SINDIKAT PENULIS
Silakan login dahulu, biar lebih asyik.
Kalau belum bisa login, silakan daftar dahulu.
Setelah itu, selamat bersenang-senang...
SINDIKAT PENULIS
Silakan login dahulu, biar lebih asyik.
Kalau belum bisa login, silakan daftar dahulu.
Setelah itu, selamat bersenang-senang...
SINDIKAT PENULIS
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.


Kami adalah penulis, dan kami tidak butuh persetujuan dari siapa pun!
 
IndeksLatest imagesPencarianPendaftaranLogin
"Jika ada buku yang benar-benar ingin kamu baca, tapi buku tersebut belum ditulis, maka kamu yang harus menuliskannya." ~ Toni Morrison

 

 SURGA KAN KU BAWA PERGI (cerpen)

Go down 
5 posters
PengirimMessage
chef.frooca
Pendatang Baru
Pendatang Baru



Jumlah posting : 5
Points : 11
Reputation : 0
Join date : 18.06.11
Age : 30

SURGA KAN KU BAWA PERGI (cerpen) Empty
PostSubyek: SURGA KAN KU BAWA PERGI (cerpen)   SURGA KAN KU BAWA PERGI (cerpen) EmptySat 18 Jun 2011 - 9:54

Celah kecil di lubang kunci itu memancarkan seberkas sinar haru di mataku. Membuat mata ini turut menitihkan butir-butir air dukanya. Aku menangis, karena dia juga menangis.
Pada celah kecil itu, ku lihat sesosok paruh baya berambut pendek menangis tersedu. Gurat hijau sedikit menyembul dari lehernya, tanda ia pekerja keras. Meski begitu kecantikannya tak habis dimakan usia, tapi semakin larut sejalan dengan air matanya yang tak berhenti mengalir.
Dia ibuku. Aku anaknya, anak keduanya. Aku wanita, sama seperti dia. Aku menderita, ia pun juga. Hidup kami menjadi tak berbeda. Begitu sama, luka – duka – derita menjadi begitu sering kami rasakan.

- - -

“Ibu kenapa ??” tanyaku penasaran.
“Tidak apa-apa kok nak, hanya kena uap panas, jadi berair begini.” jawabnya sembari menyapukan tangan halus di pipinya. Mengusap air mata.
Aku sadar, ibu butuh waktu untuk sendiri. Ku yakin ada sesuatu yang telah menimpanya, entah apa itu. Aku pun beranjak meninggalkan ibu yang sedang menyetrika baju, sendiri. Cepat, ia memanggilku kembali.
“Apa bu ??”
“Ibu sudah gak tahan Nak. Ibu butuh orang lain untuk berbagi.” terangnya dengan air mata yang semakin deras membanjiri pipinya.
Ibu lalu menceritakan semuanya padaku. Apa yang sebenarnya terjadi antar Ibu dan Ayah akhir-akhir ini. Setiap kata yang ia ucapkan membentuk orkestra syahdu nan menusuk hati. Nada tinggi, rendah, kemudian menghilang. Menghela nafas perlahan dan berteriak. Ia begitu menumpahkan emosinya kala itu.
Aku hanya diam mendengarkannya. Tak ku kendalikan, air mata ini memaksa ku untuk membiarkannya meluncur melalui pipi ini. Begitu derasnya tak dapat ku bendung. Begitu hancurnya hatiku tak dapat ku rangkai. Begitu sakitnya jiwa ini tak akan pernah terobati.
Ayah yang selama ini tak pulang ternyata ia bersama wanita lain. Ia bersembunyi dibalik kabut bertitah “pindah kerja ke luar kota”. Kami percaya karena rekannya berkata serupa. Ternyata benar, ia pindah kerja TAPI MENGAPA DIA HARUS TINGGAL DENGAN WANITA ITU ?!?!?
Brengsek !!!
Satu kata yang langsung melintas di otakku. Yang benar-benar keluar dari lubuk hatiku yang terdalam. Kata terkasar yang pernah ku ucapkan. Kata terkasar yang ku lontar untuk orang terjahad – Ayah Iblis !!!

