. “ ya ampun den. Mbok nggak tahu harus bagaimana lagi den. Sebaiknya den ke rumah sakit saja ya?” bujuk Mbok Mi. tapi Gilang mengeleng dengan tubuh yang bergetarnya. “atau biar orang tua den mengetahui kondisi den Gilang sekarang?”.“ nggak mbok jangan memberitahu mereka. mbok sudah janji kan?” ucap Gilang yang juga mengingatkan janjinya pada Mbok Mi.“tapi Mbok nggak tahu harus bagiamana lagi den?” ucap Mbok yang kini matanya berkaca-kaca.
“mbok nggak usah melakukan apa-apa. Ada mbok disini Gilang sudah merasa baikan ko!”. Mbok Mi keluar dari kamar Gilang setelah membersihkan pecahan gelas dan saat Gilang sudah mulai tertidur.Pagi-pagi sekali kondisi Gilang membaik, tapi rasa pening di kepalanya masih terasa menyakitkan. Dia memaksakan untuk pergi ke sekolah, dia nggak mau satu haripun waktunya sia-sia karena kondisinya. Banyak yang harus dia lakukan, seperti yang sudah direncanakan. Gilang sudah siap dengan seragam sekolahnya. Dan kemudian dia melaju cepat dengan motornya.Semua pelajaran seharian nggak bisa diterima oleh Gilang. Banyak yang dia fikirkan. Bel pulang sekolah berbunyi dia sengaja menunggu Putri untuk mengatakan sesuatu.“Put.. hhmm gue mau ngomong sama lo!” ucap Gilang saat semua anak-anak sudah pergi.
“ngomong saja.. kamu kenapa sih aneh banget!” seru Putri.Gilang memegangi kedua tangan Putri. “Putri.. kau tahu kan betapa sangat aku mencintaimu, kau tahu betapa sangat aku menyayangimu, dan kau tahu betapa sangat berharganya kau untukku. Kau segalanya untukku putri. Tapi maafin aku.. aku nggak mungkin lanjutin hubungan kita.. aku nggak mau kamu terlalu sakit karena..” Gilang nggak berhenti mengatakannya. Baginya itu terlalu menyakitkan. Putri sudah berkaca-kaca. “jangan bersedih aku mohon! Aku nggak mau kau sakit karena aku putri”Putri tersenyum mengejek, baginya itu canda yang paling lucu. Tapi tatapan mata Gilang membuat senyum Putri menghilang “nggak.. kamu bercanda kan?” Tanya Putri yang mulai cemas.Gilang nggak menjawab dia mencium kening Putri dan berbisik “ please jangan bersedih!” kemudian Gilang pergi meninggalkan putri sendiri. Putri hanya terduduk lemas dengan air mata berlinang. Gilang langsung beranjak pergi agar Putri nggak tahu apa yang dirasakan Gilang sekarrang. Dia nggak mau cewek yang dicintainya melihat ekspresi wajah Gilang yang saat itu berbubah menyedihkan.Ini yang terbaik! Maaafin aku! Batin gilang yang beranjakk pergi.
Kini Gilang nggak tahu apa yang harus dilakukannya. catatan pertama sudah dilakukannya, tinggal catatan kedua. Tapi, dia seperti nggak mau melakukan catatan itu. buat Gilang catatan itu benar-benar nggak bisa dilakukannya dengan mudah. Dia seakan menutup kembali catatan yang sudah dibuatnya. Kini Gilang hanya bisa berjalan-jalan entah kemana kakinya menuju. Yang dia lihat sekarang, dia ada di tepi taman kota. Jalan yang memundar. Jalannya lemah dan kaku. Fikirannya jauh entah kemana, dan mungkin dia nggak sadar bahwa kakinya sudah dijalannya beberapa kilo lamanya. Namun, tiba-tiba sebuah pukulan mendarat diwajahnya membuat dia kaget dan sampai dia terjatuh beberapa meter ke belakang. Berusaha matanya terbuka dan melihat siapa yang memukulnya. Dengan remang-remang dan darah dimulutnya akhirnya dia bisa melihat dengan jelas orang yang kini didepannya. Gilang berusaha bangun dengan tubuh yang lemah dan sempoyongan.
“apa-apaan kau?” Tanya sosok itu yang kini memegangi kerah Gilang dan siap dengan pukulannya.Gilang mengibaskan tangan Raka “kau yang apa-apaan, kenapa kau memukulku, Raka?” tanyannya sewot dan jarinya membersihkan darah di mulutnya.
“kenapa kau putusin Putri. Apa Putri nggak pantas buat lo ha?” mata Raka melotot penuh dengan kemarahan. Raka adalah sahabat Putri sekaligus Gilang. Dia sangat care dengan kedua sahabatnnya itu.