- - -

Kini ku berpaling. Tak lagi hanya mengintip dari celah kunci. Tak lagi berusaha menahan suara tangis. Tak lagi mengumpat dalam hati. Tak lagi.
Tenggelam bersama kapas-kapas penyanggah kepala yang kulakukan kini. Di dalam kamar kecil yang pengap ini ku coba hapuskan memori kelam yang sekejap terulang tadi. Tenggelam lah lagi ku di dalam cerita kelam yang bersemayam abadi dalam ruang hati. Tenggelam bersama samudra tangis yang tak terbendung.
“AAAAARRRRRGGGGGHHHHH !!!!!” teriakan terakhirku.
Mata yang terpejam, pikiran yang hampa, suara yang serak, telah mengantarkanku menuju dasar cerita hitam yang pekat. Sepekat malam tak berbintang kini.

- - -

“Duh, sory guys aku telat .. bangun kesiangan lah biasa !! HaHa ..” kata temanku yang berkacamata ini panik.
“Emh, tunggu deh .. telat tuh bukannya yang keik telat bali ato telat sunda gitu ya ? ” tanyaku asal.
“Itu kan SELAT !!” jawabnya terkekeh.
“Tuh kan mulai lagi plesetannya. Dasar kamu ini, bikin ketawa terus !!” temanku yang berjepit biru menimpali.
“Iya nih .. bikin iri !! Keiknya tuh kamu gak pernah sedih deh !!” ujar Si Kacamata tak mau kalah.
“Kalian ini, ada-ada aja !! Kalian aja yang gak tahu !! Selama ini aku tuh selalu sedih, habis .. hari-hari ku di habisin sama cewek-cewek jelek keik kalian sich !! HaHaHa ..” sahutku bercanda.
“Ughhh .. dasar kamu ini !!” teriak mereka bersamaan.
Jitakan halus tak dapat dielakkan lagi mendarat di dahiku. Tak apa, tak sakit.
Tak sakit tuk ragaku, tapi begitu menikam jiwa . Bukan karena mereka. Bukan. Sungguh bukan mereka. Semua kesedihanku, ku rasa bermula dari malam itu. Malam ketika Ibu menceritakan semua kemunafikan yang Ayah lontarkan. Malam yang begitu pekat, yang kemarin malam mengantar tangisku hingga terlelap.
Aku selalu tertawa, ceria, bercanda. Jarang ku terlihat bersedih, mungkin bahkan tak pernah. Aku selalu berusaha terlihat bahagia di mata semua orang. Untuk menjaga semuanya. Nama baikku sendiri, nama baik orang tua, dan terutama nama baik keluargaku. Meski harus berdusta, berjerami putih bergubuk hitam.
Senyum ini tak asli. Canda hanya sementara. Riang ini kan segera melayang. Aku selalu berbohong pada siapapun. Tak pernah seutuhnya ku menjadi diriku sendiri. Aku sudah tak tahan, ingin segera ku bakar kedok jerami putih ini !!!
KKKRRRIIINNNGGG .. .. ..
Bel tanda pulang berdentang. Hati sekejap riang ingin segera pulang. Bertemu Ibu dan kakak tersayang.
Keringat cukup banyak bercucuran kala ku berdiri di depan pintu rumah. Memang hari yang cukup panas. Ku lewati ruang tengah menuju kamar, namun ku melihat setumpuk baju layak cuci milikku yang seolah merengek ingin segera di bersihkan. Aku tergoda.
“Sambil dinginin badan di air, nyuci baju skalian kan enak !! Ide yang bagus.” gumamku dalam hati.
Segera ku berganti baju dan bergegas ke kamar mandi untuk mencuci.
“Fyuhh, baru diliat ajah kok udah capek gini ? HaHa .. gak boleh capek !! Harus semangat !!” ocehku menyemangati diri sendiri.

- - -

PPPRRRAAANNNGGG !!!
Keping-keping kaca berserakan dilantai. Sepekat hitam kopi meluber di lantai hingga dinding pun ternodai hitamnya. Baru saja Ayah membanting cangkir kopinya. Di hari keduanya di rumah ini. Setelah berbulan-bulan hilang entah kemana. Setelah berbulan-bulan tak ada kabar. Kemarin ia datang, kembali. Namun, ia telah pergi lagi entah kan kembali atau pergi tuk selamanya.
Harusnya hari ini ku bahagia karena harusnya kami sekeluarga – berempat – lengkap akan pergi bertamasya. Tapi semua gagal. Karena gelas telah pecah mendahului kepergian kami. Karena Ayah telah memanggil Ibu sebelum kepergian kami. Bermula ketika Ayah memaksa Ibu masuk ke kamar untuk membicarakan sesuatu, entah apa. Hanya ku dengar dua suara keras yang beradu, samar. Tak lama Ayah keluar kamar dan terjadilah.
Ayah membanting pintu meninggalkan kami, lagi. Mungkin tak akan ada bahagia yang tersisa. Hanyalah lukis kelabu baru dari tinta iblis Ayahku.