Gilang nggak mau memperdulikan Raka. Dia berjalan sempoyongan melewati Raka. Tapi raka begitu marahnya pada Gilang. Sebelum Gilang melewati dirinya, dia menarik tangannya dan membalikan tubuh Gilang kemudian hantaman keras mendarat di perutnya dan wajahnya berturut-turut. Gilang terjatuh matanya mulai redup dan kepalanya mulai pening. Nggak ada yang dapat membantu Gilang, tempat itu terlihat sepi, nggak ada seseorangpun yang lewat di jalan itu. Gilang hanya pasrah dengan perlakuan Raka. Karena dia pantas mendapatkannya.
“Kenapa Gilang!. Kenapa lo bersikap aneh ha.. lo nyakiti Putri. Lo nggak tahu kan, betapa sedihnya dia karena dirimu. Lo nggak tahu dia nangis seharian. Lo nggak punya hati. Sebaik apa dia sampai dia nggak pantas buat lo” seru Raka marah dan kini memegangi kerah Gilang lagi. Gilang mengibaskan tangan Raka lagi. wajahnya kini babak belur karena pukulan Raka. “lepaskan gue, biarkan gue pergi” ucap Gilang dengan nada lembut dan lirih. Raka memang membiarkan gilang pergi. Namun, kemarahannya pada sikap Gilang masih terlihat diwajahnya.
3 hari berturut-turut Gilang tidak terlihat di sekolah apalagi di kelas. Nggak ada yang tahu penyebab Gilang nggak masuk sekolah selama tiga hari ini. tiga hari juga Putri terlihat murung. Hatinya masih sakit, namun dia nggak bisa berbohong bahwa dirinya cemas karena ketidakberadaanya disini. Bel sekolah berbunyi Putri memutuskan untuk pergi ke rumah Gilang dan untuk mengetahu keadaan Gilang. Namun, saat hendak pergi Raka menghadangnya. Dia tidak mengizinkan Putri menemui Gilang. Tetapi justru Raka yang terpojok saat Putri menyadari dan mengetahu bahwa sebelumnya Raka menemui Gilang dan memukulnya. Putri sangat marah ketika mengetahui itu. namun, Putri nggak bisa menolak ketika Raka minta maaf dan ikut untuk menemui Gilang.Sesampainya dirumah Gilang. Raka dan Putri tidak mendapatinya disana hanya MBok Mi sendirian yang nggak mau bicara apapun tentang keberadaan Gilang. Raka dan Putri sudah memaksanya tetapi sia-sia saja karena pendirian Mbok Mi terlalu teguh. Mereka juga sudah mengeleda rumah Gilang namun tetap saja nggak ada siapa-siapa.
“brengsek!” maki Raka. “gue bilang apa. Gilang nggak sebaik yang lo kira, gue nggak tahu apa kenapa dia aneh. Dia bener-bener kurang ajar. Awas ajah kalo gue ketemu dia lagi, dia nggak bakal selamat!”.
“diam kau Raka!” tungkas Putri.“den Gilang bukan orang yang seperti mas Raka ucapkan” ucap Mbok Mi yang kini menghampiri Raka dan Putri di halaman depan. “.. begitu baiknya den Gilang sampai-sampai nggak ada orang yang tahu bagaimana menderitanya untuk menjalankan hidupnya, dia nggak mau orang-orang yang dia sayangi merasa sedih karenanya. Dia selalu terlihat tabah ketika bersama orang-orang yang dia cintai padahal dia sangat rapuh”.Raka dan Putri hanya bisa diam dan mengamati apa yang dibicarakan Mbok Mi. “apa yang Mbok Mi bicarakan, kami masih binggung!” ucap mereka beberangan.Mbok Mi mengajak mereka masuk dan kemudian menceritakannya. Begitu ngeri dan sedih. Putri hanya bisa diam dengan tangis yang nggak mau berhenti ketika mengetahui apa yang selama ini disembunyikan cowoknya. Dan Raka hanya bisa marah karena sahabatnya sendiri menyembunyikan sesuatu darinya. Mbok Mi masuk kedalam dan beberapa menit kembali dengan sepucuk surat kemudian diberikannya ke Putri.“den Gilang membuat surat ini untuk non Putri, namun den Gilang tidak pernah mengirimkannya” ucap Mbok Mi yang memberikannya surat itu.Perlahan-lahan surat itu dibukanya. Raka hanya bisa mengamati ekspresi Putri.dear Putrikau begitu berharganya untukku sehingga aku tak bisa melupakanmu dan membiarkanmu terpuruk dengan sendiri dan membiarkamu tersakiti olehku. Namun, aku lebih tidak memaafkan diriku jika kau bersedih karena diriku. Hanya air mata dan kenangan kita yang akan selalu hidup bersamamu bukan? Maafkan aku.GilangAir mata Putri berlinang, Raka merebut surat dari tangan Putri dan membacanya.