- - -

" DDDOOORRR !!"
“Eh sabun licin, sabun liciiinnn ..” kataku latah.
“Kakak nih apaan sih ?? oia, kapan pulang ??” tanyaku keget.
“Kamu sih ngelamun aja jadi gak tahu kalo kakak udah pulang. Oia, cucian kamu tuh kasian daritadi nganggur .. kamu bengong terus daritadi !!” jawab kakak menjelaskan.
“Eh, cepet nyucinya di selesaiin .. sebelum Ibu pulang kerja harus sudah selesai loh ya !! Ibu pasti gak tega kalo ngeliat kita nyuci baju sendiri gini ..”
“Rebez boz .. segera kan selesai !!” sahutku menyanggupi.
Kakak pergi meninggalkanku. Seketika tadi, lamunanku terhenti. Lamunan yang menerbangkanku ke kisah 2 tahun lalu. Kisah hitam yang pekat. Sepekat kopi yang menodai dinding dan lantai kala itu.
Mungkin masa remajaku memang tak seindah cewek-cewek ABG yang lain. Kadang aku iri pada mereka, mengapa bukan mereka yang sengsara sepertiku ?? Astagfirullahaladzim .. aku tahu ini tak boleh. Tapi aku hanya gadis berumur 16 tahun yang normal. Aku ingin seperti yang lain, tak menanggung penderitaan seperti ini – hidup penuh derita bersama Ibu dan Kakak.

- - -

“Nih sayang, nasi gorengnya.” ujar ibu sembari menyodorkan sepiring nasi goreng pada kakak.
“Makasih Bu. Wah enak, tapi kok gak keik biasanya ya ?? Ada yang berubah. Resep baru ya ??” tanyanya penasaran.
“Bukan.” jawab ibu singkat. Tak lupa kepalanya pun turut menggeleng.
“Aku yang masak loh !!” kataku bangga !!
“Kamu ?? Becanda aja deh ..” kakak gak percaya.
“Iiihhh .. bilang aja sirik !! Beneran aku yang masak kok. Tanya aja Ibu !!” bela ku.
Kakak tak berkata apa-apa hanya kepalanya berpaling melihat sosok Ibu. Ibu mengangguk dan tersenyum. Cantik sekali. Aku sangat mencintainya.
“Oh, jadi beneran .. bagus deh adek kakak jadi pinter masak .. kalo gitu kan jadi tambah cantik .. apalagi kalo mau masakin kakak tiap hari !! Ahahaha ..”
“Uuh !! Muji cuman kalo ada maunya aja .. dasar kakak !!”
“Udah-udah .. berantem terus !! ada yang ingin Ibu bilang pada kalian, penting !!”
Kami berdua dengan serius memperhatikannya, mendengarkannya.
“Kalian pasti tahu .. sudah 2 tahun ini kita hidup sengsara dan terkatung-katung. Kita tak pernah tahu dimana dan bagaimana Ayah kalian sekarang. Dia juga tak pernah menafkahi kita lagi. Ibu selalu bekerja banting tulang untuk membahagiakan kalian.” terangnya, lalu menangis.
“Sebentar lagi Ibu dan Ayah akan bercerai. Kemaren pagi Ibu sudah melayangkan gugatan cerai. Ibu sudah tidak kuat Nak. Ibu tahu ini akan sangat susah untuk kalian berdua terima. Tapi pahamilah posisi Ibu !!” tangisnya semakin menjadi.
Aku dan kakak hanya saling berpandangan, tak tahu apa yang barusan kami dengar itu adalah nyata atau maya. Tangis Ibu semakin tak terbendung. Kami berdua mendekat dan memeluknya. Berharap ini kan sedikit menenangkannya.
“We love you, mom .. so much !! We’ll never go away from you or let you alone ..” kataku jujur.
“Kami sudah cukup dewasa untuk menentukan pilihan kami. Kami akan selalu bersamamu Bu, karena kaulah yang benar. Kami sangat-sangat mencintaimu ..” timpal kakakku tegas.
Ibu semakin mempererat pelukannya. Kami bertiga sungguh seakan menyatu. Merasakan sedih yang sama, luka yang sama, duka yang sama. Dalam satu hati ini. Ibu terus mengucapkan kata maafnya. Terus menasihati kami dengan semua harapannya. Juga terus menitihkan air mata sucinya.

- - -

“Silahkan, mau pesan apa ??” tanyaku ramah.
“Burger bakarnya empat plus milkshake coklat dua, float satu, dan banana split satu.” jawab Sang Ibu cantik ini.
“Oh iya, di tunggu ya bu .. pesanan akan segera di antar.”
“Makasih mbak ..” jawab mereka bersamaan.
Yah, disinilah aku sekarang. Di sebuah Rumah Makan besar di Kota yang besar pula. Tepat 6 tahun sudah sejak semuanya terungkap. Aku, kakak, dan Ibu masih bisa bertahan. Karena kami memiliki satu hati yang sama. Satu hati yang saling mencintai yang tak akan menghianati.
Aku tak menyesal. Walau aku tak dapat melanjutkan kuliah setelah lulus SMA tak apa untuk ku kini. Aku cukup bahagia bekerja di Rumah Makan ini. Pemiliknya adalah kenalan guruku. Guru itulah yang mempermudah aku di terima bekerja disini. Hanya guru itu yang benar-benar tahu kisah hidupku sesungguhnya. Aku sangat berterimakasih padanya. Sayang, Allah tak memberinya waktu hidup yang lebih panjang. Ia telah tiada, meninggal dunia. Innalillahiwainaillaihiroji’un.
Meski telah ku dapatkan kembali bahagia. Tak pernah sedikit pun kulupakan kisah kelamku dahulu. Bagaimana dulu aku setiap hari menangis, juga ketika melihat ibu dan kakak yang sama-sama menangis tersiksa. Semua itu masih terpatri abadi di kalbuku. Tak akan pernah bisa ku lupakan.
Aku sangat menyayangi kakak dan Ibu.
Terutama Ibu.
Kau lah yang mengangkatku dari jurang kehancuran ketika sesungguhnya kau telah berada di dasar jurang itu.
Kau lah yang memberikan sinar tawa ketika sesungguhnya sinar itulah yang justru membakarmu.
Kau lah yang selalu usap tangisku ketika sesungguhnya tangis paling menyayat hati tengah melonglong di dasar jiwamu.
Sejuta kisah warna-warni yang kan ku ukir ke depan tak akan dapat menggantikan ketegaranmu selama 6 tahun ini. Kau wanita paling hebat, paling tegar, dan sangat-sangat juga paling-paling ku sayangi. Sudi ku bersujud di kakimu. Mencium kakimu. Tuk lihat surga, tuk temukan surga dan kemudian, sebisa mungkin kan ku bawa surga itu pergi menjauh dari gua derita dan mengantarkannya pada lembah bahagia.
Satu mimpi yang ku ukir dalam hati, dalam jiwa, dalam nurani .. dengan penuh keangkuhan ku berjanji ..
KAN KU BAWA SURGA PERGI menuju bahagia abadi.
Kembali Ke Atas Go down
prutprut
Penulis Pemula
Penulis Pemula
prutprut


Jumlah posting : 117
Points : 161
Reputation : 6
Join date : 23.06.11
Age : 36
Lokasi : Malang

SURGA KAN KU BAWA PERGI (cerpen) Empty
PostSubyek: Re: SURGA KAN KU BAWA PERGI (cerpen)   SURGA KAN KU BAWA PERGI (cerpen) EmptyFri 4 Nov 2011 - 20:25

kerasa banget feel_nya pas di awal-awal. Top

pertengahan sampai akhir cerita lumayan mantap, tapi kurang dapet feel_nya, nggak seperti pas di awal-awal itu. nggk tau ya, apa mungkin gara2 seting waktu n tempatnya kurang dijelaskan n tiba-tiba berubah gitu aja? hehe.(bagiku Very Happy ). seni itu subyektif kok mbk.chef. menurut saya begini, belum tentu yg lain jg begini. :cheers:

tp ada kata yg krng tepat tuh mbk.chef. kata 'terjahat', ditulis dengan 'terjahad'. hehe Very Happy

but yg pnting mudah dipahami.
nice story... Top


masalah SP, penggunaan huruf besar/kecil, titik n koma, saya nggk bisa komen. (sebab saya sndiri nggk bgitu paham masalah itu). What a Face What a Face

salam kenal dari saya. penulis yang suka asal-asalan.

jgn lupa baca n kritik cerpenku jg ya... Top
Kembali Ke Atas Go down
Ruise V. Cort
Penulis Parah
Penulis Parah
Ruise V. Cort