“dimana Gilang dirawat Mbok?” Tanya Raka yang masih dengan nada marah.Raka dan Putri melaju dengan cepat menuju rumah sakit dimana Gilang dirawat. Sebelum mereka pergi Mbok Mi meminta satu permintaan yaitu satu catatan Gilang yang belum dilaksanakan. Kini hati mereka terobek-robek karena sesuatu yang disembunyikan Gilang. Sesampainya dirumah sakit. Gilang berbaring dengan pucat pasih diwajahnya. Putri dan Raka memasuki kamar pasiennya. Putri nggak bisa menutupi kesedihannya tentang apa yang diceritakan Mbok Mi. dimana Gilang merasa tersiksa dengan penyakit yang dideritanya. Kepura-puraanya merasa tegar. Dimana tubunya seakan digigit satu persatu bagian.“Gilang? Please bangun!” ucap Putri dengan air mata yang membasahi pipinya. Tak lama kemudian, mata Gilang bergerak kemudian membuka. Lingkaran matanya berwarna hitam dengan wajah yang pucat.“pppuutrrii?” geraman terdengar dari bibir Gilang yang mongering dan terlihat senyum yang mulai rapuh di wajahnya “aapa yang kau lakukan disini..” lanjutnya. Putri hanya bisa menatap Gilang sedih. “kau salah jika menurutmu lebih baik menyembunyikan penyakitmu pada kami, kau salah jika itu akan membuat kami tidak tersakiti. Kau salah Gilang. Kami lebih tersakiti karena kami justru tidak disamping mu untuk memberi dorongan untuk mu Gilang. Apa kau lupa dengan arti sahabat yang akan selalu ada senang ataupun sakit. Kau lupa dengan kehadiran kami? Atau kau memang tidak pernah membutuhkan kami sebagai sahabat. Setidaknya tolong jangan pernah sembunyikan sesuatu pada kami yang akan membuat kami merasa tidak berguna dimatamu” seru Raka. Dia memang marah, tapi kepeduliannya dan kesedihannya sekarang ini lebih besar.Gilang tidak menyahuti apa-apa. Dapat dilihat dengan jelas bahwa dirinya sedang menahan kesakitannya. Leukimianya merenggut jiwanya bertahun-tahun. Dan bangaimana mungkin Putri tidak mengetahui apa yang sedang diperjuangkan saat ini.“hhay.. kau tau, kita memberikan kado buat kamu.. kamu harus menunggunya, berjuang!” seru Putri lirih disamping telinga Gilang. Matanya berkaca-kaca namun Putri menyembunyikannya, agar Gilang tidak merasa sedih.Beberapa jam kemudian. Gilang merasa benar-benar kesakitan, dia terlihat kejang-kejang dan meremas lengan Putri yang dipenggangnya dari tadi. Jeritan kesakitan dari Gilang membuat Putri tidak bisa menahan kesedihan dan ketakutan kehilangan dirinya.“Gilang!!” seru Raka dan Putri bebarengan. Kemudian Raka memangil dokter. Dokter datang dengan cepat. Dan kemudian mengatasi Gilang segera. Kepediahan dan kesedihan mereka berdua kembali lagi. kini Gilang sedang berjuang melawan penyakitnya.Lengan Putri memerah karena remasan Gilang yang sangat kuat. Namun, hal itu tidak berarti apa-apa jika dia melihat keadaan Gilang kini. Raka dan Putri hanya bisa terdiam menunggu kondisi Gilang.
Dua jam lebih. Dokter keluar dari kamar Gilang. Namun dia tidak mengatakan apa-apa. Dengan cemas Raka dan Putri masuk ke kamar Gilang.“Gilang!” ucap Putri cemas. Kemudian memengangi tangan Gilang yang dingin.“maafkan aku.. aku bbenar sangat menyyangi mu.. maaff”.“nggak kamu harus menunggu Kado dari kami… aku mohon Gilang..! please bertahanlah.. aku nggak mau kalo merelakanmu pergi.. GILANG!!!” teriak Putri dengan tangisnya. Namun nggak sedikitpun Gilang bergerak, matanya kini tertutup.Raka hanya bisa menahan Putri yang mulai shok.Beberpa menit kemudian Orang tua Gilang datang dan hanya bisa menangisi kepergiaan Gilang. Dan itulah kado Gilang, namun Gilang tidak bisa melihat untuk terakhir kalinya. Seperti catatan yang belum dilakukannyaa. Putri memberikan sepucuk kertas pada orang Tua Gilang.
Kemudian mereka membukanya perlahan.Bersama keluarga. Dan bilang bahwa Gilang mencintai merekaMama papa. Gilang sayang pada kalian