Jumlah posting : 6382
Points : 6522
Reputation : 45
Join date : 28.04.11
Age : 30
Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*

SURGA KAN KU BAWA PERGI (cerpen) Empty
PostSubyek: Re: SURGA KAN KU BAWA PERGI (cerpen)   SURGA KAN KU BAWA PERGI (cerpen) EmptySun 6 Nov 2011 - 20:29

Hyah!
Lumayan kerasa feelnya ^^

Umh...
Rui rasa tanda serunya terlalu banyak ._.
Tanda seru kan dipakai kalau isi dialog berisi perintah atau larangan ^^;
Jadi Rui rasa itu kurang pas...
Dan juga, nggak perlu pakai spasi sebelum tanda seru, oh! Dan tanda serunya hanya perlu satu saja, titik kalau banyak, jumlahnya tiga, bukan dua ^^

Mungkin komentar Rui segitu aja... kali What a Face
Kembali Ke Atas Go down
http://ruise.wordpress.com/
ilhammenulis
Penulis Senior
Penulis Senior
ilhammenulis


Jumlah posting : 1114
Points : 1203
Reputation : 18
Join date : 23.07.11
Age : 34
Lokasi : Bandung

SURGA KAN KU BAWA PERGI (cerpen) Empty
PostSubyek: Re: SURGA KAN KU BAWA PERGI (cerpen)   SURGA KAN KU BAWA PERGI (cerpen) EmptySun 6 Nov 2011 - 21:43

maaf, numpang komentar..

setuju dengan komen2 diatas, sebenarnya penggambarannya udah bagus..

tapi terlalu banyak loncat-loncat setting, jadi agak pusing pas baca Smile
Kembali Ke Atas Go down
http://www.ilhammenulis.wordpress.com
Ruise V. Cort
Penulis Parah
Penulis Parah
Ruise V. Cort


Jumlah posting : 6382
Points : 6522
Reputation : 45
Join date : 28.04.11
Age : 30
Lokasi : *sibuk dengan dunianya sendiri jadi nggak tahu sekitar*

SURGA KAN KU BAWA PERGI (cerpen) Empty
PostSubyek: Re: SURGA KAN KU BAWA PERGI (cerpen)   SURGA KAN KU BAWA PERGI (cerpen) EmptySun 6 Nov 2011 - 21:54

ilhammenulis wrote:
maaf, numpang komentar..

setuju dengan komen2 diatas, sebenarnya penggambarannya udah bagus..

tapi terlalu banyak loncat-loncat setting, jadi agak pusing pas baca Smile

Aku ngerti kok~~~
Penjelasan utuk loncat adegannya ketahuan tidur
Kembali Ke Atas Go down
http://ruise.wordpress.com/
de_wind
Penulis Sejati
Penulis Sejati
de_wind


Jumlah posting : 3494
Points : 3669
Reputation : 52
Join date : 29.03.11
Age : 38
Lokasi : Bekasi

SURGA KAN KU BAWA PERGI (cerpen) Empty
PostSubyek: Re: SURGA KAN KU BAWA PERGI (cerpen)   SURGA KAN KU BAWA PERGI (cerpen) EmptySun 13 Nov 2011 - 11:02

udh terwakili sama yg laen y...
penggambaran emosiny juga mnurutku masih kurang menyentuh
mgkn jg krn bnyk adegan2 yg rada kurang nyambung sama inti ceritany...

klo saranku sih, mending djadiin satu scene aja, yg ngegambarin prosesi perceraian antara ayah sm ibuny dan percekcokan antara ayah n anggota kluarga yg akan dtinggalin...soalny kan perceraian itu berdampak besar ke anak2ny, tp itu kurang dgambarin secara gamblang...

keep writing! Top
Kembali Ke Atas Go down
Sponsored content





SURGA KAN KU BAWA PERGI (cerpen) Empty
PostSubyek: Re: SURGA KAN KU BAWA PERGI (cerpen)   SURGA KAN KU BAWA PERGI (cerpen) Empty

Kembali Ke Atas Go down
 
SURGA KAN KU BAWA PERGI (cerpen)
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1
 Similar topics
-
» cerpen jika aku pergi nanti
» Cerpen: Karma
» (Cerpen) Bom
» (cerpen) TOM
» Cerpen: Kabur!

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
SINDIKAT PENULIS :: Arena Diskusi :: Cerpen-
Navigasi: